Assalamu'alaikum wr. wb.
Lai boneh karangan dunsanak Khairul Jasmi itu mah.
Salah satu hal yang menarik ialah sikap dewasa ulama-ulama jaman itu
berdebat secara terbuka tanpa terjerembab menyerang pribadi, seperti yang sering
terjadi sekarang, mungkin juga termasuk juga dimilis ini. Mungkin yang lupa
dicatat oleh sanak Khairul ialah Syekh Akhmad Khatib menghabiskan masa dewasa
sampai akhir hayatnya di Mekkah. Apakah ini dikarenakan ketidak setujuan beliau
terhadap adat Minang entahlah. Di Mekkah beliau justru menjadi guru dari
beberapa ulama besar dari tanah air.
Mungkin juga gejala maraknya perkembangan pemikiran
di Minang post paderi itu justru merupakan perang pemikiran yang belum selesai
dalam perang Paderi? Perang fisik yang dimulai oleh kaum pembaharu, toh tidak
berhasil merobah total budaya Minang yang hasilnya tetap kompromisasi pemikiran.
Kompromi yang tersirat dari ABSSBK itu justru belum memuaskan bagi kedua tesis
yang bersintesis, hanya ajangnya berubah menjadi ajang pergulatan pemikiran
bukan lagi pergulatan fisik, ini sebuah kemajuan luar biasa bagi masyarakat
kepulauan ini karean relatif belum terbiasa berfikir bebas dan berbeda
pendapat, apalagi dengan dengan para sinuwun dalam masyarakat
feodal. Struktural masyarakat Minang sebelum Paderi pun sudah
egaliter.
Satu hal yang sangat menarik dari sejarah ini ialah
bagaimana masyarakat Minang dahulu sudah terbiasa dengan berbagai macam
pemikiran, mereka tidak alergi untuk berfikir bebas, perbedaan pemikiran dan
pendapat adalah hal sehari-hari dan sama sekali tidak ada yang perlu ditakutkan.
Agak aneh memang kalau sekarang justru banyak urang Minang muda dan dewasa
yang takut dengan kebebasan berfikir. Kelihatannya tingkatan akal budi sangat
terkait dengan kebebasan berfikir suatu masyarakat. Akankah masa-masa ini akan
kembali?
Salam
SBN
|
- [RantauNet.Com] Semoga diberi kemudahan FST-IAMS-Elect
- [RantauNet.Com] ulama tempo doeloe hendrizal piliang
- Re: [RantauNet.Com] Semoga diberi kemudahan Elfanzo Remis