Dari Kompas Jum'at   21 Sept

www://kompas.com/kompas-cetak/0109/21/buda09.htm

PARALU DIBACO.
xxxxxxxxxxxxxxx
Iko nan lah wak katokan sajak dulu.
Mudah-mudahan bisa ditarimo bangso Indonesia.

~ab~
~~~~


> Jumat, 21 September 2001

        Budaya Minang Bisa Jadi Alternatif Etika Berbangsa

Padang, Kompas
Budaya Minang yang sarat nilai, filosofis, dan demokratis, ke depan
diharapkan dapat menjadi tumpuan dan perekat bagi bangsa dan negara.
Jika selama ini yang ditonjolkan pemerintah adalah budaya Jawa yang
feodalistik, dan itu ternyata berakibat tidak baik kepada bangsa dan negara,
maka kini budaya Minang diharapkan sebagai alternatif.

Untuk itu, sebanyak 40 orang dari Panitia Ad Hoc II Badan Pekerja Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), selama dua hari mulai Jumat (21/9) ini di
Bukittinggi, akan menggali lebih dalam budaya Minang tersebut. Sejumlah
intelektual dan cendekiawan di Minang, Sumatera Barat, akan
mengemukakan gagasan-gagasannya. Seminar dan lokakarya ini
rencananya dibuka Ketua MPR Amien Rais.

Sosiolog Dr Mochtar Naim, anggota Badan Pekerja MPR, mengemukakan
hal itu kepada wartawan di Padang, kemarin. "Selama ini Indonesia belum
memiliki visi yang jauh ke depan. Sementara budaya Minang yang terkenal
dengan sikap egaliter dan terbukanya, mempunyai visi yang jauh ke depan.
Mungkin saja nilai-nilai budaya Minang ini relevan untuk dikembangkan
secara nasional. Untuk itulah digelar seminar dan lokakarya," katanya.

Dikatakan, dalam menata kehidupan bernegara, selama ini bangsa
Indonesia boleh dikatakan "kehilangan" etika dan visinya belum jauh ke
depan. Prinsip-prinsip dasar kehidupan dilalaikan. Hal ini antara lain
tercermin dari begitu mudahnya bangsa ini ambruk, mengalami krisis
multidimensi yang berkepanjangan.

Visi yang ada, lanjut Mochtar Naim, seperti rencana pembangunan lima
tahun (Repelita), akselerasi pembangunan, dan lainnya, baru sebatas
rancangan pembangunan sektor ekonomi dan pembangunan yang bersifat
fisik lainnya. Sementara itu, etika kehidupan berbangsa hancur, sehingga di
mana-mana terjadi penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. Korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) terus saja merajalela.

"Ambruknya bangsa Indonesia di ujung pemerintahan Orde Baru sampai
sekarang, karena pembangunan tidak diletakkan atas dasar pembangunan
yang solid, yakni pembangunan yang beretika. Masing-masing agama
punya etika, tetapi hal ini kenapa tak jalan? Sebab, yang kita perlukan
adalah etika berbangsa. Dan hal ini belum kita punyai," tegas anggota MPR
asal Sumatera Barat itu.

Menurut Mochtar Naim, dari awal bangsa Indonesia selalu terlihat bermuka
dua. "Kita tampilkan dalam berbagai retorika bahwa Indonesia negara
demokrasi, Pancasilais sejati, menghormati hak asasi manusia, antikorupsi,
tetapi yang dilakukan sebaliknya," tuturnya. (nal)

RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke