Dari biliak subalah

Any comment??

***
http://swaramuslim.net/comments.php?id=463_0_1_0_C

Sangat IRONIS sekali dalam keadaan situasi sosial dan ekonomoi Indonesia
yang
sedang CARUT MARUT seorang yang menamakan dirinya sebuah PRESIDEN tidaklah
pantas melakukan perjalanan keluar negeri apalagi untuk urusan pribadi untuk
urusan berobat, cek up dan istilah lainnya.

Pada tahun 1999 an sewaktu Megawati masih menjadi Wakil Presiden, beliau
terjepret oleh wartawan sedang belanja di salah satu toko perhiasan di
Singapore
(foto inzet).

Kita sangat mengerti bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan pribadi yang
tidak
boleh dicampuri, namun jangan lupa, gelar Wapres, Presiden, Menteri, dll
adalah
milik yang SAH bangsa Indonesia, sehingga wajib kita lindungi KEHORMATAN
nya,
walaupun pada kenyataannya mereka mereka yang menyandang gelar tersebut
kadang
melupakannya sebagaimana halnya yang dilakukan oleh ibu Megawati, karena
bagaimana mungkin seorang Wapres jalan jalan ketoko perhiasan dinegara
Singapore?

Sepulang lawatan dari Thailand, rencananya lagi lagi Megawati akan mampir ke
Singapore dengan alasan yang sama yakni CHECK UP padahal di Indonesia banyak
Rumah Sakit modern yang bisa menanganinya. Atau ada modus lainnya yang tidak
POLULER kita ketahui?

Mengingat banyaknya para PELARIAN koruptor dan konglomerat hitam ke
Singapore
seperti Prayogo, Sjalmsul dll. Bisakah modus ini masuk kedalam Theori
Konspirasi
bahwa Singapore adalah ibukota RI?

Faktor
Front Anti Konglomerasi & Koruptor

Presiden Megawati Check Up Kesehatan di Singapura

Presiden Megawati Soekarnoputri akan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
atau
general check-up di rumah sakit Singapura, dan bermalam di negara tersebut
dalam
kepulangannya dari lawatan ke Chiang May, Thailand, Minggu (31/8).

Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri seusai mengikuti jumpa pers
Presiden Megawati di Chiang May, Sabtu malam, memberitahukan, Presiden
Megawati
akan meninggalkan Chiang May pada Minggu (31/8) pada pukul 09:30 waktu
setempat
(sama dengan WIB). Tetapi tidak langsung ke Tanah Air sebagaimana
dijadwalkan
semula.

"Presiden akan general check-up dan bertemu dengan Lee Kuan Yeuw, menteri
Senior
Singapura, dan akan menginap semalam di negara itu, dan baru pada Senin
(1/9)
tiba di Tanah Air," katanya.

Sementara Rokhmin sendiri akan langsung pulang ke Indonesia pada Minggu
(31/8),
setelah singgah di Singapura.

Dalam jadwal lawatan Presiden Megawati ke Malaysia dan Thailand pada 28-31
Agustus 2003, Presiden tiba di Lanud Halim PK pada Minggu sore.

Sementara itu, suami Mega, Taufik Kiemas, telah kembali ke Tanah Air, pada
Sabtu
pagi, karena gangguan kesehatan. (ant)

Singapore Ibukota Republik Indonesia

Secara defacto Singapore memang merupakan Ibukota negara Republik Indonesia.
Buktinya, hampir semua barang yang masuk dan keluar dari Indonesia harus
melalui
Singapore. Jika anda mencoba pesan langsung dari Eropa atau Jepang, maka
barang
impor anda itu akan membutuhkan waktu yang lama, dan biaya yang lebih mahal.
Akan lebih cepat dan murah jika melalui Singapore, demikian juga dengan
export
anda.

Sebagai negara yang paling banyak pulaunya seharusnya kapal Indonesia-lah
yang
merajai lautnya sendiri. Kenyataannya, yang menguasai perairan Indonesia
adalah
kapal berbendera asing, 70 % diantaranya milik Singapore, suatu negara yang
sebenarnya tidak butuh kapal! Beberapa kapal diantaranya bertugas membawa
batu-bara dari Kalimantan ke Jawa untuk pembangkit listrik Paiton dan
Suralaya .
Pantas saja harga listrik kita mahal.

Untuk meresepkan obat kepada pasiennya, seorang dokter melihat pada buku
daftar
obat yang beredar di Indonesia yang dikeluarkan oleh perusahaan Singapore
(MIMS)
demikian juga bagi rumah-sakit yang ingin membeli alat medis melihat pada
buku
MEDEX yang dikeluarkan perusahaan yang sama. Jadi jika anda memproduksi
obat,
anda harus daftar dan bayar ke Singapore.

Untuk melancarkan bisnisnya di Asia, pabrik-pabrik komponen elektronika dan
industri membuka agennya di Hongkong, Bangkok, Malaysia, dan Philipina.
Sedangkan untuk Indonesia agennya ada di Singapore. Dengan mengatur arus
Barang,
modal dan jasa, Singapore bisa menentukan harga jual dan harga beli (seperti
yang dilakukan Belanda dulu), bahkan nilai Rupiah kita!

Singapore telah menguasai pula sarana komunikasi dan Informasi di Indonesia
melalui pembelian telekom dan Indosat, artinya semua sarana Informasi;
seperti
telepon, fax, internet dikuasai dan bisa disadap oleh Singapore.

Singapore juga membuat pelatihan militer bagi pemuda Indonesia yang direkrut
untuk nantinya
menjadi tentara mereka dalam rangka menguasai Indonesia dan melindungi orang
cina yang ada di Indonesia (lihat Harian BERITA BUANA edisi Jum'at, 13 Juni
2003).

Setelah berhasil menggusur orang melayu dari negara pulau itu, kini
Singapore
ingin menguasai perdagangan di Indonesia melalui tangan hoakiau yang
berwarganegara Indonesia. Para hoakiau warga negara Indonesia ini, pada
umumnya
memiliki dua nama: kalau berurusan dengan pemerintah Indonesia atau
masyarakat
luas, dia gunakan nama lokal seperti Salim atau Wijaya. Tetapi, dalam
menghadapi
sesama hoakiau, mereka gunakan nama asli (nama Cina).

Dengan dua nama tadi, maka upaya menguasai perekonomian pribumi menjadi
mulus.
Sekarang saja, para hoakiau itu sudah menguasai semua industri dasar seperti
terigu (dan turunannya seperti mie, roti, biskuit dan lain-lain), menguasai
industri dan distribusi minyak goreng (dan turunannya seperti mentega,
sabun,
shampoo dan sebagainya), menguasai industri kertas dari A sampai Z,
menguasai
industri plastik, otomotif dan sebagainya. Dengan memantau arus barang dari
dan
ke Indonesia, maka Singapore bisa menekan exportir dan importir kita yang
bernama Joko agar menjadi Liem.

Jika toko anda berhasil menjual banyak cat, lalu anda mengajukan diri
menjadi
agen, maka toko anda akan segera bangkrut, karena akan berdiri agen cat
milik
cina di dekat toko anda!

Dahulu, di Singapore juga diterapkan policy yang menekankan bahwa anak
ketiga
bukanlah anak negara. Anak ketiga ini nantinya sulit mendapat kesempatan
bersekolah di sekolah negeri (sekolah milik pemerintah) yang relatif murah
dan
bermutu. Sementara itu, orang melayu di sana relatif lebih sulit mencari
pekerjaan. Kalaupun ia seorang Insinyur, ia harus bekerja di
Perusahaan/pabrik
milik Cina, dengan gaji separoh dari orang Cina. Akibatnya yang berpeluang
punya
anak banyak dan menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik (dengan biaya
mahal)
adalah komunitas Cina.

Policy serupa itu, bahwa anak ketiga tidak ditanggung pemerintah, juga
diterapkan di Indonesia, setidaknya sepanjang Orde Baru. Policy itu terutama
berlaku di lingkungan pegawai negeri, yang penghasilannya rendah. Dalam hal
ini
nampaknya Indonesia memang berkiblat kepada Singapore. Pegawai negeri yang
berpenghasilan rendah, dan harus punya anak sedikit (dua), dengan alasan
menekan
laju pertambahan penduduk, sementara itu komunitas Cina yang kebanyakan
pedagang
atau pegawai swasta, bebas mempunyai anak banyak, dan penghasilannya jauh
lebih
baik dari pegawai negeri.

Boleh jadi memang demikianlah adanya, bahwa Singapore adalah Ibukota RI,
mengingat beberapa kebijakan yang merugikan kaum melayu (pribumi) juga
diterapkan di Indonesia . Termasuk, kebijakan menghancurkan perekonomian
kaum
pribumi. Dengan kepandaian me-lobby pejabat pemerintahan, keluarlah pinjaman
yang dinikmati oleh pengusaha Cina, yang lebih parah lagi, dengan dana murah
tersebut mereka membangun pabrik-pabrik yang nantinya menghancurkan pabrik
sejenis milik pribumi yang sudah ada.

Para pedagang dari Singapore bebas bolak balik Singapore-Jakarta sementara
warga
negara Indonesia tiap ke Singapore harus membayar satu juta rupiah karena
peraturan fiskal RI, maka matilah pedagang pribumi!

Singapore menempatkan industri low-end-nya di Batam (sarana dan prasarananya
dibiayai oleh RI) dan membuang sampah-nya ke Riau, Singapura juga
memanfaatkan
pulau Tanjung-Balai-Karimun sebagai tempat hiburan sex mereka. Jika anda
bertemu
orang pribumi di Karimun ini, kemungkinan besar mereka adalah pelacur
(wanita)
atau kuli/sopir (pria).

Kepada kalangan pribumi saya mengimbau agar mempunyai kesadaran sendiri,
jangan
terlalu menaruh harapan kepada para pejabat, karena pada umumnya mereka itu
bisa
dibeli. Kita juga sudah seharusnya mendesak pemerintah agar setiap WNI (pri
dan
nonpri) dilarang mempunyai/menggunakan dua nama. Bagi keturunan Cina, mereka
boleh memilih hanya satu nama saja, nama Cina saja atau nama lain yang bukan
Cina, jangan dua-duanya.

Jika pribumi yang menuntut keadilan dikatakan rasialis, maka seluruh
pahlawan
kita juga rasialis karena mengusir penjajah Belanda, padahal Belanda sempat
membangun jalan raya,
pelabuhan, rel kereta sepanjang pulau Jawa, bendungan dan lain-lain

Selain itu, kita juga sudah saatnya menyadarkan dan bahkan menekan
pemerintah,
agar produksi bahan dasar yang saat ini hampir seluruhnya dikuasi pengusaha
(konglomerat) Cina (berkat policy rezim Orde Baru yang diskriminatif), harus
mengalami deregulasi sehingga minimal separuhnya bisa dikuasai oleh kalangan
pribumi.

Sejalan dengan itu, agar bisnis dan perekonomian kita tidak terlalu banyak
dicampuri Singapore, maka sudah saatnya kita mendesak pemerintah, untuk
membuat
peraturan yang memungkinkan import langsung ke Indonesia bisa lebih murah
ketimbang lewat Singapore.

Doddy Syafrudin
[EMAIL PROTECTED]


Do you Yahoo!?
The New Yahoo! Search - Faster. Easier. Bingo.
--- Begin Message ---
---------- Forwarded Message -----------
From: "Yana" <[EMAIL PROTECTED]>

Any comment??

***
http://swaramuslim.net/comments.php?id=463_0_1_0_C

Sangat IRONIS sekali dalam keadaan situasi sosial dan ekonomoi Indonesia
yang
sedang CARUT MARUT seorang yang menamakan dirinya sebuah PRESIDEN tidaklah
pantas melakukan perjalanan keluar negeri apalagi untuk urusan pribadi untuk
urusan berobat, cek up dan istilah lainnya.

Pada tahun 1999 an sewaktu Megawati masih menjadi Wakil Presiden, beliau
terjepret oleh wartawan sedang belanja di salah satu toko perhiasan di
Singapore
(foto inzet).

Kita sangat mengerti bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan pribadi yang
tidak
boleh dicampuri, namun jangan lupa, gelar Wapres, Presiden, Menteri, dll
adalah
milik yang SAH bangsa Indonesia, sehingga wajib kita lindungi KEHORMATAN
nya,
walaupun pada kenyataannya mereka mereka yang menyandang gelar tersebut
kadang
melupakannya sebagaimana halnya yang dilakukan oleh ibu Megawati, karena
bagaimana mungkin seorang Wapres jalan jalan ketoko perhiasan dinegara
Singapore?

Sepulang lawatan dari Thailand, rencananya lagi lagi Megawati akan mampir ke
Singapore dengan alasan yang sama yakni CHECK UP padahal di Indonesia banyak
Rumah Sakit modern yang bisa menanganinya. Atau ada modus lainnya yang tidak
POLULER kita ketahui?

Mengingat banyaknya para PELARIAN koruptor dan konglomerat hitam ke
Singapore
seperti Prayogo, Sjalmsul dll. Bisakah modus ini masuk kedalam Theori
Konspirasi
bahwa Singapore adalah ibukota RI?

Faktor
Front Anti Konglomerasi & Koruptor

Presiden Megawati Check Up Kesehatan di Singapura

Presiden Megawati Soekarnoputri akan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
atau
general check-up di rumah sakit Singapura, dan bermalam di negara tersebut
dalam
kepulangannya dari lawatan ke Chiang May, Thailand, Minggu (31/8).

Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri seusai mengikuti jumpa pers
Presiden Megawati di Chiang May, Sabtu malam, memberitahukan, Presiden
Megawati
akan meninggalkan Chiang May pada Minggu (31/8) pada pukul 09:30 waktu
setempat
(sama dengan WIB). Tetapi tidak langsung ke Tanah Air sebagaimana
dijadwalkan
semula.

"Presiden akan general check-up dan bertemu dengan Lee Kuan Yeuw, menteri
Senior
Singapura, dan akan menginap semalam di negara itu, dan baru pada Senin
(1/9)
tiba di Tanah Air," katanya.

Sementara Rokhmin sendiri akan langsung pulang ke Indonesia pada Minggu
(31/8),
setelah singgah di Singapura.

Dalam jadwal lawatan Presiden Megawati ke Malaysia dan Thailand pada 28-31
Agustus 2003, Presiden tiba di Lanud Halim PK pada Minggu sore.

Sementara itu, suami Mega, Taufik Kiemas, telah kembali ke Tanah Air, pada
Sabtu
pagi, karena gangguan kesehatan. (ant)

Singapore Ibukota Republik Indonesia

Secara defacto Singapore memang merupakan Ibukota negara Republik Indonesia.
Buktinya, hampir semua barang yang masuk dan keluar dari Indonesia harus
melalui
Singapore. Jika anda mencoba pesan langsung dari Eropa atau Jepang, maka
barang
impor anda itu akan membutuhkan waktu yang lama, dan biaya yang lebih mahal.
Akan lebih cepat dan murah jika melalui Singapore, demikian juga dengan
export
anda.

Sebagai negara yang paling banyak pulaunya seharusnya kapal Indonesia-lah
yang
merajai lautnya sendiri. Kenyataannya, yang menguasai perairan Indonesia
adalah
kapal berbendera asing, 70 % diantaranya milik Singapore, suatu negara yang
sebenarnya tidak butuh kapal! Beberapa kapal diantaranya bertugas membawa
batu-bara dari Kalimantan ke Jawa untuk pembangkit listrik Paiton dan
Suralaya .
Pantas saja harga listrik kita mahal.

Untuk meresepkan obat kepada pasiennya, seorang dokter melihat pada buku
daftar
obat yang beredar di Indonesia yang dikeluarkan oleh perusahaan Singapore
(MIMS)
demikian juga bagi rumah-sakit yang ingin membeli alat medis melihat pada
buku
MEDEX yang dikeluarkan perusahaan yang sama. Jadi jika anda memproduksi
obat,
anda harus daftar dan bayar ke Singapore.

Untuk melancarkan bisnisnya di Asia, pabrik-pabrik komponen elektronika dan
industri membuka agennya di Hongkong, Bangkok, Malaysia, dan Philipina.
Sedangkan untuk Indonesia agennya ada di Singapore. Dengan mengatur arus
Barang,
modal dan jasa, Singapore bisa menentukan harga jual dan harga beli (seperti
yang dilakukan Belanda dulu), bahkan nilai Rupiah kita!

Singapore telah menguasai pula sarana komunikasi dan Informasi di Indonesia
melalui pembelian telekom dan Indosat, artinya semua sarana Informasi;
seperti
telepon, fax, internet dikuasai dan bisa disadap oleh Singapore.

Singapore juga membuat pelatihan militer bagi pemuda Indonesia yang direkrut
untuk nantinya
menjadi tentara mereka dalam rangka menguasai Indonesia dan melindungi orang
cina yang ada di Indonesia (lihat Harian BERITA BUANA edisi Jum'at, 13 Juni
2003).

Setelah berhasil menggusur orang melayu dari negara pulau itu, kini
Singapore
ingin menguasai perdagangan di Indonesia melalui tangan hoakiau yang
berwarganegara Indonesia. Para hoakiau warga negara Indonesia ini, pada
umumnya
memiliki dua nama: kalau berurusan dengan pemerintah Indonesia atau
masyarakat
luas, dia gunakan nama lokal seperti Salim atau Wijaya. Tetapi, dalam
menghadapi
sesama hoakiau, mereka gunakan nama asli (nama Cina).

Dengan dua nama tadi, maka upaya menguasai perekonomian pribumi menjadi
mulus.
Sekarang saja, para hoakiau itu sudah menguasai semua industri dasar seperti
terigu (dan turunannya seperti mie, roti, biskuit dan lain-lain), menguasai
industri dan distribusi minyak goreng (dan turunannya seperti mentega,
sabun,
shampoo dan sebagainya), menguasai industri kertas dari A sampai Z,
menguasai
industri plastik, otomotif dan sebagainya. Dengan memantau arus barang dari
dan
ke Indonesia, maka Singapore bisa menekan exportir dan importir kita yang
bernama Joko agar menjadi Liem.

Jika toko anda berhasil menjual banyak cat, lalu anda mengajukan diri
menjadi
agen, maka toko anda akan segera bangkrut, karena akan berdiri agen cat
milik
cina di dekat toko anda!

Dahulu, di Singapore juga diterapkan policy yang menekankan bahwa anak
ketiga
bukanlah anak negara. Anak ketiga ini nantinya sulit mendapat kesempatan
bersekolah di sekolah negeri (sekolah milik pemerintah) yang relatif murah
dan
bermutu. Sementara itu, orang melayu di sana relatif lebih sulit mencari
pekerjaan. Kalaupun ia seorang Insinyur, ia harus bekerja di
Perusahaan/pabrik
milik Cina, dengan gaji separoh dari orang Cina. Akibatnya yang berpeluang
punya
anak banyak dan menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik (dengan biaya
mahal)
adalah komunitas Cina.

Policy serupa itu, bahwa anak ketiga tidak ditanggung pemerintah, juga
diterapkan di Indonesia, setidaknya sepanjang Orde Baru. Policy itu terutama
berlaku di lingkungan pegawai negeri, yang penghasilannya rendah. Dalam hal
ini
nampaknya Indonesia memang berkiblat kepada Singapore. Pegawai negeri yang
berpenghasilan rendah, dan harus punya anak sedikit (dua), dengan alasan
menekan
laju pertambahan penduduk, sementara itu komunitas Cina yang kebanyakan
pedagang
atau pegawai swasta, bebas mempunyai anak banyak, dan penghasilannya jauh
lebih
baik dari pegawai negeri.

Boleh jadi memang demikianlah adanya, bahwa Singapore adalah Ibukota RI,
mengingat beberapa kebijakan yang merugikan kaum melayu (pribumi) juga
diterapkan di Indonesia . Termasuk, kebijakan menghancurkan perekonomian
kaum
pribumi. Dengan kepandaian me-lobby pejabat pemerintahan, keluarlah pinjaman
yang dinikmati oleh pengusaha Cina, yang lebih parah lagi, dengan dana murah
tersebut mereka membangun pabrik-pabrik yang nantinya menghancurkan pabrik
sejenis milik pribumi yang sudah ada.

Para pedagang dari Singapore bebas bolak balik Singapore-Jakarta sementara
warga
negara Indonesia tiap ke Singapore harus membayar satu juta rupiah karena
peraturan fiskal RI, maka matilah pedagang pribumi!

Singapore menempatkan industri low-end-nya di Batam (sarana dan prasarananya
dibiayai oleh RI) dan membuang sampah-nya ke Riau, Singapura juga
memanfaatkan
pulau Tanjung-Balai-Karimun sebagai tempat hiburan sex mereka. Jika anda
bertemu
orang pribumi di Karimun ini, kemungkinan besar mereka adalah pelacur
(wanita)
atau kuli/sopir (pria).

Kepada kalangan pribumi saya mengimbau agar mempunyai kesadaran sendiri,
jangan
terlalu menaruh harapan kepada para pejabat, karena pada umumnya mereka itu
bisa
dibeli. Kita juga sudah seharusnya mendesak pemerintah agar setiap WNI (pri
dan
nonpri) dilarang mempunyai/menggunakan dua nama. Bagi keturunan Cina, mereka
boleh memilih hanya satu nama saja, nama Cina saja atau nama lain yang bukan
Cina, jangan dua-duanya.

Jika pribumi yang menuntut keadilan dikatakan rasialis, maka seluruh
pahlawan
kita juga rasialis karena mengusir penjajah Belanda, padahal Belanda sempat
membangun jalan raya,
pelabuhan, rel kereta sepanjang pulau Jawa, bendungan dan lain-lain

Selain itu, kita juga sudah saatnya menyadarkan dan bahkan menekan
pemerintah,
agar produksi bahan dasar yang saat ini hampir seluruhnya dikuasi pengusaha
(konglomerat) Cina (berkat policy rezim Orde Baru yang diskriminatif), harus
mengalami deregulasi sehingga minimal separuhnya bisa dikuasai oleh kalangan
pribumi.

Sejalan dengan itu, agar bisnis dan perekonomian kita tidak terlalu banyak
dicampuri Singapore, maka sudah saatnya kita mendesak pemerintah, untuk
membuat
peraturan yang memungkinkan import langsung ke Indonesia bisa lebih murah
ketimbang lewat Singapore.

Doddy Syafrudin
[EMAIL PROTECTED]
------- End of Forwarded Message -------


--
Open WebMail Project (http://openwebmail.org)



[Non-text portions of this message have been removed]


Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
click here

*****************************************************************
Kunjungi IMAS PORTAL! http://imas.kirim.info

Untuk kirim file, foto, lagu, isi database dsb silakan klik:
http://groups.yahoo.com/group/imas_sg/

Untuk unsubscribe kirim e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
*****************************************************************




Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.

--- End Message ---

Kirim email ke