Assalamualakum ww Bagi yang pernah mendapat kiriman dibawah ini, maaf di dilet aja, yaa?
wasalam armanbaharpiliang Gerakan Wahabi dan Perang Padri Dimaklumi bahwa Islam masuk ke Sumatera Tengah melalui pantai Barat Sumatera sejak abad 8M, hal ini dibuktikan dengan diketemukan makam tertua di Ulakan Pariaman sebagai makam Tuanku Shekh Burhanuddin (murid Shekh Abdur Rauf Singkel Aceh) Ungkapan adat yang mengatakan bahwa "Syara' mendaki adat menurun" diartikan bahwa Agaman Islam datang dari daerah pesisir pantai mendaki kedaerah pegunungan pedalaman Minangkabau sementara adat resam datang dari pusatnya di Istano Alam Pagaruyuang dilereng gunung Merapi menurun kepesisir Barat dan Timur Salah seorang raja Minangkabau yang terkenal dalam memajukan Islam adalah Yam Dipituan Sutan Maharajo Alif yang menyatakan Islam sebagai agama resmi kerajaan Penyebaran Islam gelombang kedua melalui pantai Timur ke pedalaman Sumatera Tengah adalah dengan memudiki sungai2 Rokan, Kampar, Siak, Kuantan dan Batanghari terutama dimasa jayanya pemerintahan Sultan Iskandar Muda Aceh dan Kesultanan Malaka dipantai Barat Semenanjung Tanah Melayu pada abad 15 Di Makkah Seorang ulama besar bernama Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) bersama para sahahatnya seperti Ibnu Sa'ud dan Abdul Azis Ibnu Sa'ud memimpin sebuah gerakan untuk menyadarkan kaum Muslimin dari keterlenaan sejak beberapa dekade terakhir, dikenal sebagai Gerakan Wahabi ini lebih senang disebut "Kaum Muwahiddin" yang konsisten dengan ajaran tauhid Islam sebagai landasan azasi yang selanjutnya melahirkan cita-cita mewujudkan gerakan yang keras yang kemudian berhasil dengan terwujudnya sebuah Pemerintahan Islam yang berdaulat yang sekarang dikenal sebagai Saudi Arabian Monarch (1921) dengan ibukotanya Riyadh Gerakan Wahabi mewarnai pandangan Haji Miskin dari Pandai Sikek (Luhak Agam), Haji Abdur Rahman dari Piobang (Luhak Lima Puluh) dan Haji Muhammad Arief dari Sumanik (Luhak Tanah Data) tiga orang muda yang baru pulang dari tanah suci tahun 1802 ini membawa oleh2 berupa faham dengan obsesi mengembalikan ajaran Islam secara murni dan konsekwen berdasarkan al Qur'an dan Hadis tanpa kompromi dengan apapun selain itu termasuk mereka2 yang bersembunyi dibalik hadis2 daif, Ijma' dan Kias yang sebenarnya tidak dibutuhkan terlebih karena dianggap hanya untuk men-cari2 pembenaran atas perbuatan atau ritual yang tidak dicontohkan Rasulullah Paham Muwahhidin (Wahabi) antara lain: (a) Yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah semata, siapa saja yang menyembah selain Allah adalah musyrik (b) Umat Islam yang meminta kepada para wali, syeikh, khalifah ataupun ulama berupa safa'at, kesaktian dan kekuatan magis lainnya adalah suatu kemusyrikan (c) Menyebut2 nama Nabi, wali, ulama atau siapa saja yang dianggap keramat untuk dijadikan perantara dalam berdo'a adalah termasuk perbuatan syirik (d) Mengikuti shalat berjamaah adalah wajib, hukuman bagi yang melalaikan (e) Merokok dan segala bentuk candu adalah haram (f) Memberantas segala bentuk kemunkaran dan kemaksiatan adalah wajib (g) Umat Islam wajib hidup sederhana, segala macam kemewahan duniawi yang berlebihan diharamkan Reformasi Islam di Sumatera Tengah melalui Perang Padri diawal abad ke-19 digolongkan pada beberapa priode yaitu: (a) Priode 1809 - 1821 Priode ini adalah merupakan sweeping (razia dan pembersihan) yang dilakukan oleh Lasykar Padri terhadap Kelompok Penghulu2 Adat yang dianggap menyimpang dari syari'at Islam yang tentu saja di-ikuti dengan berbagai bentrokan maupun pertempuran2 kecil antara Lasykar Padri dan Kelompok Penghulu Adat yang merasa dirugikan (b) Priode 1821 - 1832 Priode ini adalah merupakan "parang basosoh" (face to face war) antara Lasykar Padri dengan Belanda-Kristen yang dibantu beberapa Kelompok Penghulu Adat sebagai penguasa2 politik lokal yang berkolaborasi untuk mempertahankan eksistensinya yang mulai terancam oleh Gerakan Reformasi Kaum Padri (c) Priode 1832 - 1837 Priode ini adalah merupakan perjuangan total seluruh rakyat Sumatera Tengah dipelopori Ulama2 Militan dan Seluruh Penghulu2 Adat yang telah menyadari kekeliruan selama ini bersatu padu mengusir Kolonial Belanda-Kristen yang jelas2 ingin menjajah dan menyengsarakan rakyat Sesampainya di Sumatera Tengah ketiga ulama muda yang jebolan Masjidil Haram Mekah ini berpendapat bahwa masyarakat dikampung memeluk Islam hanya sebatas nama dan symbol belaka, belum sepenuhnya mengerti dan mengamalkan ajaran Islam secara benar Didaerahnya masing2 mereka mencoba memberikan fatwanya namun Haji Muhammad Arif di Sumanik mendapat tantangan hebat dari masyarakatnya sehingga terpaksa pindah ke Lintau, demikan pula dengan Haji Miskin terpaksa mengungsi sementara ke Ampek Angkek, hanya Haji Abdur Rahman di Piobang yang tidak banyak mendapat halangan yang berarti Kepindahan Haji Miskin ke Ampek Angkek mendatangkan angin segar karena disini ia mendapatkan rekan2 seperjuangan seperti Tuanku Nan Renceh di Kamang, Tuanku di Kubu Sanang, Tuanku di Ladang Lawas, Tuanku di Padang Luar, Tuanku di Galung, Tuanku di Koto Ambalau, Tuanku di Lubuk Aur dimana ketujuh rekan tersebut berbai'ath (bersumpah setia) dengan Tuanku Haji Miskin untuk menegakkan syariat Islam, kemudian kedelapan orang ini dikenal sebagai "Harimau Padri Nan Salapan" yang sangat dicari Belanda Menyadari bahwa gerakan ini akan lebih berhasil bilamana mendapat sokongan dari ulama2 senior seperti Tuanku Nan Tuo di Ampek Angkek, maka Tuanku Nan Renceh yang lebih lincah ini menjumpai Tuanku Nan Tuo agar bersedia menjadi 'Imam' gerakan namun setelah bertukar-pikiran beberapa kali Tuanku Nan Tuo tidak sependapat denga pendirian Harimau Nan Salapan untuk menerapkan syari'at Islam di setiap nagari walaupun kalau perlu dengan kekuatan senjata, ulama senior ini lebih memilih jalan damai dan berpendapat bahwa apabila telah ada orang beriman di satu nagari walaupun baru seorang, tidaklah boleh nagari itu diperangi karena yang penting menurut pandangannya ialah memperkuat pengaruh pada setiap nagari dimana bila seorang ulama di satu nagari telah kuat pengaruhnya maka akan mudah menanamkan faham kepada para penghulu, manti, parewa, dubalang ataupun seluruh penduduk nagari Perbedaan pendapat yang menyolok ini jelas menyulitkan Harimau Nan Salapan untuk mengangkat Tuanku Nan Tuo ini sebagai pemimpin gerakan, maka untuk mengatasi hal ini, Harimau Nan Salapan mencoba mendekati Tuanku di Mansiangan seorang ulama muda putera dari Tuanku Mansiangan Nan Tuo yang juga guru Tuanku Nan Tuo Ampek Angkek, rupanya Tuanku nan Mudo di Mansiangan ini bersedia menjadi Imam Gerakan Harimau Nan Salapan dan mendapat gelar Tuanku Imam Mansiangan, karena yang diangkat menjadi imam itu adalah anak dari gurunya sendiri, sulitlah bagi Tuanku Nan Tuo Ampek Angkek tidak menyokong gerakan ini, padahal hakikatnya yang menjadi imam dari gerakan Hariman Nan Salapan adalah Tuanku Nan Renceh, dimana Tuanku Imam Mansiangan hanya sekedar simbol belaka Harimau Nan Salapan yang menetapkan pakaian putih sebagai ldentitas dan lambang kesucian ini kemudian oleh Belanda dikenal sebagai "Padre Movement" (Gerakan Padri) Setelah pengukuhan Tuanku Mansiangan sebagai Imam Gerakan, Tuanku Nan Renceh mencanangkan perjuangan awal dengan memusatkan gerakannya didaerah Kamang, karena untuk dapat melaksanakan syari'at Islam secara utuh, kekuasaan politik yang berada ditangan para Penghulu Adat harus direbut karena Kamang akan dijadi pusat perjuangan Padri maka kekuasaan penghulu Kamang harus diambil alih lebih dahulu, usaha ini ternyata berhasil dengan baik Para penghulu diluar Kamang mendengar adanya gerakan Padri ini ingin membuktikan sejauh mana kemampuan Ulama Paderi untuk menerapkan syari'at Islam, bertempat di Bukit Batabuah sengaja dan menyolok mengadakan pesta maksiat dengan acara judi, tuak, sabung ayam, pamer kesaktian dan kebolehan lainnya, tentu saja Lasykar Padri dengan segala persenjataan yang ada mendatangi Bukit Batabuah Sungai Puar dilereng Gunung Merapi itu untuk membubarkan pesta tersebut dimana sesampainya disana disambut dengan pertempuran sengit antara kedua belah fihak, dengan sikap mental perang sabil dan mati syahid pertempuran yang banyak menelan korban di kedua belah pihak ini akhirnya dimenangkan oleh Lasykar Padri, peristiwa ini tercatat sebagai "Peristiwa Bukik Batabuah" titik awal peperangan Padri Kemenangan pertama ini mendorong Tuanku Nan Renceh sebagai pimpinan gerakan untuk memperkuat dan melengkapi persenjataan dan segera melanjutkan ofensif kedaerah-daerah yang menentang kaum Padri seperti daerah Kamang Hilir dan Tilatang sedangkan daerah luar Kamang mulai daerah Padang Tarok dan Guguak dengan mudah jatuhkan selanjutnya daerah Canduang, Matur dan bahkan pada tahun 1804 seluruh daerah Luhak Agam telah berada dalam kekuasaan Kaum Padri Keberhasilan Lasykar Padri menguasai daerah Luhak Agam sangat dimungkinkan cepat berhasil karena daerah Luhak Agam memang terkenal tempat bermukimnya ulama-ulama besar seperti Tuanku Pamansiangan dan Tuanku Nan Tuo dimana pengaruh para penghulu tidak begitu berarti sementara operasi Lasykar Padri kedaerah Luhak Lima Puluh Kota Payakumbuh berjalan lancar karena penghulu2 daerah ini telah menyatakan bersedia berjuang bersama Kaum Padri, demikian pula dengan daerah-daerah lain seperti daerah Pesisir Selatan (Tuanku Painan), daerah Bonjol (Tuanku Imam Bonjol), daerah Gunuang Malintang dan Tapanuli Selatan (Tuanku Rao), daerah Pariaman (Tuanku Pariaman-kakek buya Hamka) dan daerah Rokan Tinggi Duo Koto (Tuanku Tambusai) segera menyatakan ikut berjuang karena para ulama didaerah tersebut juga telah mempersiapkan pengikut2nya untuk menegakkan syariat Islam Setelah Belanda berhasil mengalahkan Paderi terutama dengan tertawannya Tuanku Imam Bonjol 1837 dapat dikatakan gerakan pembaharuan Islam di Sumatera Tengah terhenti dan barulah setelah 60 tahun kemudian diawal abad 20 kembali bergaung dengan kembalinya pulang kampung murid2 Shekh Ahmad Chatib dari Masjidil Haram Makkah antara lain Shekh Muhammad Jamil Jambek (Bukittinggi), Shekh Muhammad Thayib Umar (Batu sangkar), Shekh Abdullah Ahmad (Padang Panjang), Shekh Abdul Karim Amrullah (ayah buya Hamka-Maninjau) dan beberapa yang menyusul kembali ke Sumatera Tengah. Landasan pemikiran Gerakan Pembaharuan gelombang kedua ini tidak menggunakan cara2 perlawanan bersenjata menghadapi pemerintah Kolonial Belanda, memajukan bidang pendidikan diyakini akan dapat mencerdaskan rakyat semesta yang pada akhirnya diharapkan akan dapat menghapuskan penjajahan dari bangsa kafir dari bumi persada ini 1912 Shekh Abdullah Ahmad mendirikannya sekolah umum Adabiyah di Padang, dilanjutkan 1916 Zainuddin Labay el Yunusy mendirikan Madrasah Dinniyah disusul adik beliau Rahmah el Yunusyiah dengan Diniyah Putri di Padang Panjang dan selanjutnya 1918 berdiri pula Sumatera Tawalib juga di Padang Panjang serta Parabek School di Bukit Tinggi Tips: "Belum sempurna keimanan suatu kaum bila sholat subuhnya belum seramai sholat Jum'at" RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ATAU Kirimkan email Ke/To: [EMAIL PROTECTED] Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama: -mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda] -berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda] Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung ===============================================