Khusus prinsip-prinsip dibawah ini bagaimana Bung Nofendri, apa ada yang kurang sesuai dengan pemikiran alam Minangkabau?

Ciri khas gagasan Tan Malaka adalah:
(1) Dibentuk dengan cara berpikir ilmiah berdasarkan ilmu bukti,
(2) Bersifat Indonesia sentris,
(3) Futuristik dan
(4) Mandiri, konsekwen serta konsisten.
Tan Malaka menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam sekitar 27 buku,
brosur dan ratusan artikel di berbagai surat kabar terbitan Hindia
Belanda. Karya besarnya “MADILOG” mengajak dan memperkenalkan kepada
bangsa Indonesia cara berpikir ilmiah bukan berpikir secara kaji atau
hafalan, bukan secara “Text book thinking”, atau bukan dogmatis dan
bukan doktriner.

Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan
menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode
yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia sebagai bagian
dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya
ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme  yang pokok dan pertama adalah
budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat
materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif
sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.

Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan
pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkan secara rasional
dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu ada secara
konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat
menjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana.

Semua karya Tan Malaka danpermasalahannya dimulai dengan Indonesia.
Konkritnya rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta
kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan
pemecahan masalahnya. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan
latar belakang  sejarahnya bukanlah cara berpikir yang “text book
thinking” dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dicetuskan
sejak tahun 1925 lewat “Naar de Republiek Indonesia”.

Jika kita membaca karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang
kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan
sampai kemiliteran (“Gerpolek”-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948),
maka akan kita temukan benang putih keilmiahan dan keIndonesiaan
serta benang merah kemandirian, sikap konsekwen dan konsisten yang
direnda jelas dalam gagasan-gagasan serta perjuangan implementasinya.

Kirim email ke