*
berjalan selepas subuh sungguh menyenangkan,
sisa-sisa nyanyian gema azan yang mengisi udara pagi,
masih mendengung-dengung di telinga saya,
lalu, giliran satu dua anak manusia yang belum hendak meninggalkan masijid,
mendendangkan ayat-ayat alqura-an,
dengan lagu irama seadanya,
amatir, alami,
namun sungguh menyenangkan,

berjalan selepas subuh ternyata menyenangkan,
lihatlah wajah-wajah anak manusia yang melangkah meninggalkan surau dan
masjid,
teduh, tenang, seperti lepas beban duniawi yang ada,
bersarung putih, biru, hijau, merah, dan kuning,
berbaju longgar seperti pendekar cina di indosiar,
di bahu tersampir sajadah, di tangan kiri tergenggam tasbih,
berikan senyummu pada mereka, boleh berbasa-basi,
maka kau dapatkan senyum damai yang tulus;

ah, ternyata yang rela bersubuh di masjid sepagi ini bukan sembarang jamaah,
tak kutemukan wajah-wajah  'fpi' yang semalam memecahkan botol-botol alkohol
di sepanjang jalan kemang,
tak kusua wajah-wajah laskar jihad yang mengacungkan pedang di pelabuhan
tanjung perak,
juga tak nampak wajah-wajah taliban yang geram memecahkan sisa-sisa pecahan
patung budha, yang telah remuk dihantam dinamit;
tak juga ku terlihat wajah-wajah islam  garang anggota milis rantaunet yang
siap menumpas semua lawan;

anginnya tipis, dingin, sedikit menggetarkan bulu-bulu tubuh,
udaranya segar berembun hmmm......
meski satu-persatu kendaraan bermotor mulai melalui jalan-jalan kecil ini,
cahayanya menyilang perempatan, masih cukup kuat menyilaukan mata,
sementara matahari baru membiru-tua-kan 20 derajatan langit timur;

langkah ku terhenti,
sebidang tanah kosong yang terlewat ku amati selama ini,
setahuku adalah tanah gusuran, yang gagal ditumbuhi gedung perkantoran,
karena negeri ini lebih senang bertikai daripada bersaudara, lebih senang
merusak daripada membangun,
7-8 batang pisang, 2-3 pohon jeruk, beberapa pohon yang aku tak tahu apa,
sisanya adalah semak perdu, daun-daun, sedikit sampah dan mungkin tai,
seorang lelaki, tua, mencangkul, menggemburkan tanah, menyiangi semak,
tiga ekor anjing kampung jongkok 2 meteran di belakang;
saya mengucek mata: 'benarkah ini jakarta?'

suara-suara binatang bersahut-sahutan, entah jengkerik entah katak, entah
apa,
aku mulai bodoh untuk membedakan mereka,
telingaku kini lebih cerdas membedakan deringan telfon, facs, handphone,
atau gemuruh dial internet,
di jakarta, teman, pagi ini burung-burung terbang dari satu pohon ke pohon
yang lain,
dari tiang listrik ke tiang rambu jalan,
seekor burung gereja (yang di kampung ku banyak bersarang di mesjid)
bertengger di pokok kedondong,
di ketinggian sejengkal di atas mataku, semeter  ke depan;
diam ia, seperti hendak mengajak kenalan dan berbicara: 'siapa namamu,
teman?'
aku mengucek mata : 'benarkah ini jakarta?'

hmmm...., berjalan selepas subuh sungguh menyenangkan,
di langit sebelah timur yang hitamnya mulai pelan-pelan bertransformasi ke
biru ,
beberapa derajat di atas horizon, si venus 'bintang' kejora dengan genit
memamerkan silaunya,
seperti menggoda yupiter yang duluan tinggal landas sekitar sepuluh derajat,
sebuah email yang kemarin singgah di mailbox saya mengingatkan,
inilah saat-saat  terdekat yupiter dengan bumi dalam siklusnya,
ah, teleskop murahan 70 mm ku hanya cocok untuk melihat bulan,
atau mengintip apartemen mewah yang 500 meteran dari kost kumuhku,

langkahku bermuara di jalan sudirman,
pagi mulai unjuk gigi hendak menerkam malam,
langit mulai membiru, meski gelap,
beberapa kendaraan, dan bus mulai lalu lalang,
kilatan cahaya lampunya di gelap yang mulai terang,
di terang yang berselimut kegelapan,
memberikan nuansa tersendiri,

ah, lama tak kulewati jembatan penyeberangan ini,
sungguh indah memandang jakarta dari atas jembatan ini,
di pagi ini, selepas subuh,
gedung-gedung tinggi yang lampu-lampunya mulai dipudarkan sinar matahari,
atap-atap genteng coklat rumah penduduk,
tanah-tanah kosong yang berpagar seng,
sebuah genangan air, di samping sebuah gedung yang  terbengkalai,
yang 3 bulan yang lalu mengapungkan mayat seorang lelaki malang;
pohon-pohon di sepanjang sudirman,
gerobak pedagang kaki lima di halte seberang,
dua orang penyapu jalan tertidur trotoar jalan,
pulas sambil memeluk sapu lidi,
bis-bis yang lalu lalang,

kadang aku merasa kagum,
seringkali juga merasa begitu kasian,
melihat anak manusia di sepagi ini,
penyapu jalan itu,
tukang gerobak itu,
si bapak petani metropolitan itu,
supir dan kondektur bus itu,
penumpang-penumpang bus itu,
kerasnya hidup....
mereka meninggalkan rumah selepas subuh,
adakah mereka merasakan keindahan itu?
keindahan berjalan selepas subuh yang kurasakan?

oh, tiba-tiba aku merasa malu pada mereka;

=urpas=
iimid1800270801.



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke