Assalamu'alaikum WW

HHmmm masih basyukur kahadirat Allah SWT kalau jalan raya di kampuang awak masih relatif labiah terawat dibandiangkan jo di Sumsel..baiak di Jalinsum ataupun Jalintim.....

Sakadar Tip untuak nan pulang kampuang jo oto pribadi dan di baok surang.... biasonyo ambo mulai start SS-1 dari Jakarta/Depok sapagi mungkin...badaulukan sahur kiro-kiro jam 01.00 dan sasudah makan sahur lansuang star dengan target bisa imsak/subuah di merak,taruih manyubarang pagi... supayo indak lamo manunggu dan indak basalingkik jo angkutan umum .... sasudah manyubarang jalan santai sajo sampai babuko...dengan istirahat Shalat di daerah nan kabatulan dilewati.....biasonyo sampai sapatang-patang ari di Lubuak Linggau (jalinsum) atau di Sungai Lilin (Jalintim).
Sampai di tampek babuko itu istirahat dan shalat tarawiiah dan lalok sampai sahur pulo..misalnyo (numpang istirahat sajo di Rumah Makan Simpang Raya Lubuak Linggau banyak nan istirahat disitu). Kalau di Sei Lilin (Jalintim) ado rumah makan nan jadi tampek makan bis Lorena (ambo lupo namonyo)

Sasudah subuah hari kaduo , start pulo baliak SS-2....di hari kaduo iko jalan labiah relatif luruih nan ijan sampai taburu nafsu untuak mamacu oto... karano kondisi badan dalam keadaan latiah kurang istirahat....
dengan jalan santai ...saptang-patang ari lah sampailah awak di kampuang ....lLb Linggau-Sarolangun/Bangko-Ma Bungo- Gn Medan-Sijunjuang-Solok - BKT/PDG - dll.....sampai finish SS-2 di kampuang masiang-masiang......

Sekarang pengalaman ambo nan pernah manyetir surang sajo indak baganti antaro JKT-Maninjau....


Wassalam

Z Chaniago - Palai Rinuak - Depok



http://www.kompas.com/kompas-cetak/0211/17/utama/lint01.htm
Minggu, 17 November 2002
Lintas Tengah Sumatera Parah
Kompas/Rakaryan S

Lubuk Linggau, Kompas - Arus pemudik Lebaran belum lagi mencapai puncaknya, tetapi kendaraan sudah harus rela mengantre pada Jalan Lintas Tengah Sumatera, ruas antara Baturaja-Tanjung Enim. Jalan rusak sepanjang sekitar 38 km, ditambah dengan badan jalan yang sempit, membuat pengemudi truk harus mengemudikan kendaraan ekstra hati-hati dan dalam kecepatan rendah. Akibatnya, kendaraan di belakangnya harus berjalan lambat dan menimbulkan antrean.

Untuk melalui jalan sepanjang sekitar 95 km dari Baturaja ke Tanjung Enim itu, berdasarkan pengalaman Kompas, Jumat (15/11), dibutuhkan waktu lebih dari tiga jam. "Untuk kami para sopir truk, biasanya malah lima jam baru bisa sampai di Muara Enim. Kami memang harus sering berhenti, dan hati-hati. Kalau tidak, truk bisa terperosok," papar Manning, salah seorang pengemudi truk jurusan Padang, ketika dijumpai di sekitar Desa Ujan Mas, Kecamatan Pengandonan (Km 42), Ogan Komering Ulu (OKU).

Jalan berlubang-lubang mulai terlihat di Desa Kebun Jati, Kecamatan Semidang Aji atau 21 kilometer dari Kota Baturaja ke arah Muara Enim. Lebar jalan yang sempit, sekitar 3,5-4,0 meter, serta berlubang-lubang, membuat pengemudi truk seringkali harus mengambil jalan dari jalur berlawanan, sehingga praktis di sejumlah tempat lalu lintas dari dua arah bergiliran menggunakan satu jalur jalan yang kondisinya lebih baik. Misalnya di sekitar Desa Raksa Jiwa (Km 23). Bahkan, menjelang Desa Keban Agung (Km 26,5), Semidang Aji, setengah badan jalan longsor sepanjang sekitar 200 meter, sehingga di tempat ini pun lalu lintas kendaraan harus bergantian. Di lokasi tersebut memang tengah dilakukan pekerjaan perbaikan, akan tetapi prosesnya akan memakan waktu lama karena harus menyiapkan fondasi sekaligus turap untuk badan jalan yang baru.

"Longsornya jalan di sini sudah lebih dari lima bulan lalu, tetapi baru sebulan ini dikerjakan perbaikannya. Tahapan pekerjaannya banyak sehingga tidak akan mengejar untuk Lebaran tahun ini," ungkap seorang warga dan pekerja di lokasi jalan yang longsor tersebut.

Kerusakan Jalan Lintas Tengah ini bukan hanya terjadi pada ruas-ruas jalan yang jauh dari permukiman penduduk, tetapi justru banyak di sekitar permukiman penduduk atau pusat-pusat desa. Partisipasi warga sekitar untuk menutup sementara lubang-lubang besar di jalan kurang terlihat, sementara beberapa kelompok pemuda justru memunguti dana dari para pengemudi truk, seperti terlihat di sekitar Desa Kesambirata (Km 45), Pengandonan.

Kerusakan parah terlihat di Desa Sukamerindu (Km 36), Desa Batanghari (Km 38), Kecamatan Semidang Aji. Bahkan, memasuki wilayah perladangan atau hutan belukar mulai Km 40 sampai Km 42, kondisi jalan semakin rusak dan membahayakan karena salah satu sisinya adalah jurang, dan jalannya turun naik serta berbelok-belok. Begitu juga ruas jalan di Km 52 sampai Km 58 yang di kiri kanannya adalah kawasan perladangan atau hutan belukar, perbatasan antara Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan Kabupaten Muara Enim.

Kerusakan jalan berupa jalan berlubang-lubang sebenarnya terus dijumpai sampai mendekati Kota Kecamatan Tanjung Enim (Km 95), akan tetapi setelah persimpangan ke Semendo (Km 59) badan jalannya lebih lebar, sehingga truk bisa lebih leluasa berpapasan. Medan jalannya pun relatif mendatar, sehingga kendaraan bisa melaju lebih cepat.

Tak banyak berubah

Kondisi jalan dari Muara Enim ke Lahat tidak banyak berubah dibandingkan beberapa bulan lalu. Perbaikan jalan yang sempat dilakukan sekitar tiga bulan lalu di beberapa lokasi mulai rusak kembali. Misalnya di sekitar Desa Gedung Agung, Kecamatan Merapi, Lahat (Km 10,5 dari Kota Muara Enim).

Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan kondisi ruas jalan tersebut pada tahun lalu, sekarang ini kondisinya lebih baik karena jalan yang mulus lebih banyak atau lebih panjang. Hanya saja, tidak terlihat adanya perbaikan jalan yang sengaja disiapkan untuk menyambut arus mudik Lebaran tahun ini.

Begitu juga kondisi ruas jalan antara Lahat-Tebing Tinggi (78 km), secara umum lebih baik ketimbang tahun lalu. Akan tetapi, masih banyaknya ruas jalan yang berlubang dan amblas mengharuskan para pengemudi untuk hati-hati, karena seringkali pengemudi menjumpai jalan rusak berat setelah beberapa saat melalui jalan mulus.

Jalan berlubang-lubang dan amblas akan langsung ditemui sekitar lima kilometer di luar Kota Lahat. Perbaikan jalan memang dilakukan, antara lain terlihat di Kilometer 7,2 dari Lahat. Pos-pos keamanan jalan raya (PKJR) yang pada tahun lalu jumlahnya tak kurang dari sepuluh sepanjang jalur ini, kini hanya terdapat empat buah.

"Kemarin-kemarin ini, sudah enak sekali karena PKJR-nya tinggal beberapa. Sekarang, antara Tebing Tinggi-Muara Beliti muncul lagi banyak PKJR," ungkap beberapa sopir truk yang mengaku harus menyiapkan setidaknya Rp 5.000 untuk satu pos PKJR.

Beberapa bulan lalu jajaran Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Selatan memang telah membubarkan lebih dari 10 PKJR sepanjang jalur Lahat-Muara Beliti. Namun, kini Kompas mendapatkan tak kurang dari delapan PKJR beroperasi lagi di jalur Tebing Tinggi-Muara Beliti (70 km).

Beberapa PKJR bahkan lokasinya berdekatan, hanya terpisah jarak dua atau tiga kilometer. Misalnya, PKJR di sekitar Desa Rantau Seri (Km 104), PKJR di Desa Kebur (Km 107), dan kemudian PKJR di Desa Lubuk Besar (Km 109) Kecamatan Muara Beliti.

Meskipun banyak ditemui PKJR, kondisi jalan pada ruas Tebing Tinggi-Muara Beliti umumnya masih baik. Badan jalan yang lebar di banyak tempat, antara enam sampai tujuh meter, juga memudahkan para pengendara untuk memacu kendaraannya




======================================================================
Alam Takambang Jadi Guru
======================================================================




_________________________________________________________________
Add photos to your messages with MSN 8. Get 2 months FREE*. http://join.msn.com/?page=features/featuredemail


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===============================================

Reply via email to