> --- In [EMAIL PROTECTED], "Indra Piliang" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > Godot yang ditunggu datang juga. Tali dan pelana kuda mesti diperbaiki > letaknya. Mas Ulil saya kira tak akan sendirian, menghadapi fatwa > ini.... >
Dari dua posting saya sebelum ini mengenai JIL dan Ulil saya jelas tidak setuju dengan beberapa pemikiran JIL/Ulil. Dan upaya-upaya untuk memggahi nash saya anggap “seperti tikus comberan yang hendak mengencingi matahari”. Tetapi dalam salah satu posting saya tersebut saya kemukakan: “Sekalipun demikian saya berharap, bagi yang tidak setuju dengan Ulil hendaknya menyanggah pendapatnya saja dan tidak melakukan pembunuhan karakter, misalnya dengan menuduh Ulil atau Jaringan Islam Liberal (JIL) sebagai bagian dari konspirasi yang bertujuan untuk “merusak” Islam dengan sokongan dana dari Asian Foundation, terlepas dari kenyataan bahwa logo Asian Foundation dulu (entah sekarang) memang tampil pada homepage JIL” Tetapi ini tidak berbicara pembunuhan karakter, tetapi upaya untuk pembunuhan benaran! Astagfirullahaladzim! Saya sependapat dengan Indra Piliang, bahwa Ulil tidak sendirian dalam menghadapi ini. Bahkan ini tidak hanya sekadar untuk enyelamatkan nalar publik bahwa berpikir adalah hak yang melekat pada setiap individu warga negara, tetapi juga menyelamtkan wajah Islam yang sejatinya damai dan membawa pencerahan dari orang-orang Islam---yang maaf---menaruh otak mereka di pantat! Saya belum lama ini terlibat diskusi yang keras dengan Jusfiq Hadjar di Prol. Sering sakit hati saya kalau Jusfiq mengatakan ajaran Islam sebagai “buas dan biadab”. Tetapi sejujurnya perangai orang-orang yang menamakan dirinya sebagai "Ulama dan Umat Islam Jabar, Jateng dan Jatim" seperti membenarkan apa yang dikatakan Jusfiq tersebut. Saya juga heran keterlibatan Muhammadyah dalam kegiatan-kegiatan seperti ini. Padahal Ketua Umum PP Muhammadyah Syafii Maarif baru saja dengan tegas dalam wawancara dengan MBM Tempo mengatakan bahwa “Radikalisme Agama Adalah Bunuh Diri” (dan kita tahu bahwa Syafii Maarif tidak hanya berkata, dirinya dan Muhammadyiah selelu berada di barisan terdepan bersama a.l. dengan PB NU dalam mengatakan “tidak” terhadap radikalisme Islam) Tetapi pernyataan "Ulama dan Umat Islam Jabar, Jateng dan Jatim" tidak hanya radikal, tetapi radikal bin tolol! Dan teori “konspirasi” adalah teori yang paling bagus untuk menipu diri sendiri. Saya jelas tidak setuju---dan tidak pernah akan setuju dengan dengan beberapa pemikiran JIL/Ulil. Tetapi---walaupun apalah awak ini---saya termasuk orang yang berada di samping Ulil dalam menghadapi fatwa tolol dari apa yang menamakan dirinya "Ulama dan Umat Islam Jabar, Jateng dan Jatim", justru karena keyakinan saya yang tidak akan pernah tergoyahkan, bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin, dan junjungan kaum muslimin, adalah seorang strateg yang yang sangat jenius yang lebih banyak menaklukkan musuh-musuh beliau dengan akal budi dan kasih sayang ketimbang dengan pedang! Wassalam, Darwin > > ----- Original Message ----- > From: asep > To: [EMAIL PROTECTED] > Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] > Sent: Monday, December 02, 2002 1:55 AM > Subject: [komunitasbambu] Ulil Abshar Dinilai Hina Islam > > Ulil Abshar Dinilai Hina Islam > Reporter : M. Munab Islah Ahyani > > detikcom - Bandung, Tulisan kolumnis dan aktivis Ulil Abshar Abdalla > di salah satu media nasional bertajuk "Menyegarkan Kembali Pemahaman > Islam" dinilai telah menghina Allah, Islam dan Nabi Muhammad SAW. > Sesuai syariat Islam, oknum yang menghina dan memutarbalikkan diancam > dengan hukuman mati. > > Demikian salah satu butir pernyataan "Ulama dan Umat Islam Jabar, > Jateng dan Jatim" yang disampaikan kepada pers di Bandung, Senin > (2/12/2002) sore. Dalam forum itu, bergabung berbagai unsur ormas, > partai dan organisasi Islam seperti Persis, Muhammadiyah, Partai > Keadilan, Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), dan pimpinan sejumlah > pondok pesantren di Jabar, Jateng dan Jatim. > > Dalam penjelasan kepada pers itu, hadir Ketua Umum FUUI KH Athian Ali > M Da'i, Ketua PPP Reformasi Jabar H Rizal Fadillah SH, pengamat > politik Herman Ibrahim dan sejumlah pimpinan ponpes. > > Menurut Athian Ali, persoalan Ulil Abshar itu sebetulnya adalah satu > hal kecil. "Persoalan utamanya, ada kesan kuat bahwa terjadi semacam > jaringan dan konspirasi untuk menyudutkan umat Islam. Karena itu, hal > ini harus segera diselidiki. Soal hukuman mati bagi yang menghina > Islam, karena memang syariatnya menggariskan demikian," tegasnya. > > Artikel yang dituliskan Ulil, dinilainya memang betul-betul menghina > umat Islam. Athian mengutip bahwa Ulil menuliskan, "Upaya menegakkan > syariat Islam, bagi saya, adalah wujud ketidakberdayaan umat Islam > dalam menghadapi masalah yang mengimpit mereka dan menyelesaikannya > secara rasional. Umat Islam menganggap, semua masalah akan selesai > dengan sendirinya manakala syariat Islam, dalam penafsirannya yang > kolot dan dogmatis, diterapkan di muka bumi." > > Sementara itu, Rizal Fadillah menegaskan bahwa pihaknya juga akan > menjajagi kemungkinan mengadukan Ulil Abshar Abdalla ini kepada pihak > kepolisian. "Tidak tertutup kemungkinan, kami akan menggunakan hukum > positif yang berlaku di Indonesia," tegasnya. > > Rizal mengutip pasal 156 dan 157 KUHP, bahwa mereka yang melakukan > penghinaan terhadap salah satu agama bisa diancam hukuman sampai 2 > tahun penjara. "Masalahnya, apakah masih ada niat baik polisi untuk > menyelesaikan persoalan semacam ini dengan jalur hukum," katanya. > > Rizal mencontohkan kasus diadukannya 2 pendeta, Suradi ben Abraham, > Ketua Yayasan Nehemia Daris Poernama Winangun alias H Amos yang juga > sudah dijatuhi fatwa hukuman mati oleh FUUI, ternyata kasusnya sama > sekali tidak ada kelanjutannya. "Jangan sampai nanti umat Islam > bertindak sendiri, baru polisi turun tangan," katanya. > > Untuk diketahui, kedua pendeta itu dinilai FUUI itu telah dengan > sengaja menghina Nabi Muhammad melalui tulisan dalam buletin Gema > Nehemia, buku-buku, ataupun kaset-kasetnya yang telah beredar luas, di > berbagai daerah sampai keluar Jawa. > > Ketika ditanya, bagaimana jika nantinya Ulil Abshar meminta maaf dan > menarik tulisannya tersebut, keduanya menyatakan bahwa hal itu tidak > membuat persoalan hukumnya selesai. > > Herman Ibrahim menambahkan bahwa mereka yang melakukan penghinaan > dengan "main-main" dan kemudian meminta maaf seperti kasus angket > Tabloid Monitor tetap menyeret Pemred-nya Arswendo Atmowiloto ke > penjara. "Apalagi ini yang tulisan serius," katanya.(asy) > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > --- End forwarded message --- RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe, anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini. Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ===============================================