Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. 2:216) 

Sudah menjadi fitrah bahwa manusia mencintai dan menyenangi terhadap segala yang diinginkannya, kesenangan dunia, seperti wanita, anak, harta yang melimpah maupun kekuasaan (perhatikan QS 3:14). Leo F. Buscaglia, seorang professor pendidikan di University of Southren California, pernah mengatakan dalam salah satu ceramahnya, "Manusia tidak jatuh ke dalam cinta, dan tidak juga keluar dari cinta. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta."

Ungkapan tersebut, secara empirik, memang benar. Sehingga kerap kali kita menemukan berbagai dampak, baik positif maupun negatif, dari ungkapan cinta tersebut. Lalu, cinta seperti apakah yang harus kita miliki agar terhindar dari dampak negatif cinta?

Firman Allah di atas mengajarkan kita bahwa cinta dengan ‘ukuran‘ Allah-lah yang patut kita miliki. Bahkan Rasulullah SAW telah mengingatkan dalam sabdanya, “Cintailah kekasihmu dengan sederhana, boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika.” “Dan,” lanjut Muhammad dalam hadits riwayat Tirmidzi itu, “Bencilah orang yang engkau benci dengan sederhana, boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika..”

Firman Allah dan hadits tersebut dengan jelas memperlihatkan bahwa cinta yang patut kita miliki adalah cinta yang dilandasi karena Allah dan sederhana dalam memberikannya. Hal ini sejalan dengan peringatan Allah kepada kita dalam ayat yang lain,

Katakanlah:"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. 9:24)

Oleh karena itu cinta yang kita berikan pada orang-orang yang kita cintai pun sederhana saja, tak perlu berlebihan. Tak perlu pamrih atau imbalan apa-apa. Tak harus ada syarat atau ikatan apa-apa. Adalah cukup bagi cinta kasih untuk memberikan sesuatu yang terbaik dalam hidup ini, yaitu kebahagiaan. Kebahagiaan yang tersungging pada senyum dan sinar wajah yang berseri-seri. Kebahagiaan yang terpancar dari kehangatan perbuatan dan kesejukan tutur kata. Kebahagiaan yang terwujud pada kerja keras tanpa keluh yang menciptakan hubungan penuh sejahtera.

Cinta itu sebenarnya sederhana saja. Jika seseorang mendatangi sekelompok 
domba, misalnya, tanpa mengusik keasyikannya merumput, mungkin ia memiliki kualitas cinta kasih dari seorang gembala terbaik. Namun, jika seseorang itu membuat kocar-kacir seluruh kelompok domba, jangan-jangan terbersit sekilas kilatan mata srigala yang menakutkan domba-domba itu. Bahkan alam pun merasakan cinta kasih yang kita berikan.

Wallahu a’lam bi ash Shawab



Do you Yahoo!?
Yahoo! Platinum - Watch CBS' NCAA March Madness, live on your desktop!

Kirim email ke