berita tentang dunia islam mungkin ada yang ingin membacanya, maaf kalau mengganggu bapak/ibu salam yani kartika - HEADLINES (BAHASA VERSION) * PERWIRA INGGRIS DITUDUH LAKUKAN PENYIKSAAN TERHADAP TAWANAN PERANG IRAK * TOMMY FRANKS MUNDUR SEBAGAI PENGLIMA PASUKAN AS DI IRAK * HAMAS KEPADA ABU MAZEN: PENGHENTIAN AKSI BOM SYAHID MEMPUNYAI SYARAT * 5000 WARGA SIPIL IRAK DIBANTAI SELAMA AGRESI AS * MESIR DAN SAUDI SUSUN PALAJARAN ISLAM PRO-AS
----- PERWIRA INGGRIS DITUDUH LAKUKAN PENYIKSAAN TERHADAP TAWANAN PERANG IRAK http://www.eramuslim.com/berita/dunia/305/23102648,6514,1,v.html Publikasi 23/05/2003 10:26 WIB eramuslim - Seorang perwira tinggi militer Inggris, Letnan Kolonel Tim Collins, saat ini harus bisa menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan Dinas Investigasi Khusus Militer Inggris, Kamis (22/5/2003). Collin dituduh telah melakukan serangkaian penyiksaan terhadap tawanan perang tentara Irak. Namun ia menolak bahwa ia telah menyiksa para tawanan perang Irak serta memperlakukan secara tidak manusiawi terhadap sejumlah pemimpin sipil Irak. Dalam suatu wawancara dengan Daily Mirror, Letnan Kolonel Tim Collins mengatakan, dirinya tercengang oleh berita tuduhan yang dipublikasikan koran Inggris The Sun Rabu kemarin (21/5/2003). “Saya tidak mengira bagaimana berita itu bisa dimuat. Saya tidak ingin mengungkapkan apapun bila penyelidikan itu diajukan terhadap diri saya,” ujar Collins pada Daily Mirror seraya menambahkan bahwa dia yakin dia bisa membersihkan namanya. Letkol Collins, yang pidatonya cukup menggegerkan di hadapan tentaranya pada saat perang Irak pimpinan AS, dipuji oleh Pangeran Charles dan George W. Bush. Saat ini dia dikenakan tuduhan telah melakukan serangkaian penyiksaan terhadap tentara dan warga sipil Irak oleh Kantor Investigasi Khusus militer. Sumber-sumber dinas pertahanan Inggris mengatakan hal tersebut pada The Sun, Kamis kemarin. “Kami dapat jelaskan bahwa suatu penyelidikan tengah dilakukan atas tuduhan yang melibatkan seorang perwira Inggris saat bertugas di Irak,” ujar jurubicara kementerian pertahanan Inggris. Menurut laporan The Sun, para penyelidik militer itu tengah mengungkap seputar tuduhan yang menyebutkan bahwa Collins telah menyiksa sejumlah tawanan perang Irak. Ia memukul, menendang, dan mengancam para tentara Irak yang berhasil ditawan pasukan koalisi Barat. Collins juga dituduh telah memukul seorang pemimpin sipil Irak dengan gagang pistol, menembaki warga sipil Irak, dan tanpa sebab menembak ban-ban kendaraan milik warga sipil. Collins, 43, adalah perwira komandan Batalion Ke-I Royal Irish Regiment selama berlangsung perang Irak pimpinan AS. Collins dikenal sebagai penyemangat yang keras terhadap bawahannya pada saat berlangsung perang Irak. Setidaknya ketika ia berpidato di Kuwait, Collins menekankan agar para anak buahnya melakukan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin dan memperlakukan musuh dengan hormat. “Ada sejumlah tentara yang hidup pada saat ini, yang tidak akan hidup lebih lama lagi. Bagi serdadu-serdadu Inggris yang tidak menginginkan pergi ke medan perang Irak, kami tidak akan mengirimnya ke sana. Karena itu bagi serdadu yang siap dikirim ke Irak, saya berharap kalian bisa menghancurkan musu-musuh kita di Irak,” pekiknya bersemangat pada tentaranya. Amnesti Internasional juga telah mengkonfirmasikan Jum’at (16/5/ 2003) lalu, bahwa sedikitnya 20 orang tawanan perang Irak telah mengadu, bahwa mereka telah disiksa oleh pasukan AS-Inggris di Baghdad dan wilayah selatan Irak. (stn/iol) ----- TOMMY FRANKS MUNDUR SEBAGAI PENGLIMA PASUKAN AS DI IRAK http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=125766&kat_id=248 Jumat, 23 Mei 2003 15:01:00 Washington-RoL--Pemegang komando tertinggi AS di Irak, Jenderal Tommy Franks, yang memimpin pasukan koalisi penyerbu di Afghanistan dan Irak, telah memutuskan untuk segera pensiun, satu stasiun televisi AS memberitakan Kamis. Seorang nara sumber di Pentagon mengatakan, seperti dikutip Televisi NBC, Franks memutuskan untuk pensiun namun tidak akan segera menyerahkan jabatannya kepada penggantinya yang diperkirakan hingga menjelang akhir tahun ini setelah menolak tawaran untuk dijadikan panglima Angkatan Bersenjata AS yang merupakan jabatan tertinggi. "Jenderal Franks harus menetapkan tanggal tepatnya ia akan menyerahkan jabatan yang sekarang dipangkunya kepada Menhan Donald Rumsfeld dan hingga saat ini calon penggantinya belum ada," kata seorang seorang pejabat Pentagon yang tak mau disebut namanya. "Franks telah menyampaikan maksudnya kepada Rumsfeld tetapi ia saat ini masih memusatkan perhatiannya pada masalah keamanan area (di Irak)," kata seorang pejabat lain Pentagon. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Pusat Komando militer AS yang memimpin pasukan koalisi, ia meraih sukses karena berhasil menggulingkan pemerintahan Taliban di Afghanistan dan Presiden Irak Saddam Hussein di Irak pada April lalu. Ia menyelesaikan kedua konflik tersebut dengan cara singkat dan menonjol serta di luar kebiasaan yang ada. Cara tersebut sempat dihujani kritik namun pada akhirnya membuktikan bahwa cara yang dipilihnya itu lebih efektif. Ia ditawari oleh Menhan Donald Rumsfeld jabatan panglima angkatan bersenjata namun memilih untuk pensiun setelah masa kerja 36 tahun demi memenuhi janjinya kepada sang istri, Cathy Franks. Rumsfeld yang menaruh kepercayaan sangat tinggi kepadanya memuji Franks sebagai seorang militer yang benar-benar profesional yang mampu melakukan tugasnya dengan caranya sendiri. Franks (57) yang memimpin pasukan koalisi yang melakukan agresi militer ke Irak telah memegang jabatan tertinggi di pusat komando itu sejak Juli 2000. Komando Pusat Militer AS bekerja dengan cakupan 25 negara sebagian besar berada di kawasan Asia tengah dan Timur Tengah. Jendral Franks terkenal sebagai sosok yang menghindari sorotan pers dan selalu menjaga sikapnya dan dianggap sebagai tokoh dibalik sukses saat menggulingkan pemerintahan Irak yang sah, Saddam Hussein, hanya dalam waktu tiga pekan. Presiden Bush dan Menhan AS Donald Rumsfeld menaruh kepercayaan yang tinggi kepada Franks. Tommy Franks dilahirkan pada 17 Juni 1945 di Oklahoma namun besar di Midland Texas, satu kota bersama Presiden Bush. Setelah belajar di satu universitas, Franks masuk militer dan bertugas di pasukan artileri selama perang Vietnam dan dianugerahi tiga kali penghargaan medali "jantung ungu" karena berhasil lolos tiga kali melawan luka-luka hebat semasa perang. Tetapi Franks bukanlah sosok yang kebal dengan kontroversi. Berdasarkan penyelidikan Pentagon, ia ketahuan melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu ia juga melakukan pelanggaran dengan membiarkan istrinya ikut hadir dalam pertemuan rahasia, namun hal itu dikategorikan pelanggaran kecil dan tak berbahaya bagi keamanan negara. Baru-baru ini sekelompok warga Irak dan dua orang Jordania mengajukan tuntutan kepada Franks melalui pengadilan Belgia yang menganut sistem undang-undang universal dengan tuduhan melakukan kejahatan perang. Sistem hukum tersebut memungkinkan satu pihak mengajukan tuntutan kepada pihak lain terhadap tindakan pelanggaran hukum dengan tidak mempermasalahkan dimana pun kejahatan itu terjadi. Hukum di Belgia tersebut telah menjadi 'duri dalam daging' bagi hubungan Washington dengan Brussels tetapi jaksa penuntut Belgia sepakat untuk meneruskan tuntutan kepada pihak terkait di AS. Franks dinyatakan bersalah karena membiarkan pasukan AS menembaki ambulans dan tidak melakukan perlindungan kepada warga sipil dari aksi kekejaman perang serta tidak menjaga warisan kekayaan budaya Irak. Dalam kunjungan ke kawasan Timur Tengah April lalu Rumsfeld bertemu rekan-rekan Franks yakni sejumlah jenderal lainnya, guna membicarakan siapa calon penggantinya. Di antara mereka yang disebut sebagai calon yang berpeluang besar untuk menggantikan Franks adalah Letjen AD John Abizaid, wakil komandan di Pusat Komado Militer, dan Letjen AD David McKiernan, komandan pasukan darat perang Irak. Ant/DPA/AFP aih ----- HAMAS KEPADA ABU MAZEN: PENGHENTIAN AKSI BOM SYAHID MEMPUNYAI SYARAT http://www.eramuslim.com/berita/dunia/305/23083415,6511,1,v.html Publikasi 23/05/2003 08:34 WIB eramuslim - Pertemuan antara PM Palestina Mahmud Abbas Abu Mazen yang didampingi Menteri Urusan Keamanan Dalam Negeri Palestina Muhammad Dahlan dengan perwakilan Hamas, Ismail Haniye dan Abdul Aziz Rantisi berakhir. Ini adalah langkah perdana Mahmoud Abbas setelah dilantik sebagai PM, tiga pekan Dalam pertemuan yang berlangsung di kantor Hamas (22/5/2003) itu, Abu Mazen mengaku didesak Israel untuk menindak tegas kelompok garis keras yang mereka sebut militan. Tak hanya itu, ia juga diminta melucuti persenjataan dan menggiring para tokoh Hamas ke dalam bui. Namun Abbas tidak menganggap serius desakan Israel itu. Dia lebih suka memfokuskan konsentrasi pada upaya meredam kekerasan antara Palestina dan Israel sejak gerakan intifada, 32 bulan silam. Menurut Abu Mazen, sasaran dari pertemuannya dengan para pejuang Hamas adalah untuk membicarakan agar mereka menghentikan aksi- aksi serangan terhadap Israel. Sementar Ismail Haniye menyebutkan bahwa pertemuan itu tidak ada kaitannya dengan dialog di Kairo. Menurut Haniye yang diwawancarai wartawan Al Jazeera, pihaknya tetap sepakat untuk memperkuat kesatuan nasional dan melarang semua bentuk pembunuhan sipil Palestina. Sementara itu, utusan Hamas, Ismail Haniye menyampaikan bahwa dalam pertemuan itu ia menegaskan pada Abu Mazen bahwa sikap Hamas terhadap penjajah Zionis tidak berubah selama Zionis melakukan pembunuhan warga sipil Palestina, penangkapan dan penculikan. Selama syarat-syarat itu tidak dipenuhi, maka Hamas ujar Haniye akan terus melakukan serangan terhadap tentara Israel Zionis dan penduduk sipil penjajah Zionis Israel. Di sisi lain, Rantisi mengatakan pada wartawan bahwa sudah dicapai kesepakatan untuk melanjutkan pertemuan ini pada pertemuan dan dialog mendatang. Ia menambahkan bahwa Abu Mazen menjelaskan dalam pertemuan itu, kondisi politik dan internal Palestina dan menyampaikan pandangannya secara utuh tentang permasalahan Palestina. (na/aljzr) ----- 5000 WARGA SIPIL IRAK DIBANTAI SELAMA AGRESI AS http://www.eramuslim.com/berita/dunia/305/23091531,6512,1,v.html Publikasi 23/05/2003 09:15 WIB eramuslim - Bukti-bukti yang menunjukkan besarnya jumlah warga sipil yang tewas setelah agresi pasukan Koalisi AS-Inggris terus didata. Total korban warga sipil yang tewas itu bisa mencapai angka antara 5000 bahkan hingga 10000 orang. Sementara perbandingan antara korban warga sipil yang tewas dengan pasukan Koalisi yang tewas adalah 1 banding 66. Data yang dipublikasikan oleh Christian Science Monitor, sebuah majalah terbitan Amerika itu, disebarka melalui internet pada hari Kamis lalu (22/5/2003). Menurut majalah tersebut, data itu diperoleh dari berbagai data base yang dimiliki oleh bermacam-macam institusi internasional independen, antara lain dari Al Hilal Al Ahmar Iraqi dan Palang Merah Internasional yang mengirimkan para relawannya sejak awal peperangan. Dalam majalah tersebut dijelaskan bahwa jumlah korban tewas warga sipil Irak itu dikumpulkan melalui pendataan dari berbagai rumah sakit, rumah tinggal warga, gedung, dan masjid. Haidar Thay’ kepala divisi evaluasi Hilal Al Ahmar di Baghdad mengatakan, “Peperangan di Irak sangat menakutkan. Jika kami bandingkan banyaknya kekerasan yang menimpa kaum sipil non militer Irak dengan jumlah pasukan AS yang tewas sangat jauh sekali. Jika jumlah warga sipil yang tewas lebih dari 5000 orang, sementara setiap 33 orang sipil Irak sama dengan 1 orang tentara AS yang tewas.” Para petinggi militer AS dan Inggris, meski mereka berulangkali menegaskan akan menghindari target yang mengenai warga sipil Irak, ternyata tidak terbukti. Menurut Haidar lagi, Sudah jelas sekali setelah perang, bom-bom dan rudal yang ditembakkan pasukan koalisi kerap salah sasaran dan mengenai warga sipil yang jumlahnya sangat banyak. Sementara itu Neda Domane, salah seorang staf Palang Merah Internasional di Baghdad menyebtkan bahwa pihaknya memiliki sejumlah angka para korban dari rumah-rumah sakit. “Tapi kami segera mengetahui bahwa data-data itu hanyalah sebagian saja dari kesulitan kami mencari data semua warga yang terbunuh. Kami khawatir juga bila salah dalam menghitung. Karena itu, kami cukupkan saja pendataan itu,” ujarnya. Selain itu juga, menurut saksi mata dan para relawan, di tengah peperangan banyak warga yang mendatangi rumah sakit dan mengambil jenazah keluarganya untuk dikuburkan sendiri. Ada juga warga yang mengambil mayat yang berserakan di jalan, di sekolah dan dikuburkan sendiri. “Saya tidak tahu bila ada lembaga yang bisa memberi angka yang benar tentang kematian warga sipil Irak sekarang,” jelas Amin Faik Bakr, seorang petugas pemerintahan di Baghdad. Jumlah korban sipil yang demikian banyak ini, menurut sejumlah sumber adalah akibat pasukan AS menggunakan bom curah secara membabi buta. Dr. Robin Brigety, salah seorang peneliti di Human Right Watch mengatakan, “Kami bersama rekan-rekan telah menemukan sejumlah bukti di Baghdad bahwa pasukan AS menggunakan bom curah atau bom cluster di sejumlah lokasi yang padat penduduk sipil secara massif.” Menurut dua orang peneliti lain dari Human Right Watch, menyebutkan bahwa jumlah korban sipil di Irak bisa mencapai 10 ribuan orang Irak. Pemboman melalui udara dan bom cluster menjadi sebab utama kematian yang banyak itu. Akan tetapi dua peneliti itu menolak untuk disebutkan identitasnya karena akan terus mencari bukti sehingga semakin kuat untuk menyatakan penelitiannya itu. Demikian dituliskan majalah Christian Science Monitor. (na/iol) ----- MESIR DAN SAUDI SUSUN PALAJARAN ISLAM PRO-AS http://www.hidayatullah.com/modules.php?name=News&file=article&sid=343 Hidayatullah.com, Jumat, 23 Mei 2003 (AS), berencana mengubah kurikulum pendidikan Islam sekolah mereka dan akan membatasi khutbah anti-Barat. Kesetiaan Mesir dan Arab pada AS mulai ditunjukkan Kedua negara itu juga sedang mengkaji semula fungsi ulama di negara masing-masing. Pejabat di Mesir dan Arab Saudi mengakui AS telah mendesak mereka supaya merombak sistem pembelajaran Islam selepas serangan atas New York dan Washington pada 11 September 2001, yang menurutnya dilakukan rangkaian al-Qaidah. Disebutkan bahwa 15 hingga 19 penyerang berani mati AS telah menyerang Arab Saudi. Sumber diplomatik mengatakan, serangan berani mati di Casablanca dan Riyadh minggu lalu telah menggemparkan rejim Arab yang selama ini telah menjadi sekutu AS. Di Arab Saudi, pejabat mengesahkan, operasi besar-besaran dilakukan bagi memantau dan memeriksa penceramah. Mereka berkata, tidak kurang 1000 khatib dan pegawai masjid lain dilaporkan dipecat sejak tahun lalu. Di Mesir, usaha serupa telah dilancarkan sejak dua bulan lalu. Sumber diplomatik Arab mengatakan, ulama anti-Barat dipecat atau dilarang berceramah di depan TV atau radio. Pejabat Mesir, Mahmoud Hamedi Zaqzouq, mengatakan kementeriannya sudah mulai memantau semua khutbah di masjid milik pemerintahan. Dalam sebuah seminar di Riyadh, Mahmoud Hamedi Zaqzouq itu mengatakan dirinya sedang membicarakan kurikulum pembelajaran Islam di 13 negara Islam di Asia Barat, Asia, Eropa dan AS. Bulan Maret lalu, ulama Mesir mendesak umat Islam sedunia melancarkan jihad menentang AS dan sekutunya karena melancarkan serangan ke atas Iraq dan Israel yang telah menindas Palestina. Kemarin, Arab Saudi turut mengadakan seminar bertajuk `Kurikulum: Prinsip dan Asas ' yang dipengerusikan Menteri Pendidikan Tinggi, guna merombak kurikulum Islam. Kabar berita ini sekaligus menunjukkan bila Saudi dan Mesir merupakan salah satui negara berpenduduk muslim yang masih setia dan taat pada kepentingan penjajah AS walau harus mengorbankan perasaan warganya sendiri. (bh/cha) --------------------------- end of posting ------------------------~-> RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php ----------------------------------------------- Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php ===============================================