-----Original Message-----
From: Maman Lukman Hakim [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, July 21, 2003 4:13 PM
Subject: FW: Bukan di Negeri Dongeng


Assalamu'alaikum wr.wb.

    Sebagai wartawan, setiap hari saya menyaksikan pameran pragmatisme
hampir di semua level kehidupan. Sepertinya semua orang hanya peduli pada
dirinya sendiri. Ketika disorot, lidahnya sigap menari-nari memberi sejuta
alasan.
      Hampir tak ada lagi rasa malu, rasa peduli apalagi berfikir jauh ke
depan tentang nasib bangsa ini. Nyaris tak ada korelasi antara pendidikan
yang tinggi, harta kekayaan yang melimpah dengan kepedulian dan kearifan.
Kalaupun ada orang yang berseru-seru tentang keadilan, hidup yang bersih
dst, biasanya orang itu hidup jauh dari realita. Dia bersih, karena memang
tidak pernah menginjakkan kaki ke bumi. Tak heran jika Indonesia tak
kunjung lepas dari krisis.
       Suatu malam isteri saya, Helvy Tiana Rosa, meminta saya untuk
membaca, memberi komentar dan menyunting tulisan-tulisan yang ia kumpulkan
tentang para kader Partai Keadilan Sejahtera. Ada sekitar 50 judul yang
saya mesti baca. Ketika halaman demi halaman selesai saya baca, yang muncul
adalah rasa haru, dan takjub.
       Kisah-kisah tersebut bagaikan kisah di negeri dongeng. Ada cerita
tentang anggota dewan di Jawa Tengah yang tidak pernah mengambil seluruh
gajinya. Ia hanya mengambil secukupnya dan kemudian menyisakannya bagi
orang lain, siapapun mereka. Ada kisah tentang seorang ustadz yang tiga
hari tiga malam tidak tidur karena begitu banyak urusan umat yang mesti ia
urusi.
       Bagaimana ia menghapus lelahnya? Bukan dengan aneka suplemen. Ia
sholat tahajud.  Ada seorang ibu yang selalu berupaya menjadi orang pertama
yang menolong orang lain, tetapi ia justru tak punya uang ketika ia sakit.
       Semula isteri saya dipesan untuk membuat cerita tentang para tokoh
PKS. Alih-alih membuat buku tentang para tokoh ini, isteri saya malah
mengumpulkan cerita-cerita yang mengesankan (gagasannya seperti Chicken
Soup of The Soul) dari orang-orang biasa tentang PK, atau kader-kadernya.
       Usai membaca, saya mengatakan pada isteri saya, Orang-orang inilah
yang Indonesia butuhkan. Bagi saya, orang-orang yang ada dalam buku ini
mewakili orang-orang yang hendak menegakkan kebaikan, kebenaran sambil
berkecimpung dalam lumpur kehidupan. Ketika mereka mengatakan hendak
menegakkan kehidupan yang bersih, mereka berada di garis depan dengan
menolak uang tak jelas yang disodorkan ke tangan mereka, bukan berada di
menara gading, yang bisa berkata  sesuka hati karena tidak pernah
menghadapi realitanya sendiri.
       Mereka  dimusuhi, dicela, dan bahkan difitnah karena mempertahankan
prinsip mereka.
       Insya Allah, sebentar lagi buku ini akan terbit dengan judul Bukan
Di Negeri Dongeng, Kumpulan Kisah Para Pejuang Keadilan. Isteri saya dan
saya sepakat buku ini tidak akan menyandang atribut-atribut kepartaian dan
sasaran pembacanya adalah masyarakat umum, bukan kader partai. Karena
isinya adalah kisah-kisah orang yang peduli karena hendak memenuhi janji
mereka dengan Allah Ta'ala untuk bersikap adil. Kebetulan saja mereka
bergabung di Partai Keadilan. Saya dan isteri berharap buku ini bisa
memberi inspirasi pada banyak orang untuk mulai bersikap benar, adil dan
bersih. Apakah mereka lalu bergabung dengan PKS atau tidak, itu urusan lain.
       Saya tidak ingin mengatakan bahwa dengan demikian kader-kader PKS
pasti bisa memegang amanah kekuasaan. Belum tentu. Sampai saat ini, baru
sekitar 200 orang kader PKS yang menjadi anggota parlemen di pusat maupun
daerah. Tidak ada satupun yang menjadi pejabat negara, walaupun banyak yang
menjadi pegawai negeri.
       Sampai saat ini, alhamdulillah, para anggota PKS ini masih mampu
menepis godaan uang dan wanita. Masih ada ujian tahta, yang belum tentu
bisa mereka atasi. Kita berdoa agar para pejuang keadilan ini tetap tegar.
Saya sertakan kata pengantar isteri saya untuk buku tersebut dan salah satu
tulisan di buku tersebut berjudul Orang yang Pertama. Saya belum bisa
mengirimkan seluruh artikel, menunggu selesai penerbitannya. Saya juga
belum tahu bagaimana teman-teman di AS bisa ikut menikmatinya tanpa
mengganggu pemasaran oleh penerbit.
       Maaf jika email ini kepanjangan..

       Allahu'alam bi sawab
       Wassalam
       Tomi




RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
-----------------------------------------------

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===============================================

Kirim email ke