http://www.kompas.com/kompas-cetak/0301/18/daerah/88099.htm


Sumbar Buka Urat Nadi Ekonomi ke Riau


ERA perdagangan bebas tahun 2003 sudah di ambang pintu. Hanya tinggal dalam hitungan hari. Sumatera Barat, karena berada di pantai barat Sumatera tidak begitu berharap banyak dengan pasar ekspor. Para pengusaha di daerah ini, akhir-akhir ini cenderung mengincar pasar regional, pasar di provinsi tetangga.

BAGI Sumatera Barat yang terletak di pantai barat Sumatera dengan topografi yang berbukit dan bergunung, dalam peningkatan pemanfaatan potensi daerah dan peningkatan kerja sama regional, dituntut adanya pengembangan sistem transportasi terpadu yang menghasilkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, andal, berkualitas, dan aman," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Barat (Sumbar), Prof Dr Ir Muchlis Muchtar, kepada Kompas belum lama ini.

Dikatakan, dalam perkembangan ekonomi global sekarang ini dituntut tersedianya sistem transportasi yang andal dan efisien sebagai tatanan mobilitas sosial, budaya, dan ekonomi. Sektor transportasi dituntut untuk makin mampu meningkatkan pergerakan orang, barang, dan jasa, demi tumbuhnya perekonomian wilayah dan mempersempit kesenjangan pembangunan antarwilayah.

Aksesibilitas kawasan dan efisiensi jaringan transportasi, menurut Muchlis, merupakan prasyarat bagi mengalirnya modal dan investasi dari bagian mana pun wilayah ke dalam kawasan tersebut. Keberhasilan kerja sama ekonomi antarwilayah sangat ditentukan oleh kelancaran arus transportasi antardaerah tersebut.

Salah satu kendala atau hambatan utama bagi Sumbar sejak sepuluh tahun terakhir sampai sekarang, misalnya untuk menuju pasar di provinsi tetangga, Riau, adalah soal jalan yang dikenal sebagai Kelok Sembilan di Kabupaten Limapuluh Koto.

"Hambatan utama yang perlu diatasi adalah bottle neck atau penyempitan jalan bertebing batu antara Lubuk Bangku-Pasar Lalang. Namun, yang paling berat adalah handicap daerah tanjakan terjal yang dikenal sebagai Kelok Sembilan," ujar Muchlis.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Sumbar, Ir Hediyanto WH MSCE, mengatakan, kalau kendala jalan di kawasan Kelok Sembilan itu bisa diantisipasi, maka Sumbar dapat mengambil keuntungan dari kemajuan pesat kawasan Provinsi Riau yang akan menjadi kawasan kaya dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

"Untuk menjadikan Riau sebagai target pasar bagi kegiatan ekonomi Sumatera Barat, maka tidak ada cara lain, kecuali meningkatkan aksesibilitas. Hal ini bisa terjadi jika dilakukan perbaikan terhadap kondisi dan kualitas dari fasilitas transportasi darat dari Padang-Bukittinggi-Payakumbuh sampai batas Riau, sepanjang 212 kilometer," kata Hediyanto.

Ruas jalan Padang-Payakumbuh (135 kilometer) sudah semakin baik, menyusul perbaikan tanjakan Silaiang Kariang. Sedangkan dari Payakumbuh ke batas Riau (77 kilometer) masih dalam kondisi sempit, berbelok-belok dan tanjakan yang tajam. Keadaan ini mengakibatkan waktu tempuh yang lama, berbahaya bagi keselamatan perjalanan, selanjutnya akan mengakibatkan tingginya biaya transportasi. Di samping itu, yang paling penting, bangkitan pergerakan barang dan jasa antarkedua provinsi tidak bisa dipacu.

Menurut Hediyanto, kuncinya sekarang bagaimana mengantisipasi kendala utama di Kelok Sembilan. Tanpa penyelesaian persoalan jalan pada segmen ini, maka sulit untuk membuat angkutan yang efisien antar Sumbar dan Riau. "Sesuai dengan perhitungan praktis transportasi (rule of thumb) bahwa semakin besar kapasitas daya angkut suatu kendaraan yang melalui suatu prasarana jalan, maka semakin murah pula biaya angkutannya," ujarnya.

Kalau kondisi jalan Kelok Sembilan tetap dibiarkan seperti sekarang ini, dikhawatirkan tahun 2005 nanti, jalur ke Riau melalui jalan itu akan semakin padat dan banyak merugikan banyak pihak. Sebab, pertumbuhan lalu lintas kendaraan pada tahun 2001 baru sekitar 7.500 unit per hari. Tahun 2005 jumlah arus kendaraan yang melewati kawasan Kelok Sembilan diperkirakan akan mencapai 10.000-12.500 unit per hari.

ALASAN Sumbar mengincar pasar regional rasional sekali. Era otonomi daerah ternyata telah mengubah struktur ekonomi wilayah di seluruh provinsi di Indonesia, khususnya di Pulau Sumatera. Perubahan terbesar yang kini dicermati dan disikapi masyarakat Sumbar adalah terjadinya realokasi kegiatan perekonomian di wilayah bagian tengah Sumatera dengan Provinsi Riau sebagai titik sentral.

Sebagai ilustrasi perbandingan indikator ekonomi dan lokasi antardaerah di sekitar Provinsi Riau, dapat dilihat dalam tabel.

Kalau dicermati gambaran pada tabel tersebut, akan mendorong terjadinya persaingan antarprovinsi dalam memanfaatkan kemajuan yang dimiliki Provinsi Riau karena peningkatan produksi dan investasinya. Jarak yang relatif dekat merupakan kelebihan komparatif yang harus diperbesar keunggulannya dengan meningkatkan mutu pelayanan jalan, agar hubungan lalu lintas Sumbar-Riau menjadi keunggulan yang berkelanjutan.

Menurut Kepala Dinas PU Bina Marga Sumatera Barat Hediyanto, bagaimana menyelesaikan perbedaan tinggi yang harus dikejar oleh Kelok Sembilan agar memenuhi ketentuan teknis angkutan adalah tantangan kita semua.

Berbagai upaya menanggulangi hambatan utama di Kelok Sembilan sudah dilakukan, antara lain melebarkan jalan dan memperbaiki belokan yang tajam. Akan tetapi, hal itu masih belum mengatasi persoalan. Kemudian ada rencana membuat jembatan layang pada daerah Kelok Sembilan, yang akan menelan biaya sebesar Rp 120 milyar sampai Rp 150 milyar, tetapi lingkungan dari jalan lama lebih dapat dilestarikan.

DALAM suatu seminar di Padang tanggal 2 November 2002, Direktur Sistem Jaringan Prasarana Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Ir Abdul Rahman Muztazir Noesir mengatakan, pembangunan jembatan layang-memiliki tiang tertinggi 50-60 meter-di Kelok Sembilan memang sudah sangat mendesak guna mengantisipasi arus lalu lintas, apalagi kalau dikaitkan dengan ruas jalan Bukittinggi-Pekanbaru akan menghubungkan jaringan jalan Trans-Asia dengan jaringan Trans-Sumatera.

"Ruas jalan Bukittinggi-Pekanbaru merupakan salah satu urat nadi perekonomian terpenting Sumatera Barat dengan Riau. Kendala utama, bottle neck di Kelok Sembilan harus segera diatasi," katanya.

Dikatakan, pembangunan jalan/jembatan layang Kelok Sembilan sepanjang 1.315 kilometer itu akan menggunakan kualifikasi teknologi tinggi, sehingga memungkinkan untuk truk kontainer bisa lewat. Kondisi jalan yang ada sekarang tidak mampu menampung angkutan jenis truk kontainer/tronton.

Menurut Wakil Kepala Dinas PU Bina Marga Sumbar Ir Dody Ruswandi MSCE, sampai saat ini sudah ada empat investor dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia yang berminat.

"Kalau mengharapkan APBN sangat berat, makanya swasta dalam dan luar negeri diikutsertakan, dan hal ini dapat dimungkinkan dalam era otonomi melalui inisiatif daerah," katanya



======================================================================
Alam Takambang Jadi Guru
======================================================================




_________________________________________________________________
MSN 8 helps eliminate e-mail viruses. Get 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/virus


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===============================================

Kirim email ke