Ass. ww,
mak Ban, iko awak kirinan dari milis sabalah. tapi awak iyo ndak tau apokoh
nan iko mamak mukasuik.

salam

-----Original Message-----
From: Basri Hasan [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, November 21, 2002 10:15 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [RantauNet.Com] Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 5
Desember


Assalamu'alaikum wr. wb.
Ada nggak yang bisa memvalidasi bahwa perhitungan Muhamadiyah itu akurat,
seakurat perhitungan proyek Apollo 11 ke bulan dulu, rasanya bagi yang hidup
didunia astronomi nggak masalah tuh. Herannya kok urang Islam masih
penetapan tanggal saja masih persoalan, apalagi menegakkan syariah Islam.
Salam

SBN




--- Begin Message ---
Assalamu 'alaykum wr.wb.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut boleh jadi dapat dijawab oleh Seri  501di
bawah [Sebenarnya sudah pernah diposting ke milis ini setahun lalu]..
Wassalam,
HMNA

=====================
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
501. Mengapa Penentuan Awal Ramadhan Tidak Sama? 

    Ada beberapa "protes" yang saya sempat pungut dari dunia maya tentang
penentuan awal Ramadhan, yang pukul rata maksudnya demikian: Di zaman modern
seperti ini, sudah ada komputer dan teropong bintang yang ditunjang oleh
satelit segala. Tetapi mengapa dalam menentukan awal Ramadhan mesti berbeda,
sehingga orang-orang awwam jadinya serba tidak mengerti
. 
***
    Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam
kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila
pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui,
langsung ke cara membacanya saja. 

    'An Abiy Hurayrata yaquwlu qaala nNabiyyu Sh M shuwmuw liru'yatihi wa
afthuruw liru'yatihi fain ghubbiya 'alaykum fakmiluw 'iddata sya'baana
tsalaatsiyn (RB), artinya: Dari Abu Hurayrah (ia) berkata: Nabi SAW (telah)
bersabda puasalah kamu apabila melihatnya (al hilal) dan berbukalah apabila
kamu melihatnya dan jika bulan tertutup atasmu maka sempurnakanlah bilangan
Sya'ban tiga puluh (diriwayatkan oleh Bukhari).Terhadap Hadits tersebut
dalam ungkapan kontemporer Ahlu rRu'yah (dari Ra, Alif,Ya, melihat)  memakai
pendekatan tekstual, artinya Hadits itu dipahamkan sesuai dengan teksnya.
Sedangkan Ahlu lHisab (dari ha,Sin,Ba, menghitung)  mempergunakan metode
kontekstual, yakni Hadits itu harus dipahamkan dalam konteks munculnya al
hilal baru. Ahlu rRu'yah memakai prinsip ainulyaqin, atau legitimasi formal,
sedangkan Ahlu lHisab memakai prinsip ilmulyaqin, atau legitimasi faktual 

    Ahlu rRu'yah memahamkan bulan sabit (al hilal) baru spb: Timbulnya al
hilal baru apabila setelah matahari terbenam, al hilal dapat diintizhar
(diobservasi) baik secara langsung (dengan mata kasar), maupun secara tidak
langsung (melalui instrumen). Prinsip 'ainulyaqin ini memfokuskan pada
silaunya mata ataupun instrumen oleh sinar matahari yang telah terbenam,
sehingga al hilal tidak dapat diintizhar, tanpa pertimbangan bahwa al hilal
sudah di atas ufuk. 

    Ahlu lHisab memahamkan al hilal baru spb: Timbulnya al hilal baru
apabila setelah matahari terbenam, al hilal sudah ada di atas ufuk, walaupun
al hilal tidak dapat diintizhar karena mata ataupun instrumen silau oleh
sinar matahari yang telah terbenam. Jadi Ahlu rRu'yah memfokuskan pada teks
"melihat", sedangkan Ahlu lHisab memfokuskan pada konteks "al hilal di atas
ufuk". Pendekatan kontekstual ini ditopang oleh ayat: FMN SYHD MNKM ALSYHR
FLYSHMH (S. ALBAQRT,  185), dibaca: fa man syahida mingkumush shayra
falyashumhu, artinya maka barang siapa menyaksikan "asysyahr", maka mestilah
mempuasakannya (2:185). Syahr(un) tidak diterjemahkan, sebab tidak ada
bahasa Indonesianya. bahasa Inggrisnya ialah month. Menurut ayat (2:185)
syahr (month) itu disaksikan (syahida). Jadi  sabda Nabi Muhammad SAW:
shuwmuw liru'yatihi, berpuasalah karena melihatnya, hendaklah dipahamkan
dalam konteks ayat syahida mingkum sysyahra, menyaksik an asysyahr (month).
Syahr (month) tidak dapat dilihat dengan mata kasar, karena itu bukan benda
kasar, melainkan "hitungan bulan", maksudnya Ramadhan, yang hanya dapat
disaksikan dengan hisab. 

    Yang menjadi masalah sejak dahulu sampai dewasa ini kedua pendekatan
tekstual atau prinsip 'ainulyaqin dan kontekstual atau prinsip 'ilmulyaqin
itu belum dapat dipertemukan, masih dalam status quo. Lalu sebagai realitas
status quo itu, bagaimana seharusnya kita bersikap supaya tidak kebingungan?


    Pada tempat-tempat di permukaan bumi di mana matahari dan bulan terbenam
pada detik yang sama, maka tempat-tempat tersebut merupakan daerah
perbatasan antara akhir bulan Sya'ban dengan permulaan bulan Ramadhan.
Tempat-tempat perbatasan tersebut berupa kurva (garis lengkung). Itu secara
teori, tetapi sacara faktual sebenarnya berupa bidang oleh karena adanya
perbedaan antara Ahlu rRu'yah dengan Ahlu lHisab, dalam daerah tinggi
alhilal antara 0 - sekitar 4 derajat busur di atas ufuq pada waktu matahari
terbenam. 

    Karena dilihat dari bumi pada bola langit, gerak matahari lebih cepat
dari bulan, maka sebelah barat daerah bidang batas itu matahari sudah
mendahului bulan di bawah ufuk, sehingga belahan bumi sebelah barat daerah
batas itu sudah masuk 1 Ramadhan, sedangkan sebelah timur batas masih akhir
Sya'ban, karena matahari masih di atas ufuk setelah bulan terbenam. Itulah
penjelasannya mengapa ada kalanya di Makkah berpuasa atau shalat 'Iyd satu
hari lebih dahulu ketimbang Indonesia. 

    Bidang batas antara akhir bulan dengan awal bulan berikutnya itu
bergerak, karena garis batas itu dibina oleh posisi dan gerak  matahari,
bumi dan bulan. Setiap mathla' di globa ini akan mendapat giliran secara
adil dilalui oleh bidang batas itu. Pada orang-orang yang berjejak di bumi
di daerah di luar bidang batas itu akan terjadi kecocokan antara ru'yah
dengan hisab, yaitu tinggi alhilal sekitar 4 derajat ke atas. Pada belahan
bumi yang di sebelah baratnya menurut hisab bulan sudah di atas ufuk pada
waktu matahari terbenam dan dapat diru'yah. Pada belahan bumi yang di
sebelah timurnya bulan belum dapat diru'yah dan menurut hisab bulan masih di
bawah ufuk. Jadi bagi suatu negara yang cukup panjang dan memanjang dari
barat ke timur, seperti Indonesia misalnya, jika dipotong oleh bidang batas
itu, tidaklah mesti berpuasa dan berlebaran dalam satu hari yang sama. Di
sebelah barat bidang batas itu mereka berpuasa. Sedangkan di sebelah timur
bidang batas i tu mereka belum berpuasa. Dengan demikian tidaklah semestinya
seluruh ummat Islam dalam suatu negara berpuasa dan berlebaran dalam hari
yang sama, walaupun misalnya telah terjadi kesepakatan visi antara yang
tekstual dengan kontekstual. 

    Lalu bagaimana yang di dalam bidang batas, di mana terdapat perbedaan
antara ru'yah dengan hisab? Tidaklah perlu bingung. Resepnya, pahamkanlah
secara rasional latar belakang perbedaan itu. Kemudian PULANGKAN KE QALBU
(HATI NURANI) KITA MASING-MASING, pilihan mana yang kita rasakan paling
menenteramkan (liyuthma'inna Qalby), seperti ungkapan Nabi Ibrahim AS. Saya
memilih mulai berpuasa pada hari Jum'at 16 November 2001, yaitu memakai
prinsip 'ilmulyaqin, karena hal itu lebih menentramkan qalbu saya. Wallahu
a'lamu bishshawab. 

*** Makassar, 25 November 2001 
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
  ----- Original Message ----- 
  From: harman 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Thursday, November 21, 2002 12:31 PM
  Subject: RE: [surau] 1 Syawwal 1423 H


  untua makkah kapan ka ba hari rayo no...?
  barapo derajatkah hilal dapek dilie...?
  dalam kiriman angku ado keputusan Ahl Hisab dan Ahl Ru'yah yang
keputusannyo
  tu babedo.
  mengenai perbedaan itu angku alah mancaritokan no babarapo hari lalu,
namun
  nan jadi pertanyaan ambo pado zaman nabi ataupun para sahabatnya nan ampek
  ma nan di pagunokan atau di pagunokan kaduo - duonyo atau mungkin di calia
  dahulu kalau indak nampak baru di pakai hisab?
  ambo pernah mandanga kato ustadz di tampe ambo (kalau indak salah duo
tahun
  lalu dimano hisab muhammadiyah labiah dahulu bahari rayo), katonyo nan
elok
  itu mengikuti ulil amri salamo nan diajak bukan untua maksiat.

  wassalam,
  harman 

  -----Original Message-----
  From: H. M. Nur Abdurrahman [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
  Sent: Thursday, November 21, 2002 10:29 AM
  To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; Sabili;
  [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
  [EMAIL PROTECTED]
  Subject: [surau] 1 Syawwal 1423 H


  Assalamu 'alaykum wr.wb.
  Ini saya posting keadaan al Hilal di Makkah, Makassar, Jakarta, Tokyo dan
  New York
  ===========================================

  MAKASSAR  Ijtima'  hari Rabu 4 Desember 7:35:27 TD  => 7:34:15 GMT  =>
  15:34:15 LT

  1 Syawwal 1423 H

  MAKKAH
  Matahari terbenam: pukul  17:37:52 Local Time
  Umur al Hilal::7 jam 2 menit
  Tinggi al Hilal: 1 derajat 33' 27"

  MAKASSAR: 
  Matahari terbenam: pukul 18:05:46 Local Time
  Umur al Hilal: 2 jam 31 menit
  Tinggi al Hilal: 0 derajat 3'  42" => tidak bisa dilihat
  Ahl Hisab lebaran Kamis 5/12 - 2002
  Ahl Ru'yah lebaran Jum'at 6/12 - 2002

  JAKARTA 
  Matahari terbenam: pukul 17:56:49 Local Time
  Umur al Hilal: 3 jam 22 menit
  Tinggi al Hilal: 0 derajat 30' 19" => sda
  sda

  TOKYO
  Matahari terbenam: 16:27:28 Local Time
  Umur al Hilal: - 0 jam 7menit
  Tinggi al Hilal: -1 derajat 24' 00"  => ru'yah = hisab
  Ahl Hisab dan Ahl Ru'yah lebaran Jum'at 6/12 - 2002

  NEW YORK
  Matahari terbenam: 16:28:9 Local Time
  Umur al Hilal: 13.90  0 hari  13 jam 54 menit
  Tinggi al Hilal: 2 derajat 24 menit 42 => tidak bisa dilihat
  Ahl Hisab lebaran Kamis 5/12 - 2002
  Ahl Ru'yah lebaran Jum'at 6/12 - 2002 
  =============================================================
  Wassalam,
  HMNA


----------------------------------------------------------------------------
 Ikuti polling TELKOM Memo 166 di www.plasa.com dan menangkan hadiah
masing-masing Rp 250.000 tunai
 
----------------------------------------------------------------------------

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------------------------------------------
                          MUTIARA HADIST
"Pada setiap malam, Allah Tabaraka wa Ta'ala turun kelangit dunia, ketika 
malam tinggal tersisa sepertiga terakhir, lalu berfirman, 'Siapakah yang
berdo'a kepadaKu, lalu Aku kabulkan do'anya! Siapakah   yang   meminta
kepadaKu, lalu Aku berikan permintaannya! Siapa yang meminta ampunan 
kepadaKU, lalu Aku ampuni dia! (HR. Muslim)
========================================================================
  

Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/ 

--- End Message ---

Reply via email to