judulnyo iyo utk uwan revrisond,
tapi mudah-mudahan paguno juo untuak rantaunetters nan lain;
urpas bahaso indonesia sajolah,
soalnyo bahaso minang itu hampir indak berperan dalam membangun
intelektualitas (kalau lai ado) urpas;
jadi indak pas dan kurang pandai urpas kadang-kadang berdebat dalam bahasa
minangkerbau ini;
isinya terus terang mencoba mendebat pendapat uwan revrisond he..he...

begini, uwan revrisond..
satu hal saya yang sangat sepaham denga uwan adalah,
bahwa kemandirian daerah perlu ditegakkan,
aspirasi daerah perlu diperhatikan sacara sungguh-sungguh;
jati diri dan harga diri daerah perlu dihargai;

lebih dari itu..
saya telah sekian lama dan telah beribu kali
dijuluki sebagai orang sinting, gila, pasiek,
rasialis, rasis, primordialis, anti jawa, iseng,
terkebelakang 50 tahun, nggak sekolah, dll.
karena saya sering berkoar-koar ttg perlunya:
PEMBUBARAN NEGARA INDONESIA.
tulus niat saya sebetulnya untuk kebaikan semua rakyat 'indonesia'

jadi kalau di rantau net ada yang menyerang ide saya tersebut,
saya santai saja,
karena kebanyak counternya (maaf, ya) sejauh ini masih ringan, he..he..ongeh
urpas emang..
dibandingkan dengan berberapa milis sebelumnya yang pernah saya masuki;
atau sebetulnya  yang lain memang menganggap saya angin,
jadi dibiarkan saja;

nah, berkaitan dengan privatisasi semen padang,
saya tentu juga berada di posisi yang sama dengan uwan revrison,
berkaitan dengan bahwa aspirasi daerah perlu didengarkan dan diaplikasikan
secara utuh;
namun dalam konteks yang ada sekarang,
memang akan sulit mempertemukan berbagai kepentingan dari berbagai pihak;

ada pemerintah indonesia yang butuh duit buat nombokin APBN  yang sekarat,
uwan bilang, jumlahnya, nggak signifikan,
emang jual BCA juga nggak signifikan, jual sisa saham TLKM juga nggak
signifikan,
jual Indosat juga, begitu juga jual Indosiar yang kemarin,
tentu juga aset-aset BUMN yang lain;
tapi kalau semuanya jalan dengan baik, sebetulnya lumayan banyak juga;

namun, uwan tentu tahu, bahwa privatisasi yang sudah dalam track seperti
SMGR atau GUTHRIE sebelumnya,
tentu saja ada nilai kualitatifnya selain nilai duit itu sendiri,
yaitu fairness pemerintahan indonesia dalam berbisnis,
kalau kasus guthrie terulang lagi, makin susah saja nyari investor asing;
(yang benar fresh off shore fund, lho; bukan duit-duit lokal yang pake
nominee asing...)
hal ini juga menjadi ajang pertaruhan kesungguhan indonesia dalam
memprivatisasi aset-asetnya;

efek privatisasi secara kualitatif ke dunia investasi juga cukup besar;
uwan tentu tahu, morgan stanley capital merubah perhitungan indeksnya;
dimana weight portfolio yang mengkonstruksi indeks tidak berdasarkan pada
kapitalisasi pasar lagi;
tapi pada floating shares, saham yang ada di 'pasar'
saham dari pemegang saham strategis, tentu saja pemerintah, tidak
diperhitungkan;
efeknya sangat besar bagi pasar asia;
dan, of course, akan sangat2 mempengaruhi para fund manager dalam
mengalokasikan dananya ke pasar negara tertentu;
dan, privatisasi adalah (walau tidak absolut) langkah menuju pengambangan
saham di pasar;
privatisasi 'dianggap' langkah lebih baik menuju good corporate governance;
dan tentu saja good corporate governance akan optimal dalam hal mayoritas
saham floating di pasar;

tentu banyak yang bilang bahwa 'portfolio investment' tidak dapat diajadikan
acuan,
dan sesungguhnya potfolio investment tidak 'sehat',
bahwa kita lebih prefer fdi (foreign direct investment);
iya, betul, untuk kasus indonesia, yang terkebelakang dalam pasar modalnya;
dimana lembaga pembiayaannya masih tradisonal;
masih sangat didominasi oleh perbankan (commercial banking, bukan investment
banking);
tentu saja protfolio investment tidak dapat menjadi acuan absolut seperti di
negara-negara maju,
yang sangat capital market  oriented;

namun jangan salah,
data 'pasar', seperti indeks saham, weighting msci, ft, dll.
menjadi acuan bagi investor, termasuk investor FDI sekalipun,
karena data 'pasar' cenderung lebih transparan, gampang diperoleh,
dianggap lebih mencerminkan hal yang sebenarnya dari suatu 'pasar secara
keseluruhan',
karena hasil  interaksi dari banyak pelaku pasar;
(tentu dalam kenyataannya tidak sepenuhnya begitu, banyak penyimpangan juga
di pasar);

selain itu, dari sisi pemerintah indonesia,
privatisasi, sekecil apapun, adalah sebagai pembuka jalan, atau setidaknya
pelancar jalan;
untuk mendapatkan bantuan dari lembaga multilateral like imf, adb, wb,
(saya tidak memeperdebatkan perlu tidaknya mereka, tidak akan ada kata
sepakat dari semua ekonom-ekonom indonesia mengenai hal ini)

jadi intinya, privatisasi, termasuk semen gresik,
yang kebetulan menyangkut juga semen padang,
dari sisi pemerintah indonesia, adalah bukan hak yang 'kecil';
dia adalah bagian dari paket privatisas bumn yang akan mensuplai dana buat
apbn;
dia akan menjadi batu ujian yang ditonton masyarakat investor dunia dalam
menilai,
kesungguhan pemerintah indonesia, kefairan pemerintah indonesia,
serta sejauh mana itu dapat memperlihatkan kemajuan indonesia dalam
memberikan iklim investasi yang baik;
jadi bukan hal kecil;
(saya tidak memperdebatkan, perlu tidaknya investor asing)

nah, terlepas dari hal-hal tersebut di atas,
dari sisi 'pemerintah' indonesia, tak dapat dipungkiri pula,
bahwa privatisasi ini telah menjadi 'proyek'
baik proyek duit, proyek politik, dllsb.
masing-masing sibuk menggolkan calon investornya masing-masing,
sibuk menggolkan konsultannya masing-masing;
sibuk mencari celah-celah untuk menjadi sumber penghasilan masing-masing;
ruwet dan busuk...

kemudian dari sisi daerah,
banyak kepentingan pula, rasa harga diri, rasa memiliki;
bahwa aset yang  'terletak' di daerahnya adalah 'milik'nya,
walau secara legal dimiliki oleh menteri keuangan sebagai qq pemerintah
indonesia yang qq negara indonesia yang qq rakyat indonesia;
yang tidak rela tiba-tiba 'milik' mereka tiba menjadi milik asing;

nah, orang daerah tidak kalah bejatnya juga dibandingkan orang pusat,
karena sudah belajar banyak dalam puluhan tahun ber'satu-padu' dalam
birokrasi pusat;
untuk kasus sumatera barat jadinya tambah parah,
karena (katanya, lho..) orang sumatera barat punya potensi untuk
ber'licin-licin';
what a perfect combination....birokrasi pemerintahan indonesia yang rusak,
diadapt dengan mahir sekali oleh birokrat sumbar;
maka  banyak kepentingan di sini,
yang takut posisinya tergusur, yang takut kehilangan proyek-proyek
kolutifnya selama ini;

jadi, menurut saya alangkah naifnya jika kita memperjuangkan sesuatu hanya
melihat SEMATA satu sisi:
yang pingin spin off hanya mengumbar kejelekan calon investor asing,
investor yang tidak profesional;
bahwa perusahaan transnasional/multinasional lebih banyak memberikan dampak
negatif dari pada positifnya;
lebih banyak mudarat dari pada manfaatnya;
mengumpat-ngumpat bahwa deal ini penuh 'deal-deal' kolutif di pusat,
bahwa 'aset daerah' :) tidak boleh begitu saja buat nombok utang koruptif
pemerintah pusat;
bahwa lembaga multilateral mendorong privatisasi hanyalah SEKEDAR upaya cuci
tangan;

nah, inilah yang menjadi perhatian saya,
bahwa uwan revrisond dalam memperjuangkan spin off hanya melihat sisi-sisi
jelek dari kemungkinan terlaksananya spin off;
tidak sedikitpun memperlihatkan adanya sisi baik (omong kosong kalau tidak
ada);
sebaliknya juga uwan revrisond tidak (belum banyak) memaparkan bagaimana
atau,
apa sih keuntungannya jika di spin off, baik bagi pemeritnahan pusat maupun
bagi daerah;
paling hanya bahwa aset kita tidak tergadai;

saya, maaf, cukup prihatin dengan opini-opini sepihak dan bombastis dari
uwan revrisond;
bahwa perusahaan-perusahaan asing seperti freeeport, caltex penyuap yang
terbesar;
secara gambalang, uwan, bermakusd mengatakan bahwa: perusahaan asing itu
tukang sogok!
perusahaan asing itu lebih penyogok dari perusahaan lokal;
euleuh...euleuh...

ok, freeport nyogok, caltex nyogok, maxus nyogok, citiabnk nyogok, jp morgan
nyogok, ing baring nyogok,
ericsson nyogok, alcatel nyogok;
tapi ingat mereka menyogok di INDONESIA!
apkah itu artinya : freeport penyogok atau freeport (terpaksa) menyogok
pemerintah idnonesia?
apakah : citbank itu penyogok atau citibank (terpaksa) menyogok di
indonesia?
saya dengan tegas menentang pendapat uwan;
yang benar adalah mereka TERPAKSA menyogok di indonesia!

saya kebetulan bekerja di perusahaan asing (saya juga pernah bekerja di
perusahaan lokal, jadi bukan karena saya bekerja di perusahaan asing);
dan saya juga banyak sekali punya kenalan yang bekerja di perusahan2 asing
di berbagai sektor;
umumnya, memang terpaksa menyogok!
saya mengalami sendiri, ketika saya terlibat membantu establishment,
sebuah perusahaan asing di sini,
betapa di setipalini, semua pejabat minta duit, baik dengan cara 'standar';
atau dengan cara terang-terangan!
dan bagaimana susahnya untuk minta approval ke kantor regional  di sydney
sana,
atau ke kantor pusat di eropa sana untuk mengeluarkan uang sogokan;
betapa bahwa 'etika bisnis' memang sudah menjadi budaya perusahaan asing,
bahwa sogok-sogokan memang sesuatu yang memalukan,
tentu tidak ada yang sempurna, dimana-mana dalam bisnis ada lobby,
ada pendekatan, butuh jalur informal, dll.

tapi dapat saya katakan, bahwa etika bisnis perusahaan asing jauh lebih baik
dari pada perusahaan lokal!
bumn? he...he....
belum dimintas sogokan udah nyogok duluan,
bagi-bagi duit perusahaan, bagi-bagi proyek dengan kenalan dan kerabat;
jadi informasi ttg penyogok terbesar di indonesia adalah perusahaan tnc,
perusahaan asing,
jelas dari uwan betujuan untuk mengatakan perusahaan asing itu 'kotor'
dan itu menurut saya adalah informasi yang sesat dan menyesatkan,
karena hanya menampilkan data sepihak;

saya juga sangat berkeberatan dengan pernyataan uwan bahwa,
perusahaan asing seperti deutch bank (?maksudnya deutsche bank?), citibank,
chase manhattan bank,.
the bank of switzerland (?maksudnya UBS?);
adalah perusahaan yang termasuk melakukan pencucian uang,
dan menuduh mereka melakukan standar ganda dalam hal corporate governance;
mungkin benar, tapi saya rasa yang lebih banyak melakukan adalah perusahaan
investment banking atau asset management lainnya;
saya tahu mereka juga tidak sempurna dalam menerapkan business ethics,
tapi dalam hal corporate governance mereka jauh lebih baik;

jauh lebih baik dari perusahaan finansial lokal, entah itu bank atau
sekuritas;
tau sendirilah isi perut dan kelakuan bank-bank lokal
tolong sebutin kepada saya satu saja bank lokal, swast atau pemerintah,
yang nggak makai duit nasabah seenak perutnya?
satu saja?
ok, bank niaga atau panin mungkin...bolehlah tapi nggak sebersih yang
disebut-sebut orang
semua bank itu, ngasih kredit seenaknya buat grupnya;
main forex, derivatif seenak perutnya, untung masuk kantong pemegang saham;
rugi posisi taken over by company;
..
bank pemerintah?
ah, tai kucing semua, duit rakyat yang disimpan disana;
cuman buat dialiran sana-sini seenak perutnya;

tau sendirilah bagaimana bejatnya investment banking/sekuritas lokal;
bisa sebutin ke saya, uwan revrison?
satu saja investment banking lokal/sekuritas lokal,
yang nggak pernah nyalahgunain saham nasabahnya,
yang nggak pernah ikut cornering/goreng-menggoreng saham,
yang dealer  atau salesnya ngecrossing saham nasabahnya utk their own
profit?
yang nggak pernah insider trading karena corporate finance/investment
banking divisionnya handle emiten?

dan saya tahu persis, bahwa bank asing dan sekuritas asing jauh lebih
beradab dan bermoral;
biarpun mereka ternyata tidak islam, kafir he..he...

dan apakah business ethics semen padang itself, corporate governance semen
padang itself,
profesionalism semen padang itself, dll. lebih baik?
unquestionably, much worse.......

satu hal yang sangat menyedihkan saya,
adalah keterpelesetan uwan revrisond, krn terlalu semangat kampanye spin
off,
adalah mengatakan bahwa gaji besar di perusahaan asing adalah karena
pengorbanan ...
(masih dalam tanda tanya sih)
cuman saya yakin uwan bermaksud mengatakan bahwa gaji besar diperusahaan
asing
mengorbankan orang lain, rakyat, atau negara indonesia..
nuansanya begitu

naif,
tanya kenapa gaji di citibank atau di amex jauh lebih besar dari gaji di bni
atau di bank bali?
apakah citibank atau amex mengorbankan orang lain?

tengok:
sederhana saja, tidak usah dibikin jadi berbelit,
citibank ngasih gaji lebih gede karena perusahaanya lebih profitable dari
bni;
kenapa lebih profitable?
karena lebih profesional dan pintar;
sederhana saja, mereka bisa ngambil spread/margin lebih besar dari bank
lokal, apalagi bank pemerintah macam BNI;
mereka beroperasi lebih efisien secara operasional dari bank lokal;
mereka misalnya cukup kasih bunga USD sekarang ke nasabah paling 2% -an,
mandiri atau BNI ngasih maksimum penjaminan 5% lebih!
mereka kasih bunga ke deposan lebih kecil, tapi charge fee lebih besar;
selanjutnya mereka bisa minjamin ke borrower dengan bunga lebih rendah;
sehingga jualan mereka lebih laku;
lalu karyawan mereka bekerja lebih efisien lebih profesional, shg biaya
operasi lebih kecil;
pertanyaan stupid berikutnya: kenapa nasabah mau make jasa citibank atau
amex walau dengan bunga lebih rendah,
walau denagn fee lebih besar,
lha pelayanan mereka lebih bagus, lebih profesional, etc....

sekuritas asing vs sekuritas lokal?
kenapa misalnya (ketika pasar kita masih menarik),
investor besar luar lebih milih trading dengan Merril Lynch, ING Barings,
Jardine Flemings, SBC Warburg, dll.
ketimbang sekuritas lokal,
padahal sekuritas asing ngecharge fee bisa 2 kali atau bahkan 3 kali lebih
besar!
kenapa mereka punya research yang baik, sistem yang bagus, kerja yang kebih
terpercaya, dll.
wajar, akhirnya mereka punya income lebih besar dan menggaji karyawan lebih
besar;

jadi menurut saya sangat menyesatkan dan terlalu berlebihan,
menuduh perusahaan asing bisa mensejahterahkan karyawannya lebih baik
sebagai pengorbanan (rakyat/negara);

perusahaan lokal, BUMN kenapa gaji lebih kecil?
karena karyawan dikorbankan!
dikorbankan oleh manajamen yang korup, kolutif, tidak profesional, dan
bodoh;
sehingga perusahaan tidak akan layak meensejahterahkan karyawannya;
rakayt dikorbankan, karena tidak becus dan korup, perusahaan merugi,
tidak bisa menyumbang dividen bagi APBN negara,
atau bahkan malah apbn harus ngasih subsidi;
(saya tidak bicara ttg BUMN yang memang most of their business bagian dari
pelayanan pada masyarakat, seperti perumka, atau bahkan pln)

belum lagi yang merugikan dan mengorbankan negara adalah perusahaan lokal,
sebagian besar, yang suka kongkalingkong dengan direktorat pajak, ya
lokal-lokal..
terutama koglomerat...

but, saya tidak mengatakan perusahaan asing SELALU lebih bagus dari lokal,
tidak,  namun adalah jelas bahwa perusahaan asing cenderung lebih baik,
lebih sehat, lebih bersih, dibandingkan perusahaan lokal;
dan saatnya kita mencuri ilmu merekaa, sistem mereka;
bekerjasama dengan mereka,
tapi tentu secara adil dan saling menguntungkan;

dan saya juga mempertanyakan pernyatan subjektif uwan terhadap
orang-orang seperti didik rachbini, syahrir, Lie Chin Wei  (?maksud uwan
Lin Che Wei?), dll.
adakah uwan juga mempertanyakan hal itu pada pejabat-pejabat semen padang
sendiri?
orang-orang dprd sumbar sendiri? pemda sumbar sendiri?
kiranya siapakah yang lebih memiliki conflict of interest?
direktur semen padang atau lin che wei ?
supplier semen padang atau syahrir?

lin che wei, itu cuman research analyst, emang kondang,
tapi yang jelas dia bukan fund manager,
tapi tentu saja dia cukup berpengaruh bagi fund manager atau investor,
kalau dia punya saham SMGR (kalau, lho, krn ini baru prasangka)
apakah conflict of interestnya lebih besar dari pejabat semen padang?

syahrir?
let me tell you,
syahrir itu di pasar modal indonesia nggak didenger,
sekuritasnya kecil, sekali-sekali ikut underwriting,
trading kecil,

setahun dua tahun yang lalu,
kalau syahrir bilang BUY, saya masih bisa ngalahin dia,
saya bisa mempengaruhin investor utk SELL..
nggak "main"  pengaruhnya di pasar..

jadi,
inti tulisan saya adalah,
saya sepaham dengan uwan mengenai hak daerah di segala sektor,
tidak hanya ekonomi, tetapi juga sosial politik dan budaya;
tapi saya tidak sepaham dengan 'permusuhan' terhadap asing;
bagi saya adalah "kita bangun permusuhan dengan pemerintah pusat yang rusak
dan korup";
sukur-sukur bisa kita putuskan;
(paling baik bila bergabung satu pulau suamtra yang realtif lebih kaya dan
cenderung lebih berkarakter sama dan lebih 'nyambung', dan satu pulau pula)
lalu, be relaistic kita tidak akan bisa berdiri sendiri begitu saja,
terus?
ya kita bekerjasama dengan negara-negara maju, pihak "asing";

indonesia, no;
negara maju, yes; biar asing;

selain itu saya juga sebetulnya mau sedikit pamer,
bisa juga nulis-nulis yang agak serius he..he...
biar kelihatan bego, nggak apa-apa..

pulang lai, malam hari,
alun makan lai do,
baru ngunyah kurma seh baru ampek incek

=urpas=








RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke