Sekedar penambah informasi...
Kegiatan buka puasa ini barangkali menjadi jawaban
dan sikap pemerintah AS terhadap desakan dan kritikan dari beberapa orang tokoh
penting kelompok pro-Israel dan Kristen garis keras seperti Rev.Jerry Farwell,
Evangelist Pat Robertson, pendeta Graham dll yg meminta pemerintah AS melalui
Presiden Bush utk 'meluruskan' kembali pernyataan bahwa agama Islam adalah agama
damai. Bagi dunsanak nan tinggal di AS dan berkesempatan menyaksikan acara Fox,
60 Minutes CBS, Early Morning ABC tentunya merasakan perih dan sakit yg teramat
dalam terhadap hinaan dan cacian dari orang-orang ini terhadap Islam dan
Rasulullah Muhammad SAW.
Wassalam,
BUDI
----- Original Message -----
From: Ikranagara
Sent: Sunday, November 10, 2002 4:22 PM
Subject: [mfi] Fw: Berbuka Puasa di Gedung Putih Senin, 11 Nov 2002 Dari Acara Berbuka Puasa Bersama di Gedung Putih Istana Kepresidenan Amerika Serikat, Gedung Putih (White House), kembali menggelar iftaar dinner (buka puasa) bersama. Ini acara kedua pada masa pemerintahan Presiden George Walker Bush. Apa pesan-pesan Bush kali ini? RAMADHAN POHAN, Washington DC Ruang State Dining Room, tempat iftaar dinner, tertata sangat rapi. Para undangan duduk melingkari meja. Masing-masing meja diisi buket kembang dan empat lilin putih yang panjangnya dua jengkal tangan orang dewasa. Dari pengamatan Jawa Pos yang ikut hadir, tampak tokoh-tokoh organisasi Islam di AS. Mereka antara lain, Khaled Saffuri dari Islamic Institute, Dr Ziad Asali dari American-Arab Anti-Discrimination Committee, Syekh Hisyam Muhammad Kabbani dari Islamic Supreme Council of America, Dr Sayyid Syeed dari Islamic Society of North America (ISNA), Qaseem Uqdah dari American Muslim Armed Forces Council, dan Mohammad Fadel dari National Association of Muslim Lawyers. Ada pula 49 duta besar atau petinggi kedutaan dari anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Di antaranya Dr Farid Abboud dari Lebanon, Augustine Agada dari Nigeria, Alasri Saeed Al Dhahri dari Uni Emirat Arab, Nabil Fahmi dari Mesir, Syekh Abdul Khalid Ghazzali dari Malaysia, Dr Osman Faruk Legoglu dari Turki, Pangeran Anak Dato Puteh dari Brunei Darussalam, Sakthip Krairiksh dari Thailand, dan Ashraf Jehangir Qazi dari Pakistan. Mewakili pemerintah RI adalah Dubes Soemadi D.M. Brotodiningrat. Dia semeja dengan Penasihat Keamanan Nasional Condoleezza Rice. Karena kursinya bersebelahan, Soemadi dan Rice acap terlihat berbicara akrab. Melihat suasana itu, muncul kesan bahwa momentum Ramadan benar-benar dimanfaatkan Presiden Bush untuk "rekonsiliasi" dengan kalangan umat Islam. Wajar, sejak berkuasa pada Januari 2001 lalu, Bush terus menuai kecaman dari dunia Islam. Mulai perangnya menghancurkan rezim Taliban di Afghanistan hingga terkait rencana AS menyerang Iraq akhir-akhir ini. Serangan terhadap Iraq ini, tampaknya, sangat serius dan tinggal menghitung hari. Ini jika merujuk berbagai pernyataan resmi pejabat Gedung Putih. Mulai Bush, Wapres Dick Cheney, Rice, hingga jajaran petinggi lainnya. Tampaknya, Bush sangat memahami posisinya yang serba sulit. Di satu sisi, dia ingin membangun kebanggaan nasional lewat perang. Di sisi lain, Bush harus siap menghadapi berbagai kecaman dari dunia Islam. Acara iftaar dinner menjadi sarana bagi Bush untuk menjaga hubungan dengan komunitas Islam dunia. Bush seakan ingin menyampaikan pesan untuk memisahkan Al Qaidah, Jamaah Islamiyah, Usamah Bin Laden, dan Saddam Husein, dengan Islam. Pesan itu disampaikan melalui tokoh-tokoh muslim AS dan perwakilan negara-negara Islam yang ada di negara adikuasa tersebut. Setengah jam setelah waktu berbuka tiba dan undangan telah menunaikan salat magrib di East Wing Gedung Putih, Bush memasuki State Dining Room. Presiden dari Partai Republik ini mengenakan kemeja putih, dasi biru, dan setelan jas gelap. Dia berdiri di podium kecil. Di bawah lukisan besar Abraham Lincoln, Presiden Bush menyampaikan ihwal hajatan buka puasa bareng di Gedung Putih itu. Dalam pidatonya, Bush menekankan nilai-nilai toleransi dan pengakuan keberadaan Islam. Dengan kebiasaan vokalnya yang cepat tetapi beralun, Bush mengatakan, Islam merupakan agama yang membawa harapan dan ketenangan bagi lebih dari semiliar muslim di seluruh dunia. "Malam ini kami menghormati tradisi suatu agama besar dengan menjadi tuan rumah iftaar ini di Gedung Putih," kata Bush. Di depan puluhan wakil pemerintah asing, Bush mengenalkan beberapa nama muslim Amerika dari pelbagai latar belakang. Bush ingin memperlihatkan bahwa orang Islam Amerika memiliki hak sederajat untuk mengisi jabatan-jabatan di AS. Karena Islam sudah menjadi bagian konkret bangsa AS, tidaklah benar jika AS memusuhi Islam. "Dengan perjamuan iftaar, saya menyampaikan pesan kepada semua bangsa yang diwakili para duta besarnya di sini malam ini bahwa Amerika menghargai persahabatan Anda. Amerika menghormati agama Anda," jelas Bush tetap dengan vokal bersemangat. Bush juga terang-terangan menyatakan terima kasih kepada pelbagai negeri muslim yang ikut bersama AS melawan terror. Masih kata Bush, bangsa-bangsa tersebut juga acap menjadi korban teror itu sendiri. "Iftaar malam ini juga mengirimkan pesan buat seluruh rakyat Amerika bahwa bangsa kita memerangi jaringan radikal teroris, bukan melawan sebuah agama, dan bukan dengan sebuah peradaban," paparnya. Bush menegaskan, jangan sampai orang didiskriminasi dan diperlakukan tidak baik gara-gara latar belakang atau penampilan agama dan etnis tertentu. Bush mengingatkan bangsa AS agar tetap memperlihatkan jati diri sebagai bangsa besar yang pluralis dan toleran. Bush mengutip muslim Amerika yang jumlahnya jutaan, yang menurut organisasi dan skolar Islam sekitar 5-7 juta jiwa. Itulah sebabnya, Bush ingin mengatakan bahwa Islam dan muslim adalah bagian dari bangsa AS. Pada buka puasa tahun ini White House menyediakan masakan ikan salmon, sapi, sayuran, salad, dan karamel yang dikemas dalam beberapa menu. Antara lain, fruitwood-smoked atlantic salmon, grilled black angus beef tenderloin, potato gateau, salad of heirloom tomatoes, dan dried pear souffle. Untuk menyenangkan tetamu di bulan suci Ramadan, White House rupanya benar-benar ingin sempurna. Dalam even kali ini, White House hanya mengundang tujuh wartawan antara lain dari Mesir, Turki, Pakistan, Malaysia, dan Jawa Pos. Juga ada lima wartawan lokal AS. (*) |