Assalamualaikum w.w. Terima kasih Pak Darul, Pak AA, Datuak Dalu, Hendri and Doens yang telah menjawab pertanyaan saya ttg ISO dan menghubungkannya dengan MI. Mungkin saya sudah bisa mengangkap apa yang dimaksud. Saya (kita) sangat mengharapkan semua itu bisa kita terapkan di MI yang kenyataannya masih kita bangun bersama. Sebagai orang yang pernah kerja di kampung dan dirantau orang saya perhatikan bagi kita pelaksanaan suatu teori banyak menyimpang karena pengaruh lain-lain seperti kultur dll.
Sementara kita berdebat bertukar pikiran/pendapat yang maksud dan tujuannya sangat bagus itu, saya ingin ingatkan jangan sampai pula kita ketinggalan kereta dari Sumba. Ya, Sumba tanpa (er). Jangankan jalan kereta api mereka punya, jalan aspal saja hanya berapa kilometer mereka punya. Saya belum dengar konglomerat,pengusaha atau pejabat dari Sumba, PAD-nya berapa, kekayaan alamnya apa?. Mungkin krn saya kurang banyak membaca jadi saya tak tahu, sampai kemarin saya terbelalak membaca dikomputer saya. Seorang teman Australi beri tahu saya coba lihat: www.sumbafoundation.org Setelah kulik sana kulik sini saya jadi berpikir; ternyata Sumba lebih dulu meng-global dari SUMBAR. Kalau kita (MI) tidak awas dantak cepat berbuat Sumbar bisa ketinggalan kereta dibanding Sumba yang tak pernah punya kereta api. Yayasan Sumba (Sumba Foundation) ini baru didirikan Januari 2002. Jauh lebih muda dari Rantaunet Foundation, maupun Imam Bonjol Foundation ya? Apakah kelebihan Sumba dari Sumbar? Lokasinya hanya 400 km dari Bali, OK, Sumbar berapa kilometer dari Singapura? Kultur, keindahan alam, jaaauuuh lebih indah Sumbar. Dulu guru saya orang Jawa telah mengatakan juga demikian. Setelah disini (Ustrali) saya kenal orang Amerika yang bekerja sebagai konsultan perminyakan di Indonesia mengatakan bhw turisme di Sumatera itu belum disentuh sama sekali. Kira-kira siapa yang investasi di Sumba dan bagaimana caranya. Kalau yang masuk itu orang luar bagaimana mereka bisa masuk, bagaimana pe! nerapan managemen-nya ISOnyo yang mana? Marilah Doens sekalian cobalah sebentar kita lirik "Sumba Foundation" di www.sumbafoundation.org Disitu ada Proyeknya apa, apa yang sedang dan sudah dikerjakan, turisme apa, orang barat yang mau berkunjung sekarang bisa langsung booking melalui web site itu. Akan malukah kita mengikuti cara mereka, atau memang tak usah malu, karena kita jauh lebih-lebih-lebih dari orang Sumba? Kalau tak mau dibandingkan, ambillah yang baik bisa ditiru. Saya kira apa yang sudah dibuat MI selama ini sudah bisa ditayangkan dan diakses melalu internet, banyak yang ahli (IT) untuk membuatnya, tapi siapa yang akan mengkoordinir, dari mana dimulai? Sepuluh tahun lagi Sumbar dan Sumba dapatkah dibandingkan? Sekian dulu semoga tergugah, dan tidak menyinggung rekan-rekan yang telah banyak menyumbang Wassalam, Abrar RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe, anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini. Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ===============================================