Muhammadiyah: Awal Puasa 6 November, 1 Syawal 5 Desember

Reporter : Bagus Kurniawan

 

detikcom - Yogyakarta, Berdasarkan hisab, PP Muhammadiyah telah menentukan awal puasa jatuh pada 6 November 2002. Sedangkan untuk Idul Fitri 1 Syawal akan jatuh pada 5 Desember. Untuk awal puasa, ketetapan Muhammadiyah sama dengan Departemen Agama. Namun, untuk Idul Fitri, kemungkinan ada perbedaan.

 

Demikian hasil hisab yang dilakukan Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah yang disampaikan kepada wartawan di kantor PP Muhammadiyah, Jl. Cik Di Tiro, Yogyakarta, Senin (4/11/2002).

 

"Awal Ramadhan jatuh pada hari Rabu bertepatan tanggal 6 November 2002, tetapi untuk Idul Fitri 1423 H kemungkinan akan terjadi perbedaan," kata Drs AbdulRohim, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam. Atas kemungkinan perbedaan tentang Idul Fitri, PP Muhammadiyah siap berbeda dengan keputusan Menteri Agama RI.

 

Menurut Rohim, dalam perhitungan kalender Muhammadiyah menetapkan hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1423 H jatuh pada hari kamis 5 Desember 2002. Namun, ada kemungkinan keputusan Menteri Agama RI ditetapkan libur hari raya Idul Fitri tanggal 6 dan 7 Desember 2002.

 

Rohim mengatakan, berdasarkan kalender resmi Muhammadiyah dan Surat Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah No 15/EDR/I.O/E/2002 tertanggal 14 Rajab 1423 H/21 September 2002 menyebutkan bahwa ijtima menjelang Ramadhan 1423 H jatuh pada hari Selasa 5 November 2002 pukul 03.35.29 WIB.

 

Pada saat matahari terbenam tinggi hilal 07 derajat, 17 menit, 06 detik. “Oleh karena itu awal puasa 1423 Hjatuh pada hari Rabu 6 November 2002," kata Rohim didampingi ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Syamsul Anwar.

 

Sedangkan berdasarkan hasil hisab pada hari Selasa (5/11/2002) besok, tinggi hilal di Indonesia berkisar5-7 derajat. "Maka diharapkan yang memegang mazhab hisab dimanapun akan memulai puasa pada hari Rabu (6/11/2002). Dan para pemegang mazhab rukyat pun diharapkan juga lebih mudah mendeteksi hilal yang sudah cukup tinggi," katanya.

 

Rohim juga mengatakan, ijtima’ menjelang Syawal 1423 H terjadi pada hari Rabu (4/12/2002) pukul 14.35.24 WIB. Pada saat matahari terbenam tinggi hilal 0 derajat 40 menit 42 detik. Oleh karena itu awal Syawal 1423 H jatuh pada hari kamis (5/12/2002).

 

Menurut Rohim, berdasarkan data hasil hisab, pada hari Rabu (4/12/2002) tinggi hilal di wilayah Indonesia masih kurang dari 1 derajat. Maka akan terjadi perbedaan dalam menetapkan awal Syawal 1423 H akibat variasi mazhab. Namun bagi Muhammadiyah yang mengembangkan teori wujudul hilal, maka posisi hilal di atas sudah dianggap masuk meskipun kemungkinan terlihat sangat tipis.

 

"Karena bagi Muhammadiyah bukan persoalan bisa dilihat atau tidak, tapi yang terpenting adalah moon set sesudah sun set. Sementara mazhab hisab lainnya akan memutuskan istikmal sehingga Idul Fitri baru hari Jumat (6/12/2002)," katanya.

 

Sedangkan mereka yang berpegang pada rukyat, karena pada tanggal (4/12/2002) itu masih 29 Ramadan, akan mencoba merukyat dan kemungkinan tidak mendapatkannya di wilayah Indonesia. Sehingga bagi mereka yang berpegang pada rukyat lokal (rukyat matla) akan ada istikmal, yakni menggenapkan bulan Ramadhan menjadi 30 hari. Atau dengan kata lain Idul Fitri jatuh pada hariJumat (6/12/2002).

 

Secara terpisah, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Syafii Maarif menambahkan, penetapan awal Ramadhan kemungkinan sama atau tidak ada perbedaan. Tetapi, perhitungan Idul Fitri 1 Syawal kemungkinan akan terjadi perbedaan. "Memang kemungkinan lebaran akan berbeda, sedangkan puasa jatuhnya akan sama. Dan kita siap berbeda dengan Depag," tegas Syafi’i.(asy)

 

 
____________________________________________________
  IncrediMail - Email has finally evolved - Click Here

Kirim email ke