Memang menyedihkan....

Kalau dilihat, kayaknya kita tidak bisa mengharap terlalu banyak pada Pemda,
DPRD dan lain sebagainya... Kalau mau jujur.... kadang-kadang kita berjalan
dan melihat sesuatu yang agak tabu... tapi kita biarkan saja....

Kebetulan beberapa bulan yang lalu kami mengadakan acara di Minangkabau
Vilage... ternyata rumah-rumah adat yang ada diberbagai tempat dalam lokasi
tersebut digunakan sebagai tempat pacaran.... dan hebatnya lagi pengelolanya
mengetahui hal tersebut. Terbukti sewaktu kami mau membersihkan salah satu
ruang yang akan kami pakai, pengurusnya/ penjaganya memberi kode kepada
"tamu" mereka.... "alah siap... ko ado urang ka pakai ruangan"....
Mulanya saya pikir dia menanyakan pada pegawainya, apakah ruangan sudah
disiapkan, ternyata justru pertanyaan ditujukan pada pasangan tersebut. Dan
kalau dilihat... memang lokasi tersebut membuat peluang semakin besar....
karena lokasi juga cukup besar....

Begitu juga di Taman Bundo Kanduang (Kebun Binatang), kalau hari halang
(selain hari libur), maka banyak pasangan-pasangan yang datang ke Bonbin
tersebut untuk pacaran... dan membiarkan monyet-monyet melihat cinta monyet
mereka

Mungkin yang bisa kita lakukan adalah menegur mereka yang melakukan hal-hal
yang berlebihan... tapi kadang-kadang mereka lebih "sangar" daripada yang
menegur... sehingga bisa terjadi keributan.... terlebih jika saya yang
minoritas yang menegur...
Mengapa.. karena di kedai saya juga pernah ada yang pacaran.... hampir
setiap minggu pasti datang... minumnya sedikit... tapi diselingi dengan
ciuman dan peluk-pelukan.... tanpa memperdulikan tamu lain... akhirnya saya
menyuruh pegawai saya agar melakukan koor "huuuuuuuuuu " kalau mereka sudah
mulai berlebihan....
Sekarang mereka tidak pernah datang lagi berbelanja ditempat saya.... dan
saya malah mengucapkan syukur... karena saya tidak mau kedai saya di cap
tempat maksiat..... tapi herannya.... justru banyak kedai-kedai yang
menyediakan fasilitas tersebut agar pelanggannya datang semakin banyak....

Tidak usah dipungkiri.... ruang-ruang yang ada di pantai Padang sudah
semakin banyak... mengapa Pemda tidak menertibkannya ? apakah mereka tidak
tahu ? atau pura-pura tidak tahu ?

Salam
Tommy

----- Original Message -----
From: syed nasir syed
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, August 21, 2001 5:05 PM
Subject: Re: [RantauNet] Bukitting Kota Maksiat


saya amat terkilan dan sedih bila mendengar berita yang Bukit Tinggi kini
telah tercemar ,Kota Wisata yang kita bangga banggakan kini jadi kota
maksiat.....
KEMANA NINIAK MAMAK SELAMA INI.....? KEMANA PEMUKA MASYARAKAT.....?SIAPA
YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB DENGAN ANGKARA INI NSEMUA ....? BUKAN KAH RANAH
MINANG RANAH BARADAIK NAN BALIMBAGO...?
MINANGKABAU YANG KITA BANGGA BANGGAKAN KINI TELAH JADI INDONESIA
JAWA........
NINIAK MAMAK SEOLAH OLAH KEHILANGAN TARING BAGAIKAN PISAU TAJAM INDAK
BAPUNTIANG.....
PEMDA....APA YANG MEREKA BUAT SELAMA INI.....MENGAPA HARUS DI BIARKAN INI
BERLAKU ........
DPRD......APA PUNGSI MU DI RANAH MINANG......?
KEMANA TUNGKU TIGO SAJARANGAN.........
TALI TIGO SAPILIN........
BUKIT TINGGI OH BUKIT TINGGI KOTA KEMBAR SEREMBAN N.SEMBILAN
NASIBMU .............MEMBIMBANGKAN ...........MENYEDIHKAN ...........




RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke