Harian Kompas yang terbit pada hari pertama Puasa Ramadhan tahun ini
mengambil foto dengan “angle” istimewa yang dengan impresif mengambarkan
ribuan umat Islam yang sedang menjalankan Salat Tarawih malam sebelumnya
di Mesjid Istqlal Jakarta.

Dan malamnya sehabis Tarawih, SCTV menanyangkan acara Tausyiah KH
Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) pada Acara “Gema Ramdhan” di Bandar
Lampung yang dihadiri puluhan ribu ummat yang tumpah ruah di setiap
jengkal yang ada di Stadion Sepakbola tempat acara tersebut diadakan .

Lalu ketika saya kemarin---seperti biasa---Jumatan di Mesjid PTIK
Kebayoran Baru, jemaah yang hadir jauh lebih padat dari biasanya.

Apa artinya ini?

Mungkin tidak ada artinya, kalau sekarang  ini tidak beredar opini yang
kuat bahwa Islam sedang “disudutkan”, “distigmatisasi” dengan
menngait-ngaitkan Islam dengan terorisme, karena serangkaian serangan
terorisme---khususnya pada Tragedi 11 September yang lalu di WTC New
York  dan Tragedi Bom di Kuta, Bali belum lama ini “sangat kuat dugaan”
dilakukan oleh orang-orang yang beragama Islam dan atau
organisasi-organisasi yang didirikan dan aktivitasnya untuk
“memperjuangkan” Islam, seperti Al-Qaedah dan Jamiah Islamiah, yang oleh
Badan Internsional seperti PBB dikategorikan sebagai organisasi teroris.
Dan tidak kurang, seorang ulama dan da’i yang cukup terkemuka, yaitu
Kiyai Abubakar Ba’asyir waktu ini menjadi tersangka dalam kasus-kasus
terorisme dan menjadi tahanan Polisi melalui proses yang menimbulkan
kontroversi itu.

Dari fenomena yang saya kemukakan tadi, setidaknya ada beberpa indikasi.

Pertama: mayoritas ummat tentu saja prihatin dengan apa yang dihadapi
ummat, Bangsa Indonesia dan masyarakat dunia waktu ini, tetapi tidak
merasa tersudut, tidak merasa terstigmasi, tidak  merasa bagian dan
berkaitan serta mendukung gerakan-gerakan terorisme. Suatu hal yang
tidak terlalu mengherankan, karena dua organisasi Islam terbesar di
Indonesia:  NU dan Muhammadyah yang menjadi panutan sekitar 70 s.d. 80%
ummat adalah organisasi-organisasi keagamaan yang teramat  jauh  dari
kegiatan-kegiatan yang bersifat radikal destruktif apalagi terorisme.
Karena tidak merasa tersudut, tidak merasa terstigmasi, dan tidak punya
kaitan dengan kegiatan-kegiatan terorisme, ummat  tidak perlu merasa
“malu” menjadi seorang muslim  sehingga perlu menyembunyikan identitas
keislamannya, seperti menjalankan ibadah dan kegiatan keagamaan di
tempat-tempat publik. Bahkan seorang Ida Fiqriah, satu-satunya perempuan
penerbang Boeing 747 Garuda untuk rute luar negeri, sedikitpun tidak
canggung memperlihatkan kemuslimahannya pada acara “Sahur bersama
Hughes” yang ditayangkan ANTV Jumat pagi yang lalu. Dengan kata lain,
ummat semakin dewasa, “pede” dan mampu melihat persoalan dengan jernih.

Kedua: mayoritas ummat memang rindu kepada pengajian-pengajian dan
tausiah-tausiah keislaman yang sederhana, sejuk dan mencerahkan---yang
merupakan watak Islam yang sejati---seperti yang selalu disampaikan oleh
Aa’ Gym dan sejumlah da'i muda lainnya.

Apakah indikasi-indikasi yang saya kemukakan di atas hanya merupakan
“wishful thinking” saya saja?

Bisa ya bisa tidak.

Bisa “ya”, kalau umat masih terus diprovokasi secara langsung atau tidak
langsung oleh sementara da’i, penulis atau tokoh untuk melakukan
perusakan rumah-rumah ibadah dan tempat kediaman penganut  agama lain,
atau kelompok ummat Islam yang dianggap “menyimpang” seperti jemaah
Ahmadiah atau Islam Jamaah.

Bisa “tidak”, kalau para da’i, para penulis dan para tokoh bisa
melakukan introspeksi ke dalam---khususnya di bulan yang mulia
ini---bersedia melihat kenyataan apa adanya, mampu dengan tegas bersikap
bahwa kriminal adalah kriminal, korupsi adalah korupsi, penyalahgunaan
wewenang adalah penyalahgunaan wewenang, terorisme adalah terorisme
terlepas dari apakah yang melakukannya orang-orang Islam atau bukan.
Mampu dengan tegas mengatakan bahwa kriminalisme, korupsi,
penyalahgunaan wewenang dan  terorisme siapapun pelakunya
adalah---seperti adanya---bertentangan dengan ajaran Islam, serta
mengambil langkah hukum jika ummat merasa dirugikan.

(Saya sering tidak habis pikir, bagaimana seorang yang mengaku Islam
bisa melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak bersalah,
padahal Nabi SAW bahkan dalam perperangan melarang pasukan Beliau
membunuh hewan dan merusak tanaman)

Jadi apakah indikasi-indikasi yang saya kemukakan di atas hanya
merupakan “wishful thinking” saya saja atau tidak, jelas tidak
tergantung kepada saya.

Lagi pula, apalah awak ini.

Salam, Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===============================================

Reply via email to