Batue, Sanak Puarman,

Saya melihat AB diinteview oleh wartawan Australia yang disiarkan di TV
Australia.  Dia juga menerangkan apa yang dimaksud dengan jihad menurut
Islam.  Oleh sebab itu katanya pembuatan itu perbuatan keji, dan ini
rekayasa Amerika.
Dia juga menyampaikan pesan kepada Menlu Australia (atas permintaan
wartawan itu) agar Downer datang kepadanya dengan membawa bukti jangan
seperti anak kecil menuduh saja, jangan membebek ke Amerika, dan agar
Downer sebaiknya masuk Islam saja.

Ini saya bukan membela AB tapi menyampaikan apa adanya.  Diantara interview
yang saya lihat malam itu yang agak kurang memuaskan menurut penilaian saya
adalah jawaban Matori.  Ternyata memang pada hari berikutnya saya baca
lewat internet banyak yang memberikan komentar yang sama.

abrar

> Satau ambo Abubakar Baasyir mangutuak Bom di Bali.
> Sasudah baliau mendaftarkan gugatan terhadap majalah TIME, ambo
> mandanga keterangan Pers-nyo di Radio ELSHINTA nan mangatuak BOM di
> Bali dengan mangatokan :
> "Membunuh orang yang tidak memerangi Islam adalah perbuatan yg dilarang
> oleh Islam dan bukan  dikategorikan JIHAD "
>
> Mudah-mudahan tambahan informasi ko, bisa mambuek berita dan analisa
> awak labiah janiah dan seimbang.
>
> Wassalam
>
> Puarman
>
> -------Original Message-------
>
> From: [EMAIL PROTECTED]
> Date: Thursday, October 17, 2002 11:34:19 AM
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: Re: [RantauNet.Com] Fw: Kenapa Orang AS Tak Ada Yang Jadi
> Korban

> Abubakar Baasyir dan Eggi Sudjana tidak mengutuk kejahatan teror itu,
> sedangkan AB kelihatan di TV sibuk memberi alasan membela diri sambil
> ketawa-ketawa. Hebat ya ngakunya pemimpin muslim tapi rasa
> kemanusiaannya
 entah kemana.
>
> ----- Original Message -----
> From: "Irdam Syah" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Wednesday, October 16, 2002 12:55 PM
> Subject: RE: [RantauNet.Com] Fw: Kenapa Orang AS Tak Ada Yang Jadi
> Korban

>
>> Untuak panyaimbang opini, dibawah mbo forward-kan tulisan sdr.
>> Eggi Sudjana MSi, Presiden Persaudaraan Pekerja Muslim
>> Indonesia (PPMI), dapek dari lapau sabalah...
>>
>> --ird
>>
>> # -----Original Message-----
>> # From: Indra Piliang [mailto:indrapiliang@;csis.or.id]
>> #
>> # Alasan Bung Ikranegara adalah alasan yang paling masuk akal...
 #
>> # ----- Original Message -----
>> # From: "Ikranagara"
>> # To:
>> # Sent: Monday, October 14, 2002 8:38 AM
>> # Subject: Re: Re: [Republika Online] Sebelumnya Ada Prakondisi
 #
>> #
>> # > Kenapa tidak ada orang AS yang jadi korban?
>> # >
>> # > Turis yang datang ke Legian, Kuta, itu umumnya pemuda-pemudi yang
>> # > digolongkan "backpack tourist." Yang berdompet tebal biasanya
 # >
>> menginap di Sanur dan Nusa Dua.
>> # >
>> # > Pemuda-pemudi AS datang ke Legian pada Musim Panas, antara Juni
 #
>> > sampai Agustus. Pada bulan Oktober ini mereka sudah masuk kuliah
 #
>> > kembali, atau yang bukan pemuda-pemudi lagi tapi sudah bekerja
 # >
>> ajeg mereka ini sudah masuk bekerja kembali di tempat kerja
 # >
>> mereka masing-masing. Masa libur sudah usai bagi orang Amerika.
 # >
>> # > Jadi, ada atau tidak ada peringatan dari Kedubes mereka,
>> # > pemuda-pemudi AS tidak akan Anda temukan di tempat-tempat
>> # > berlibur itu. Ya, mungkin saja ada satu dua, tapi itu di luar
 # >
>> trend.
>> # > Tapi bagi Australia inilah Musim Panas mereka! Matahari sudah di
>> # > belahan selatan, bukan? Maka berjubellah orang Australia ke Bali.
>> # > Pulai Bali memang berada di tempat yang strategis untuk turisme
 #
>> > karena Musim Panas orang Amerika itu berbeda dengan orang
>> # > Australia.
>> # >
>> # > Ikra
>> # > ===
>> # >
>> # > ----- Original Message -----
>> # > From: Roby Muhamad
>> # > ....
>> _______________________________________
>> Selasa, 15 Oktober 2002
>> Skenario di Balik 'Bom Bali'
>> Oleh : Eggi Sudjana MSi
>>
>> Ledakan bom berkekuatan besar di tempat hiburan di Legian, Kuta,
>> Bali,
> Sabtu
>> Malam (12/10), membuat Indonesia kembali menjadi sorotan dunia
>> internasional. Tragedi yang menewaskan sekitar 180 orang -- dan lebih
>> dari
 200 orang lainnya terluka, kebanyakan warga Australia, serta
>> beberapa
> negara
>> lain seperti Swiss, Kanada dan Jerman -- itu ditengarai sebagai
>> tragedi
 kemanusiaan terbesar setelah tragedi peledakan pesawat ke
>> gedung WTC dan
 Pentagon, September tahun lalu.
>>
>> Para pemimpin dunia, di antaranya Presiden AS, Bush, Menlu Jerman,
>> Yosca
 Ficser, dan Menlu Australia, mengecam dan mengutuk keras
>> tindakan biadab
 tersebut. Selain mengutuk keras, Presiden Megawati
>> juga meminta masyarakat
 agar tenang dan meningkatkan kewaspadaan,
>> serta menyampaikan duka yang
 mendalam dan simpati kepada keluarga
>> korban. Kecaman dan kutukan serupa
> juga
>> diperlihatkan para tokoh agama di Indonesia, dan menuntut aparat
>> untuk
 segera mengungkap dalang dan pelaku pemboman.
>>
>> Sebagai bangsa yang beradab dan umat beragama, kita tentu saja
>> menolak
> aksi
>> terorisme tersebut. Terorisme, apapun bentuknya, jelas tertolak oleh
>> hukum
 apapun di dunia ini. Agama pun tidak membolehkan cara-cara
>> kekerasan untuk
 mencapai tujuan dan misinya. Di sinilah kita kembali
>> diingatkan, bahwa
 bahaya teror dan terorisme sejatinya adalah bahaya
>> universal dan global
> yang
>> tanpa mengenal batas-batas geo-politik bahkan batas suatu negara.
> Terorisme
>> menjadi entitas bahaya dan tantangan bersama umat manusia di dunia
>> ini.
>>
>> Kejanggalan
>> Tanpa mendahului proses penyidikan dan pembuktian yang kini tengah
> dilakukan
>> oleh aparat, tragedi Sabtu Kelabu di Bali itu memunculkan banyak
> kecurigaan
>> serta kondisi politik yang tidak lazim seperti biasanya.
>> Ketidaklaziman
> dan
>> kecurigaan itu secara kuat mengarah kepada pihak asing, khususnya
>> Amerika
 Serikat (AS), negeri yang selama ini gencar mensponsori
>> perang
>> anti-terorisme internasional.
>>
>> Untuk menjelaskan ketidakwajaran itu, beberapa hal berikut barangkali
>> sedikit membantu kita memahami pra-kondisi terhadap peristiwa ledakan
>> bom.
 Pertama, pada 10 Oktober, dua hari sebelum kejadian, Deplu AS
>> mengeluarkan
 peringatan kepada warganya di seluruh dunia untuk
>> waspada. "Para teroris
 akan mengalihkan sasaran pada target yang
>> lebih empuk, termasuk fasilitas
 dimana orang Amerika biasa berkumpul
>> atau berkunjung seperti kelab malam,
 restauran, tempat ibadah,
>> sekolah atau tempat rekreasi terbuka lainnya."
 (Republika, 14/10).
>> Menurut pengamat inteligen, AC Manullang,
> 'kewaspadaan'
>> dalam peringatan Deplu AS itu adalah bahasa politik. Dalam bahasa
>> perang
> dan
>> intelijen, kata Manullang, 'kewaspadaan' berarti tinggalkan tempat
>> itu.
>>
>> Kedua, pada saat Deplu AS mengeluarkan peringatan tersebut, Dubes AS,
> Ralph
>> L Boyce, sibuk 'bersilaturahmi' ke beberapa pejabat penting, seperti
>> Menkopolkam Susilo Bambang Yudoyono, Menkokesra Yusuf Kalla, dan
>> pejabat
 lainnya. Memang tak spesifik Boyce mengungkapkan akan adanya
>> serangan di
 Bali. Dubes AS itu hanya meminta pemerintah Indonesia
>> untuk serius
> mengusut
>> serangan terhadap Exxonmobil, dan fasilitas AS di Teluk Betung,
>> beberapa
 waktu lalu. Tapi yang aneh, enam jam sebelum kejadian
>> peledakan, Boyce
 mengatakan bahwa polisi Indonesia tidak
>> sungguh-sungguh memerangi
> terorisme
>> di Indonesia.
>>
>> Ketiga, dari segi bahan peledak yang digunakan, bom ini menimbulkan
>> radius
 kerusakan yang sangat luas. Menurut pengamat inteligen, ZA
>> Maulani,
 sebagaimana dilansir Jawa Pos (14/10), dalam istilah
>> militer, bom tersebut
 mempunyai demosili sampai 200 meter. Padahal,
>> kata Maulani, sebuah granat
 108 mm hanya memiliki radius kerusakan
>> atau demosili 50 meter. Singkatnya,
 kekuatan bom ini setara dengan
>> belasan granat 108 mm dijadikan satu dan
 diledakkan. Pelakunya sudah
>> pasti ahli demosili. Mantan kepala BIN ini
 menyebut, bahan peledak
>> dahsyat itu dari jenis C4 (C four) atau Claynore.
 "Ini tidak
>> diproduksi Indonesia. Hanya Amerika yang bisa memproduksi C4,"
 kata
>> Maulani.
>>
>> Keempat, selama ini AS menuding Indonesia sebagai sarang dan tempat
>> aman
 teroris, sekalipun aparat dan pemerintah Indonesia membantah
>> tudingan
 tersebut. Presiden Bush yang agaknya kecewa dengan sikap
>> Megawati yang
> tidak
>> tegas dalam memberantas terorisme di negeri mayoritas Muslim ini
>> merasa,
 pemerintah Indonesia tidak kooperatif dalam kampanye
>> anti-terorisme,
 sebagaimana ditunjukkan Malaysia, Singapura, dan
>> Philipina, serta
 negara-negara lainnya. Bush bahkan beberapa kali
>> menelpon langsung
> Presiden
>> Megawati berkaitan masalah terorisme. Kekecewaan AS juga tampak dalam
>> masalah penolakan pemerintah Indonesia untuk menangkap Abu Bakar
>> Ba'asyir,
 pemimpin Majlis Mujahidin Indonesia (MMI), yang dituding
>> Paman Sam sebagai
 teroris dan kaki tangan Alqaidah di Asia Tenggara.
>>
>> Beberapa alasan itulah yang kemudian oleh sebagian kalangan dijadikan
>> sebagai bukti keterlibatan langsung maupun tidak langsung dinas
>> inteligen
 AS, CIA, dalam tragedi Sabtu Kelabu tersebut. Dalam
>> peristiwa itu, tak
 satupun korban tewas dari warga AS. Padahal
>> sebagai kota tujuan utama
 wisatawan asing di Indonesia, di Bali
>> bermukim banyak warga asing,
> termasuk
>> dari AS. Tetapi, mengapa tak ada korban warga AS?
>>
>> Dengan kejadian itu, AS ingin menciptakan opini bahwa benar di
>> Indonesia
 sebagai sarang teroris dan tempat aman berlindung kaum
>> anarkis tersebut.
 Selain semakin memperburuk citra Indonesia di
>> kancah internasional,
 peledakan bom tersebut juga memiliki tujuan
>> tertentu. Pertama, kejadian
 tersebut untuk menganulir pernyataan
>> beberapa pejabat, seperti wapres
> Hamzah
>> Haz, bahwa tidak ada teroris di Indonesia, sekaligus membantah
>> pernyataan
 tokoh-tokoh muslim Indonesia yang juga menolak tudingan AS
>> bahwa Indonesia
 adalah sarang teroris.
>>
>> Kedua, kejadian itu untuk menegaskan bahwa Indonesia sangat lemah
>> dalam
 memberantas mata rantai terorisme. Ketiga, grand design dari
>> pengeboman
> ini
>> adalah upaya kelompok tertentu untuk memojokkan Indonesia, khususnya
>> umat
 Islam. Dan terakhir, puncak tujuan peledakan itu adalah one for
>> all, yang
 akhirnya akan menggiring Indonesia masuk dalam perangkap
>> Barat untuk
 berperang dengan teroris versi Barat.
>>
>> Indonesia
>> Sebagai bangsa berdaulat, selama ini Indonesia telah banyak mengalami
>> aksi
 teror. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang hingga saat
>> ini,
> terorisme
>> terhadap negeri ini tak ada hentinya. Terorisme dalam bentuk
>> kolonisasi
 dunia Barat, khususnya AS melalui lembaga-lembaga dunia
>> seperti IMF, Bank
 Dunia dan lain sebagainya, tak kalah hebatnya
>> dengan aksi terorisme yang
 dikampanyekan AS. Tetapi keanehan terlihat
>> lantaran Indonesia yang
> kemudian
>> menjadi sasaran utama, selain beberapa negara di Timur Tengah.
>> Indonesia
 negeri dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia di mata AS
>> dinilai
> sebagai
>> ancaman serius dominasi negeri itu, khususnya terhadap berbagai
> kepentingan
>> dan pengaruhnya di Indonesia.
>>
>> Sementara itu, Amerika yang semula mengira dengan penegakan HAM dan
>> demokrasi di negeri-negeri Muslim, diharapkan skenario mereka
>> berhasil,
 yakni kekuasaan dan dominasi tetap dipegang militer.
>> Nyatanya, proses
 demokratisasi yang berlangsung di Indonesia,
>> khususnya sejak reformasi
 digulirkan empat tahun silam, justru
>> memberikan kebebasan bergerak bagi
 semua kalangan, tak terkecuali
>> gerakan-gerakan Islam di Indonesia. Pada
 perkembangannya ternyata
>> kenyataan itu dinilai tidak kondusif dan bahkan
 dapat menjadi ancaman
>> kepentingan mereka. Terlebih di antara
> gerakan-gerakan
>> Islam, yang oleh AS dinilai sebagai gerakan Islam radikal semisal
>> FPI,
 Majlis Mujahiddin dan lainnya, konsisten memperjuangkan
>> legalisasi syariat
 Islam.
>>
>> Dari dalam negeri Paman Sam sendiri, publik AS masih trauma dengan
>> sikap
 pemerintahan Indonesia di masa lalu yang dinilainya pelanggar
>> HAM dan
 merugikan kelompok minoritas. Kasus Timor Timur dan kerusuhan
>> Mei
> misalnya,
>> seringkali menjadi dalih Kongres atas sikap-sikap represip militer
>> dan
 pemerintah RI. Itu pula yang menyebabkan Washington menghentikan
>> bantuan
> dan
>> hubungan militer dengan RI. Disadari militer berperan penting di
> Indonesia,
>> maka ide normalisasi kerjasama militer dan bantuan AS pun dijalin.
>> Hasrat
> AS
>> merajut kembali hubungan ini tak lain dengan maksud agar militer
>> Indonesia
 dan pemerintah umumnya mau 'membungkam' gerakan-gerakan
>> Islam radikal,
 sehingga kepentingan Paman Sam tidak terancam. Maka
>> untuk meyakinkan
> Kongres
>> dan publik negeri itu, dipakailah isu terorisme. Dan ini tampaknya
>> cukup
 berhasil.
>>
>> Dengan skenario dan berbagai kenyataan tersebut, Pemerintahan
>> Megawati
> mesti
>> hati-hati menyikapi berbagai peristiwa sebelum benar ada bukti jelas
>> siapa
 pelaku pemboman dan tindakan anarkisme lainnya. Diakui, meski
>> hal ini
 berulang kali dibantah, Megawati terus ditekan oleh AS dan
> kekuatan-kekuatan
>> lain semisal IMF dan Bank Dunia, namun tidak semestinya pemerintah
> menuruti
>> permintaan tersebut. Apapun, sebagai negara berdaulat, Indonesia
>> memiliki
 aturan dan hukum tersendiri dalam memberantas terorisme.
>> Karena itulah,
 'Nestapa di Bali' ini menjadi pelajaran penting,
>> betapa terorisme tidak
 berdiri sendiri. Ada kekuatan maha dahsyat di
>> belakangnya, yakni kekuatan
 nafsu rekolonisasi demi keuntungan
>> ekonomi dan politik kelompok tertentu.
>>
>> Penulis, Kandidat Doktor dan Presiden Persaudaraan Pekerja Muslim
> Indonesia
>> (PPMI)
>>
>> RantauNet http://www.rantaunet.com
>> Isikan data keanggotaan anda di
>> http://www.rantaunet.com/register.php3
>> ===============================================
>> Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
>> anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.
>>
>> Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di:
> http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
>> ===============================================
>>
>
>
> RantauNet http://www.rantaunet.com
> Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
> ===============================================
> Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
> anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.
>
> Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www
> rantaunet.com/subscribe.php3
> ===============================================
>
> .




RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===============================================

Reply via email to