"KASUS WTC PERKUKUH KESADARAN SPIRITUAL"
JAKARTA (RantauNet): "Dengan nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang," kata
Oran E. Warder membaca basmallah yang biasa diucapkan Muslim, saat membuka misa gereja
Episcocal di St Paul, Washington.
Bagi Warder, kelompok ektrimis Muslim bukanlah representasi dari ajaran Islam. Mereka,
lanjutnya, sama seperti kaum Ku Klux Klan dalam masyarakat Kristen.
Apa yang dipaparkan pendeta St Paul itu merupakan salah satu gambaran derasnya imbauan
kaum rohaniwan di AS untuk mencegah permusuhan pasca tragedi WTC.
"Kita harus ingat bahwa Setan tak memakai sorban, tunik, yarmulke (kopiah Yahudi) atau
salib. Setan mengenakan garmen yang terbuat dari hati manusia berajut benang kebencian
dan ketakutan," kata pendeta Nathan D. Baxter, dekan Katedral Nasional Washington.
Di katedral itu, sekitar 7.000 umat dari berbagai agama mendengarkan kotbah Baxter.
Padahal pada hari normal, menurut satu sumber di tempat tersebut, katedral itu hanya
dikunjungi maksimal 1.500 jemaah.
Di gereja Ebenezer AME kawasan Prince George, pengunjung membludak hingga 3.000 orang.
Arus parkir kendaraan terpaksa dialihkan ke sepanjang jalan Allentown Road.
Gereja Katolik St Francis Xavier, Washington Tenggara, terdengar berkumandang
lagu-lagu rohani seperti "Let There Be Peace on Earth" dan "Amazing Grace." Mereka
umumnya menggunakan kostum pita merah, biru dan biru seperti bendera AS.
Uskup Hopeton W. Mair Sr dalam kotbahnya di gereja Apostolik New Mount Olivet, Seat
Pleasant, mengingatkan keluarga korban untuk menahan amarah.
"Amerika mendidih oleh dendam, darah menjadi panas, keluarga yang hatinya terluka,
termasuk kita di sini. Tapi dendam adalah pedang bermata dua yang tidak bergagang dan
hanya Tuhan yang tahu cara memegangnya."
Di tempat sama, Kardinal Katolik Roma untuk Washington, Theodore E McCarrick
berkotbah, "Akankah negara kita berubah? Akankah pengalaman buruk 11 September bisa
memperbudak hati kita ke arah kebencian dan permusuhan?"
Pendeta kulit hitam Jesse L Jackson dalam ceramahnya di gereja Ebenezer AME kembali
mengingatkan jemaah untuk tidak menyalahkan warga Amerika keturunan Arab atas serangan
teroris itu.
"Menkambinghitamkan tetangga kita sendiri sangatlah salah dan berbahaya. Dalam setiap
masalah kompleks biasanya dicari jawaban yang simpel, dan jawaban itu selalu salah,"
kata Jackson dalam misa pagi yang mendapat sambutan hangat pengunjung itu.
Pastor Robert M Norris dari gereja Presbyterian Keempat menekankan perlunya kesadaran
bahwa benteng paling kukuh itu adalah mendekatkan diri ke Tuhan.
"Kita telah melihat setan menorehkan kukunya di tengah bangsa kita. Tuhan menawarkan
pelipur lara. Dan dalam tragedi, umat biasanya sadar tentang betapa tak terbatasnya
pengatahuan, kekuatan dan perhatian Tuhan."
"Wall Street bukanlah tempat ungsian kita. The Pentagon bukanlah tempat ungsian kita.
Tuhan-lah tempat ungsian kita," tegasnya seraya menambahkan umat jangan terkecoh
dengan anggapan bahwa teroris itu kuat
"God is the lone superpower," tegas Norris.
Dari New York dilaporkan selama sepekan terakhir, suasana kota sangat kental dengan
nuansa spiritual. Bahkan pemandangan kongregasi lebih banyak terlihat di kawasan
terbuka. Hampir semua gereja terlihat dipadati pengunjung.
Di Los Angeles, para pendeta Yahudi juga sibuk melayani jemaah, apalapi Kamis pekan
ini adalah hari Rosh Hashana (Tahun Baru) Yahudi.
"Ada hal-hal yang hanya komunitas religius yang bisa memberi tempat bagi anda untuk
menyalurkan (duka cita)" kata Davil Wolpe, rabbi Kuil Sinai, sebuah sinagog
konservatif di LA.
Di kota itu, gereja-gereja juga membludak oleh pengunjung. Menurut sumber-sumber di
gereja, terjadi peningkatan kunjungan hingga 6.000 jemaah tiap minggu.
March Schneier, pemimpin spiritual Yahudi dari Sinagog Hampton, New York, mengatakan
kendati kursi sudah penuh dipesan untuk Rosh Hashana, warga masih saja minta
dibolehkan hadir, padahal kapasitas hanya untuk 200 orang.
"Kami sangat merasakan sebagai warga Amerika bersatu dalam emosi dan rasa kehilangan
yang sangat dalam," kata rabbi Peter Schweitzer dari Kongregasi Kota untuk Yahudi
Humanistik, sebuah kelompok Yahudi berbasis New York dengan jaringan global humanis
sekuler.
Dia dan kelompoknya batal menyelenggarakan perayaan Rosh Hashana yang tadinya
dijadwalkan akan dilakukan di WTC. Acara akhirnya dipindahkan ke hotel tak jauh dari
tempat itu. *** (el) ***
STAFF WRITERS: Gustav Niebuhr, Caryle Murhpy, Avram Goldstein, Ginny Hamill, Hamil R.
Harris, Mary Otto, Tracey A. Reeves, Mary Beth Sheridan, Debbi Wilgoren, Sally Jenkins.
SPECIAL CORRESPONDENTS: Neal Becton, Elaine Riverra.
EDITOR IN-CHARGE: Esteranc Labeh ([EMAIL PROTECTED])
*************************thanks*********************
____________________________________________________
Dapatkan email gratis Anda di http://mail.astaga.com
RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================