Bismillaah, Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim
Saudaraku kaum muslimin dan muslimat yang disayang Allah ...

Kata "Masya Allah" sering diucapkan oleh bibir-bibir kita. Anak-anak muda Jakarta, sering mengemasnya dengan bahasa yang agak nakal : "caileh". Hari ini saya buka "Suara Hidatullah On-line" http://www.hidayatullah.com juga menggunakan kata-kata populer di kalangan Islam ini pada tajuk rencananya, dengan judul "Masya Allah, Amerika !"

Akan tetapi terus terang saja, justru dari judul inilah, saya tertarik mengajak kita semua untuk sedikit merenungi makna yang terkandung di dalamnya. Kata-katanya, sepertinya memang sepele, namun percayakah kita  bahwa makna sesungguhnya adalah sangat-sangat dalam ?

Masya Allah, adalah kata bahasa Arab yang berarti "Kehendak Allah" atau "Allah Maha Berkehendak". Artinya, Dia-lah Allah satu-satunya yang paling merdeka. Dia dapat berkehendak sesuka-Nya. Sedangkan kita manusia, adalah salah satu objek dari kehendak Allah. Kita bukan berkehendak tetapi kita inilah "yang dikehendaki Allah". Tak ada kebebasan pada kita untuk berkehendak. Jika kita mau berkehendak, maka kehendak itu haruslah yang sesuai dengan "yang dikehendaki oleh Allah".

Allah menetapkan kehendak-kehendak-Nya di dalam hukum-hukum atau peraturan-peraturan Allah, yang kemudian kita mengenalnya dengan "Sunnatullah". Setiap ciptaan Allah atau makhluk Allah tak pernah lepas dari sunnatulah. Artinya, semua ciptaan Allah, termasuk kita, tidak pernah keluar dari kehendak-kehendak-Nya. Benarkah kita ini tidak memiliki kehendak ? Benarkah kita bisa berkehendak ? Dua pertanyaan inilah yang kemudian kita dibawa untuk mengenal adanya faham Jabariyah, Qadariyah, Muktazilah, Ahlu Sunnah Wal Jamaah, dan lain sebagainya.

Suatu saat kita mungkin menghendaki untuk makan siang dengan ikan bakar di pinggir jalan, ketika kita berkendaraan dan melintasi sebuah jalan yang di situ terdapat rumah makan ikan bakar, sementara kita tahu di dompet kita ada uang cukup untuk membayarnya. Di suatu waktu yang lain, meskipun kita sudah merasa lapar dan melewati jalan itu, kita sama sekali tidak berkehendak seperti itu. Mengapa ? Benarkah itu semua adalah kehendak kita sepenuhnya ? Itu adalah sebuah fenomena nyata yang selalu kita alami dalam banyak versinya.

Ketika kita selesai membaca surat Al-Fatihah ketika shalat subuh, mungkin kita dengan tiba-tiba membaca surat Al-Ma'un, padahal kita tidak pernah merencanakannya atau bahkan pernah juga kita merencanakan membaca suatu surat, akan tetapi, kita tetap saja tidak membaca surat yang kita rencanakan itu ketika selesai membaca Al-Fatihah ? Siapakah yang menghalangi atau yang menyuruh kita membaca surat tertentu setelah membaca Al-Fatihah di dalam shalat kita ?  Apakah itu karena kehendak  kita atau karena kehendak Allah yang berlaku pada diri kita ? Ini adalah misteri yang lain.

Adalagi. Kata orang, orang yang suka memakan daging babi punya kecenderungan "tidak punya rasa malu kalau melakukan maksiat". Konon hal itu memang ada kaitannya dengan DNA yang ada pada babi dan DNA yang ada pada kita manusia - keduanya memiliki kemiripan/kecocokan sehingga mudah menyatu. Akan tetapi, ini masih kata orang juga, "orang yang termakan daging binatang Pukang", maka orang itu cenderung "pemalu". Konon juga masih berkaitan dengan masalah DNA juga.

Dalam hal ini, siapakah yang berkehendak ? Apakah Allah telah menetapkan kehendak-Nya terhadap binatang Babi dan Manusia atau binatang Pukang dan Manusia itu misalnya seperti ini : "siapa saja di antara manusia yang memakan daging babi, maka akan Kukurangi rasa malunya !" atau "siapa saja di antara manusia yang memakan daging Pukang, maka akan Kutambahi rasa malunya !". Apakah itu yang disebut "Allah berkehendak dengan kehendak-Nya sendiri" ?.

Nah, ketika kita menghendaki agar kita kurang memiliki rasa malu, maka kemudian kita memakan daging babi, apakah itu berarti kita juga sebenarnya memiliki kehendak ? Kita hanya memiliki kehendak, kalau kehendak kita itu sesuai dengan kehendak Allah, jika tidak, maka kehendak kita pastilah tidak akan berlaku.

Jika sekarang ini Amerika berkehendak untuk menghancurkan apa yang mereka sebut sebagai "terorist" di seluruh dunia, dan jika hal itu sesuai dengan "hukum Allah", bukankah hal itu sebenarnya Amerika telah berkehendak sesuai dengan kehendak Allah ?  Ya, meskipun yang termasuk akan dihabisi oleh Amerika itu adalah orang Islam ! Akan tetapi, Allah selalu menyelamatkan orang-orang yang benar-benar beriman hanya kepada-Nya.

Yang menjadi masalah adalah bahwa kehendak Allah itu setidaknya ada dua jenis : yang satu ujungnya di neraka dan yang satunya lagi, ujungnya langsung menuju surga di sini Allah. Keduanya telah ditetapkan Allah dan tetap berlaku hingga hari ini - di bumi ini.

Karena Maha Sayangnya Allah, kita disuruh memilih "hukum Allah" yang ujungnya langsung menuju surga. Yang ingin mengabaikan "petunjuk" Allah ini, tentu saja mereka akan memilih "hukum Allah" yang bermuara ke neraka sehingga mereka pun disebut sebagai orang kafir. Karena hanya ada dua pilihan, jika tidak dipilih yang satu, maka pilihannya pasti pada pilihan yang satunya lagi.

Kalau demikian halnya, manusia itu sesungguhnya juga memiliki kehendak tetapi sebatas berada dalam lingkup kehendak Allah juga. Kalau ada yang berkehendak di luar kerangka kehendak Allah, pastilah dia bukan manusia ciptaan Allah - Dia-lah Allah !

Untuk memperjelas perenungan kita tentang "Kehendak" ini, marilah kita baca sajian dari Suara Hidayatullah On-line : "Masya Allah, Amerika !". Kita akan menyadari bahwa kita ini sesungguhnya sedang berusaha untuk menjalankan pilihan kehendak kita masing-masing. Yang satu berkehendak sesuai dengan anjuran Allah yang Maha Penyayang. Sedangkan yang lainnya, berkehendak dengan mengabaikan ajuran Allah, meskipun tetap dalam kerangka kehendak Allah juga.

***QS Al-Fath[48]:25*** 
Merekalah orang-orang yang kafir  yang  menghalangi  kamu  dari  (masuk) Masjidil   Haram   dan   menghalangi   hewan  korban  sampai  ke  tempat (penyembelihan)nya. Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mu'min  dan perempuan-perempuan yang mu'min yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu akan membunuh  mereka  yang  menyebabkan   kamu   ditimpa   kesusahan   tanpa pengetahuanmu   (tentulah   Allah   tidak  akan  menahan  tanganmu  dari membinasakan mereka). Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke  dalam  rahmat-Nya.  Sekiranya  mereka tidak bercampur-baur, tentulah Kami akan mengazab orang-orang yag kafir di antara  mereka  dengan  azab yang pedih.

***QS Al-Anfaal[8]:33*** 
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun [Di antara mufassirin mengartikan "yastagfiruuna" dengan bertaubat dan ada pula yang mengartikan bahwa di antara orang-orang kafir itu ada orang muslim yang minta ampun kepada Allah].
---

Dua ayat ini mengisyaratkan kepada kita "jangan bercampur baur atau pisahkan diri kalian orang beriman dari orang-orang kafir" agar Allah segera dapat mengazab mereka orang-orang kafir sesuai dengan kehendak-Nya. Allah tidak menghendaki untuk mengazab orang-orang yang benar beriman kepada-Nya.

Masya Allah ! Tiada tuhan yang patut kita patuhi, selain Allah, yang Maha Esa.

Semoga Allah memberikan kemudahan dan kekuatan kepada kita untuk dapat melaksanakan seluruh anjuran-anjuran sayang Allah kepada kita. Adakah Allah yang Maha Penyayang menganjurkan sesuatu untuk kita lakukan pada hari ini ? Mari kita dengarkan dan mari kita laksanakan !

As-Salaamun alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Syaifuddin Ma'rifatullah - Aceh.

Majalah Suara Hidayatullah (http://www.hidayatullah.com) : Februari 2002   
Surat untuk Redaksi: [EMAIL PROTECTED]
Masya Allah, Amerika

“Waspadalah terhadap doa orang yang dizalimi. Sesungguhnya antara dia dengan Allah tidak ada tabir penyekat.” Mashabih as-Sunnah

Seorang gadis Muslimah Amerika digeledah sampai ditelanjangi di bandar udara internasional O’Hare, Chicago, Amerika Serikat, hanya karena ia keturunan Pakistan dan mengenakan jilbab.

Samar Kaukab, mahasiswi Ohio State University yang tinggal di Columbus, Ohio, melakukan perjalanan pulang sesudah menghadiri sebuah konferensi di Chicago pada 7 Nopember lalu. Detektor logam yang dilewatinya di bandar udara tidak berbunyi mencurigakan. Namun seorang anggota Garda Nasional di situ mendesak satpam swasta yang sedang bertugas untuk memeriksa lebih jauh tanpa alasan yang jelas. Si satpam menggeledah seluruh tubuh Samar dengan detektor genggam, bahkan menepuk-nepuk bagian atas tubuh serta menarik-narik tali dan kancing BH gadis itu.

Orang-orang mulai berkerumun. Ada yang karena mengantre, sebagian karena penasaran. Meski detektor itu tidak menemukan apa pun, lagi-lagi karena instruksi pria dari Garda Nasional tadi, si satpam meminta Samar melepas jilbabnya.

Gadis 22 tahun itu menolak, tapi bersedia melakukannya di ruang tertutup bersama petugas wanita. Jelaslah ia siap bekerja sama, meskipun sudah menyangkut keyakinan agamanya. Si satpam mengabaikan keberatan Samar, dan sekali lagi ngotot agar perintahnya dituruti.

Lorie Chaiten, pengacara dari Serikat Kebebasan Sipil Amerika yang membela Samar menjelaskan tuntutan hukumnya, “Satpam dan anggota Garda Nasional itu sama sekali tidak sensitif pada keyakinan agama Nona Samar Kaukab. Apalagi, tak ada alasan keamanan yang kuat untuk memintanya melepas hijab.”

Samar lalu digiring ke sebuah ruangan di mana petugas keamanan pria sekali lagi menggeledahnya. Sesudah berkali-kali Samar meminta akhirnya dua orang satpam wanita didatangkan.

Begitu jilbab dilepas, seorang satpam meraba-raba rambut dan kulit kepala Samar. Lalu, meraba leher, tengkuk, dan melepas baju hangat, lalu meraba dada sampai ke pangkal kakinya. Si satpam lalu membuka retsleting dan melepas celana panjang gadis itu. Lagi-lagi satpam perempuan itu menggerayangi tubuh Samar bagian bawah.

Karena tidak menemukan apa-apa, mendadak, satpam itu menghentikan pemeriksaan dan melepaskan begitu saja gadis yang sudah merasa ketakutan dan terhina itu.

Para pengacara dari Serikat Kebebasan Sipil Amerika menyatakan apa yang dialami Samar Kaukab, terjadi ratusan kali belakangan ini atas Muslimin dan mereka yang berasal dari Timur Tengah dalam berbagai bentuk. Karenanya mereka menuntut Mayjen David Harris, Ajun Jenderal Garda Nasional Illionis, dan perusahaan keamanan Argenbright Security, Inc agar menjadi pelajaran bagi semua pihak. Persidangan dimulai 16 Januari lalu di pengadilan distrik federal Chicago.

Sebulan terakhir ini, penindasan terhadap Muslimin berkedok memerangi terorisme digencarkan oleh George Bush dan pemerintahnya ke seluruh penjuru dunia. Sebagian orang membebek saja. Kita di Indonesia, memandang penindasan itu hakikatnya hanyalah wujud yang lebih besar dari yang dilakukan Suharto dan Golkar-Militer di tahun 70-80-an atas kaum Muslimin. Penindasan berbentuk wacana, politik, ekonomi, keamanan, dan berbagai bidang lainnya.

Kalau rejim Suharto dulu memaksakan asas tunggal, kini Bush memaksakan sekularisme. Kalau Pangkopkamtib Laksamana Sudomo dulu menyebut “ekstrem kanan Islam sebagai faktor instabilitas pembangunan”, maka Francis Fukuyama, di edisi khusus tahun baru Newsweek menyebut “Islam radikal sebagai para fasis di zaman kita.”

Kalau rejim Golkar-ABRI dulu membohongi rakyat habis-habisan dengan parlemen palsu dan sandiwara demokrasi, kini rejim negara-negara kaya membohongi dunia dengan PBB semu dan resolusi-resolusi banci.

Kalau dulu para Pangdam dan Danrem berlomba-lomba mencari simpati atasan dengan melakukan penindasan atas kaum Muslimin di wilayah kekuasaannya masing-masing, seperti AM Hendropriyono di Lampung, Edi Sudrajat di Jawa Barat, Syarwan Hamid di Aceh, Try Sutrisno di Jakarta, LB Murdani di seluruh instalasi kekuasaan, maka lihatlah apa yang terjadi sekarang. Paul Wolfowitz, wakil menteri pertahanan AS memprovokasi bahwa Somalia, Yaman, dan Indonesia adalah sasaran operasi militer berikutnya. Di Cina, rejim Komunis meningkatkan eskalasi penindasannya kepada minoritas Muslim di Uighur dan Xinjiang. Di Chechnya, Vladimir Putin meningkatkan penindasan militernya kepada para pejuang-pejuang kemerdekaan Muslimin. Gloria Aroyo di Filipina merebut kembali otonomi khusus yang telah diberikan kepada Muslimin Mindanao. Di Palestina, Ariel Sharon membantai anak-anak dan para pemuda dengan tank-tank, menggilas rumah-rumah mereka dengan tenang dan santai.

Kalau dulu Radius Prawiro, JB Sumarlin, dan Adrianus Mooy yang membangun tirani ekonomi-moneter yang beroperasi di tangan konglomerasi dan elit golongannya, kini lihatlah bagaimana WTO, IMF, World Bank dan para raksasa kapital bahu-membahu melumpuhkan semua instrumen ekonomi-moneter setiap negara yang ingin mandiri, terutama negara-negara Muslim.

Kita tahu dari pengalaman masa lalu, semakin gila sebuah rejim, semakin dekat pada kehancurannya. Jadi jangan berhenti mempersiapkan diri merebut kemenangan. Penindasan ini bukan untuk dikeluhkan, tapi untuk dipakai berlatih mempertahankan kemenangan.•

Copyright© Suara Hidayatullah, 2002
Design & webmaster: Syamsul Arief