Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ass, wr, wb.

Dunsanak Rangkiang (Zul Zulhamdi), taruihkan posting tokoh2 urang awak nan
alah berkiprah ditingkek nasional dan internasional ko, file2 saroman iko
akan ambo simpan di folder tersendiri di komputer ambo, untuak maliek sepak
terjangnyo urang awak ko, baa mangko sampai inyo berhasil mewarnai dunia.
Tarimo kasih.

Wassalam,
Mulyadi St.Bangsawan (46 +)
Rag Sulik Ayie di PT.Pusri Palembang

----- Original Message -----
From: "Rangkiang" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, October 09, 2003 7:55 PM
Subject: [Urang Awak] Syahril Sabirin, Ph,D


> TokohIndonesia.Com
>
> Syahril Sabirin, Ph,D
> Pejuang Independensi Bank Indonesia
>
>
> Nama    : Syahril Sabirin, SE, MA, PhD
> Lahir   : Bukittinggi, Sumatera Barat, 14 Oktober 1943
> Agama   : Islam
> Jabatan : Gubernur Bank Indonesia 1998-2003
> Istri   : Murni
> Anak    : Melissari dan Stevano
>
> Pendidikan Formal
> 1. Sekolah Dasar pada Sekolah Rakyat No. 15 Bukittinggi, lulus pada tahun
1956
> 2. Sekolah Menengah Pertama pada SMP No. 6 Bukittinggi, lulus pada tahun
1959
> 3. Sekolah Menengah Umum pada SMA II/C Bukittinggi, lulus pada tahun 1962
> 4. Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, lulus sebagai
Sarjana Ekonomi
> jurusan Perusahaan pada tahun 1968
> 5. Williams College, Williamstown, Massachusetts, USA, lulus pada tahun
1973 dengan
> memperoleh gelar Master of Arts (MA) dalam bidang Ekonomi Pembangunan
> 6. Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, USA, lulus pada tahun 1979
dengan
> memperoleh gelar Doctor of Philosophy (PhD) dalam bidang ekonomi, dengan
spesialisasi
> ekonomi moneter dan ekonomi internasional
>
> Pendidikan Lainnya
> 1. Mengikuti berbagai pendidikan jangka pendek, baik dalam bidang ekonomi
maupun dalam
> bidang lainnya, seperti computer programming dll.
> 2. Mengikuti berbagai seminar dan konperensi di dalam dan luar negeri
> 3. Memberikan ceramah/kuliah di berbagai forum, antara lain di konperensi
yang
> diselenggrakan oleh the World Economic Forum, the Asia Society, the Asia
Money, dll.
>
> Riwayat Pekerjaan
> 1. Bank Indonesia, Jakarta : 1969 -1993, antara lain sebagai:
> . Staf Umum Urusan Ekonomi dan Statistik Bank Indonesia (1969)
> . Kepala Bagian Neraca Pembayaran: 1982-1983
> . Kepala Bagian Pembinaan Bank-bank: 1983-1984
> . Penjabat Kepala Urusan Ekonomi dan Statistik: 1985-1987
> . Penjabat Kepala Urusan Pasar Uang dan Giralisasi: 1987-1988
> . Direktur Bank Indonesia: 1988-1993, dengan bidang tugas mencakup Devisa,
Luar Negeri.
> Dan Sumber Daya Manusia (1988-1992) dan Pasar Uang dan Giralisasi,
Akunting, dan Sumber
> Daya Manusia (1992-1993)
> 2. Sebagai tenaga pengajar pada berbagai perguruan tinggi: 1980-1988,
antara lain pada
> Sekolah Tinggi Akuntasi Negara (STAN), Universitas Indonesia, dan
Universitas Taruma
> Negara.
> 3. World Bank, Washington, DC, USA: 1993-1996, sebagai Senior Financial
Economist di
> Direktorat Timur Tengah dan Afrika Utara, dengan tugas menangani pembinaan
sektor
> finansial antara lain di negara-negara Mesir, Libanon, dan Jordania.
> 4. Bank Indonesia: Akhir 1997-sekarang:
> . 29 Desember 1997 - 19 Februari 1998: Direktur
> . 19 Februari 1998 - sekarang: Gubernur
> 5. Selaku Gubernur Bank Indonesia juga menjabat sebagai:
> . Gubernur International Monetary Fund (IMF) untuk Indonesia;
> . Gubernur Pengganti Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia;
> . Gubernur Pengganti Islamic Development Bank (IDB) untuk Indonesia
(sampai tahun 2000).
>
> Tulisan/ Publikasi
> 1. Money, Price, Income and Interest Rates in Indonesia Before and After
the Financial
> Deregulation of June 1983, a paper written jointly with Muljana Soekarni,
in Structural
> Change and Economic Modelling, Sydney: Reserve Bank of Australia, December
1986.
>
> 2. Indonesia's Financial Reforms: Challenges in the 1990s for Its Banking
and Financial
> Markets, Journal of Asian Economics, 2/2, Fall 1991, Greenwich,
Connecticut and London:
> JAI Press Inc..
>
> 3. Exchange Rate Management in an Open Economy: The Case of Indonesia,
Journal of Asian
> Economics, 4/1, Spring 1993, Greenwich, Connecticut and London: JAI Press
Inc.
>
> 4. "Capital Account Liberalization", in "Financial Sector Reforms in Asian
and Latin
> American Countries, Lessons of Comparative Experience", The World Bank,
Washington. D.C.,
> 1993.
>
> Alamat Kantor:
> Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10110 Indonesia
> Telp : (62-21) 381-7187 Faks : (62-21) 350-1867
>
> Alamat Rumah:
> Jalan Ikan Mas No. 96, Blok K, Cinere, Depok , Jawa barat 16514
>
>
>
> Bank sentral harus independen. Untuk menegakkan hal ini, Syahril Sabirin,
Gubernur Bank
> Indonesia (BI), harus menghadapi tantangan hebat. Ia dipaksa memilih:
mundur atau
> ditahan! Ia tidak rela BI diintervensi, maka ia tak mau mundur. Akibatnya,
Syahril
> dituduh korupsi, diadili dan mendekam dalam tahanan. Sempat divonis tiga
tahun penjara,
> namun akhirnya dalam pengadilan yang lebih tinggi, ia divonis bebas.
Pengagum Nelson
> Mandela ini berjuang menegakkan independensi BI, lembaga yang dipimpinnya.
>
>
> Setidaknya ada dua hal yang sangat merisaukan Syahril Sabirin dalam
melihat perjalanan
> bangsa dan negara. Yakni makin maraknya korupsi dan sikap penguasa baru
terhadap penguasa
> lama.
>
> Dalam soal korupsi, saat ini sulit untuk mencari tempat yang tidak ada
korupsinya.
> Korupsi terjadi di mana-mana, dari yang kecil sampai yang besar, dari
puluhan ribu hingga
> triliunan rupiah. ''Meski saya yakin terjadi sangat kecil, tapi itu juga
terjadi di BI,''
> ujar mantan Senior Financial Economist Bank Dunia (1993-1997) ini. "Kita
ingin bebas dari
> korupsi," katanya dalam percakapan dengan Wartawan Tokoh Indonesia.
>
> Perihal sikap penguasa yang baru terhadap penguasa yang lama, ia sangat
kagum dengan
> sikap yang ditunjukkan oleh Nelson Mandela. Meski masalahnya tidak serumit
di Indonesia,
> tetapi pada intinya adalah sama. Yaitu melupakan masa lalu, pengampunan
dosa, dan
> melangkah ke depan dengan lembaran yang bersih. Prinsip ini, menurutnya,
merupakan
> satu-satunya cara agar negeri ini dapat maju. ''Tapi harus dilandasi
dengan tekad yang
> kuat, juga jangan sampai diulang-ulang lagi,''tuturnya.
>
> Kalau tidak rela mengampuni tanpa pamrih, ampunilah dengan imbalan. Dengan
kata lain,
> ganti rugi terhadap kejahatan yang lalu. Contohnya, jika ada koruptor yang
memiliki
> kekayaan dalam jumlah tertentu, akan diminta dari hartanya beberapa
persen. Dengan
> demikian negara pun mendapat dana yang besar untuk melangkah kedepan.
>
> Pria lulusan Jurusan Ekonomi Perusahaan, Fakultas Ekonomi, Universitas
Gajah Mada ini,
> adalah orang pertama yang memimpin Bank Indonesia (BI) setelah
diberlakukannya UU No 23
> tahun 1999 yang menjamin independensi BI. Ia memang orang karir di
instansi ini. Setamat
> kuliah (sempat menganggur setahun karena pada waktu itu sulit mendapatkan
pekerjaan), ia
> diterima di Bank Indonesia melalui proses tes (1969). Ia mengawali
karirnya di Bank
> Indonesia sebagai staf umum di Urusan Ekonomi dan Statistik.
>
> Beberapa tahun kemudian, Syahril mendapat kesempatan melanjutkan
pendidikan di
> Williamstown, USA, pada 1973, untuk mengambil gelar MA bidang pembangunan
ekonomi.
> Kemudian dilanjutkan lagi dengan memperoleh beasiswa dari USAID untuk
program doktor
> (Ph.D) bidang Ekonomi Moneter dan Internasional di Vanderbilt University,
USA. Gelar PhD
> tersebut diperolehnya pada tahun 1979.
>
> Setelah menyelesaikan doktornya, ia kembali bertugas di BI hingga akhirnya
menjadi salah
> satu anggota direksi (Dewan Gubernur - sekarang) pada tahun 1988-1993.
Kemudian selepas
> bertugas sebagai Direktur BI selama 5 tahun, ia melamar ke Bank Dunia
(World Bank) di
> Washington DC, USA dan diterima sebagai Senior Financial Economist untuk
wilayah Timur
> Tengah dan Afrika Utara dengan masa dinas 3 tahun.
>
> Setelah habis masa tugas di Bank Dunia, ia memutuskan kembali ke
Indonesia. Rencananya ia
> hendak beristirahat dulu dari berbagai kegiatan. Tiket pesawat sudah
ditangan,
> dijadwalkan berangkat 24 Desember 1997. Namun, sebelum tanggal
keberangkatan, datang
> telepon dari seorang pejabat penting di Jakarta. Pejabat itu menyampaikan
bahwa akan ada
> rencana pergantian jajaran dewan direksi BI. Syahril diminta untuk kembali
ke Bank
> Indonesia. Kaget dan penasaran, ia pun balik bertanya, "Saya kembali
sebagai apa?"
> Pejabat itu menjawab bahwa ia akan ditempatkan sebagai direktur, yang
kemungkinan pada
> dua atau tiga bulan mendatang diangkat menjadi gubernur.
>
> Satu posisi yang oleh banyak orang diperebutkan dengan berbagai cara kini
terbuka
> dihadapannya. Namun, ia tidak dengan serta-merta menyetujuinya. Ia minta
waktu untuk
> berpikir. Paling tidak membicarakannya dengan istri tercinta, Murni. Tapi,
istrinya
> menyerahkan sepenuhnya kepadanya. Istrinya menyatakan akan mendukung apa
yang paling baik
> menurut pertimbangan Syahril. "Segala pertimbangan, kamulah yang
mengetahui baik
> buruknya," kata istrinya.
>
> Pada waktu itu, ia belum mengatakan ya atau tidak. Lalu karena di dalam
Islam diajarkan
> untuk shalat istikharah ketika memiliki keraguan, maka ia pun shalat.
Setelah
> melaksanakan shalat istikharah, ia kemudian memiliki keyakinan hati. Lalu
isterinya
> bertanya; " Bagaimana?" ia pun menyatakan akan menerima tawaran itu.
Karena setelah
> shalat, ia merasakan betapa besar kepercayaan yang diberikan kepadanya
untuk mengemban
> sebuah tugas dalam keadaan yang sangat sulit di tengah-tengah Indonesia
sedang dilanda
> krisis ekonomi. Apalagi rencananya dalam 2 sampai 3 bulan ia akan
ditempatkan menjadi
> gubernur. Sebuah amanah tugas yang amat berat.
>
> Lebih jauh ia merenung. Mengapa ia diminta untuk mengatasi masalah yang
sangat sulit itu?
> Berarti ia diharapkan dan dipercayai memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan tugas
> tersebut. Sehingga tidak patut permintaan itu ditolak. Jika ditolak,
barangkali ia akan
> disebut sebagai orang yang amat sombong. Setelah mendapat keyakinan itu,
ia pun telepon
> ke Jakarta menyatakan menerima tugas tersebut.
>
> Akhirnya ia kembali ke Jakarta sesuai jadual penerbangan yang ketat
menjelang Natal. Ia
> tidak dapat mempercepat keberangkatannya, sehingga ketika pelantikan
dilaksanakan, ia
> terlambat. Anggota direksi yang lain sudah dilantik sebelum ia tiba di
Jakarta, sedangkan
> Syahril baru dilantik pada tanggal 29 Desember 1997 sebagai seorang
direktur. Lalu pada
> tanggal 19 Februari 1998, berdasarkan Keppres RI No. 39/M/1998, ia
dilantik menjadi
> Gubernur BI menggantikan J. Soedradjad Djiwandono.
>
> Begitulah perjalanan karier pria kelahiran Bukittinggi, 14 Oktober 1943.
kariernya dari
> bawah dan naik secara berjenjang, sampai menjadi Direktur dan Gubernur.
>
> Meredam Krisis
>
> Sejak menerima tugas tersebut, Syahril berupaya mencurahkan segala
kemampuan, waktu dan
> tenaga, berjuang bersama-sama anggota direksi dan staf BI untuk dapat
mengatasi krisis
> moneter yang tengah melanda Indonesia. Namun, pada permulaan, masih pada
masa
> pemerintahan Pak Harto tahun 1998, keadaan politik saat itu tidak terlalu
mendukung,
> sehingga laju inflasinya meningkat begitu pesat.
>
> Selain akibat kondisi politik, ditambah lagi dengan belum adanya jaminan
terhadap nasabah
> bank pada masa itu sehingga kepercayaan terhadap lembaga bank menurun
drastis. Terlebih
> lagi dengan dilikuidasinya 16 bank pada bulan Nopember 1997, kepercayaan
masyarakat
> terhadap bank makin sulit dibangkitkan kembali.
>
> Untuk mengatasi hal itu, lalu jaminan terhadap nasabah bank dikeluarkan.
Namun, pada saat
> itu tidak serta merta kepercayaan publik bangkit kembali. Publik tampaknya
perlu
> pembuktian tentang benar atau tidak. Kemudian seiring dengan berjalannya
waktu,
> kepercayaan tersebut pulih kembali. Namun sebelum kepercayan itu pulih,
hampir semua bank
> mengalami kesulitan. Jika tidak dibantu, banyak bank itu akan gugur. Maka
BI harus
> membantu dengan likuiditas.
>
> Itulah yang populer disebut dengan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
). Satu cara
> terbaik ketika itu untuk menyelamatkan bank. Jika tidak, mungkin tidak ada
lagi bank di
> Indonesia. Kemudian sulit dibayangkan bagaimana keadaan ekonomi, jika
sebuah negara tidak
> mempunyai bank. Atau jika setidaknya sama sekali tidak ada kepercayaan
terhadap bank,
> seperti halnya terjadi di Argentina beberapa waktu lalu. Dalam kondisi
seperti itu, BLBI
> itulah suatu usaha yang dapat dilakukan BI dengan persetujuan pemerintah
ketika itu.
>
> Pada bulan Mei 1998 pemerintah berganti dari Soeharto ke BJ Habibie. Pada
masa
> pemerintahan BJ Habibie inilah terlihat arah yang lebih jelas dan fokus,
kendati kondisi
> politik masih belum kondusif. Tampaknya Habibie memiliki komitmen dalam
perbaikan dan
> perkembangan ekonomi. Ini jelas tercermin dari pidato kenegaraannya yang
pertama.
>
>
> Ketika itu Habibie menyatakan akan menempatkan BI sebagai sebuah lembaga
bank sentral
> yang independen. Tak lama kemudian, komitmen ini pun segera diwujudkan
dengan
> diundangkannya UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Satu landasan
hukum yang kuat
> untuk menjamin independensi Bank Indonesia.
>
>
>
> Lalu pada masa pemerintahan Habibie ini Syahril diangkat kembali untuk
masa jabatan
> pertama selama empat tahun berdasarkan Keppres Nomor 149/M Tahun 1999
tanggal 17 Mei
> 1999. Posisinya sebagai Gubernur BI semakin kokoh dengan disahkannya UU No
23 tahun 1999
> yang menjamin independensi Bank Indonesia itu.
>
> Komitmen pemerintah waktu itu cukup kuat. Tim ekonominya dibawah
koordinasi Ginandjar
> Kartasasmita sebagai Menko Ekuin. Selepas itu, arus inflasi pun mulai
berkurang. Nilai
> tukar rupiah kembali menguat hingga sempat menyentuh posisi Rp. 7.000 per
satu dolar AS
> dalam waktu yang relatif singkat.
>
> Pada awal ia menjabat sebagai Gubernur BI, bank sentral sempat menjadi
sasaran kritikan
> masyarakat. Sebab, pada masa itu, masa euforia reformasi, banyak pejabat
yang mendapat
> hujatan. Terlebih lagi ketika BI mengeluarkan kebijakan suku bunga tinggi.
Kebijakan
> moneter diperketat. Beberapa pengamat mengkritik kebijakan ini dengan
tajam.
>
>
>
> Tapi Syahril menyarankan kepada segenap jajaran BI untuk tetap sabar,
bijak, dan
> konsisten. Karena jika belum waktunya, kebijakan ini diperlonggar, sama
saja seperti
> memberikan setengah dosis obat kepada pasien. Tidak membuat penyakit
sembuh bahkan
> menjadikan penyakit itu kebal terhadap obat sehingga susah untuk diobati
lagi. Tetapi
> dengan kebijaksanaan ketat itu, berangsur-angsur inflasi menurun dan
rupiah menguat. Lalu
> suku bunga pun berangsur-angsur turun.
>
> Didesak Mundur
>
> Hanya saja hal ini tidak berlangsung lama. Pemerintahan berganti dari BJ
Habibie ke Gus
> Dur (Abdurrahman Wahid). Pergantian ini ternyata memunculkan masalah baru.
Ini bermula
> pada saat Syahril, akhir tahun 1999, diminta datang ke Bina Graha bersama
Menteri
> Keuangan Bambang Sudibyo dan Kepala BPPN Cacuk Sudarijanto. Saat itu yang
menjadi berita
> hangat di media massa adalah kasus Texmaco. Syahril berpikir mungkin
masalah ini yang
> akan dibicarakan. Tetapi ketika sampai di Bina Graha yang dibahas justru
masalah
> penggantian Gubernur BI.
>
> Syahril sempat kaget. Tidak mengerti. Namun ia tetap berpikir tentang
independensi BI
> yang harus dipertahankan. Kepada Presiden Wahid ia menyatakan tidak ada
alasan untuk
> mundur dari jabatannya. Menurut Undang-undang BI, hanya ada tiga alasan
yang memungkinkan
> seorang Gubernur BI mundur dari jabatannya. Pertama, orang yang
bersangkutan dengan
> sukarela mengundurkan diri. Kedua, yang bersangkutan meninggal dunia.
Ketiga, yang
> bersangkutan berurusan dengan kriminalitas atau hukuman pidana. Dari
ketiga alasan itu,
> bagi Syahril, tidak ada satu pun yang bersangkut-paut dengannya sehingga
ia harus mundur
> dari jabatan Gubernur BI.
>
> Juga dijelaskan, kalau saja ia mundur karena tekanan atau terpaksa, maka
ia sudah
> melanggar hukum. Sebab, dalam Undang-undang BI disebutkan, jika Gubernur
BI diintervensi,
> baik yang mengintervensi maupun yang diintervensi, melanggar
Undang-undang. Oleh karena
> itu tidak mungkin baginya untuk mundur. Keadaan itu tentu membuat suasana
menjadi tegang.
> Gus Dur tetap menginginkannya mundur, tapi hingga pertemuan berakhir,
Syahril tetap
> bersikukuh menolak.
>
> Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah mengapa Gus Dur menyuruhnya
mundur? Ada dugaan,
> hal itu terkait dengan salah satu bank yang dilikuidasi dan Gus Dur adalah
salah seorang
> pemegang sahamnya. Selain itu, mungkin juga karena pernah seorang direktur
bank, teman
> dekat Gus Dur, hendak dipromosikan, namun ternyata menurut formula yang
ada di BI, yang
> bersangkutan tidak lulus fit and proper test. Ketika itu, Gus Dur
memintanya untuk
> diluluskan, tapi Syahril Sabirin dan jajarannya mengatakan tidak mungkin.
Sebab jika ini
> dilakukan, kredibilitas BI akan hancur. BI memiliki kebijakan bahwa
pengurus bank itu
> harus diseleksi melalui kriteria tertentu. Ketika seseorang dinyatakan
tidak lulus tes,
> tapi pemerintah menghendaki agar lulus, ini akan membuat segalanya kacau.
Padahal modal
> utama BI adalah kredibilitas institusi.
>
> Setelah itu, pertemuan dengan Gus Dur terus berlanjut dan Presiden tetap
bersikeras
> memintanya mundur. Kalau tidak mau akan diambil tindakan hukum. Hanya ada
dua pilihan,
> mundur atau di usut, dijadikan tersangka dan ditahan. Tapi, Syahril tak
bergeming. Ia
> bertahan. Sampai-sampai Jaksa Agung Marzuki Darusman pun, konon, ikut
"menyarankan" agar
> Syahril mundur saja dari pada ditahan. Tapi Syahril tetap pada
pendiriannya, tak mau
> mundur.
>
> Karena tidak mau mundur juga, pada awal Juni 2000, Syahril dijadikan
tersangka dalam
> kasus Bank Bali. Padahal sudah dijelaskan bahwa dirinya tidak terlibat
dalam kasus itu.
>
> Lalu mengapa Syahril tak mau mundur? Bagi Syahril pribadi, ini semata-mata
bukan karena
> ingin tetap bertahan sebagai Gubernur BI. Melainkan karena keinginan untuk
tetap
> mempertahankan independensi BI. Satu pemikiran yang membuatnya bertahan
adalah bahwa
> ketika ia menerima jabatan Gubernur BI, bank sentral ini baru saja
mendapat status
> independen. Karena itu, ia menerimanya sebagai amanah yang luar biasa:
mempertahankan dan
> memperjuangkan independensi BI.
>
>
>
> Jika saja ia menuruti untuk mundur, dalam tekanan seperti itu, bagaimana
jadinya
> independensi BI. Padahal waktu itu, tugas yang diemban BI sangat penting
dalam pemulihan
> ekonomi bangsa akibat kondisi moneter dan politik yang bergejolak.
Dijadikan tersangka,
> juga tak membuatnya gentar dalam mempertahankan kebenaran yang
diyakininya.
>
> Akhirnya ia resmi ditahan. Saat itu Gus Dur dalam perjalanan pulang dari
luar negeri.
> Sebelum Presiden tiba, ia dipanggil untuk diperiksa di Kejaksaan. Usai
pemeriksaan ia
> resmi ditahan pada hari itu juga. Dan ia sendiri mengatakan siap ditahan.
Tapi sebelumnya
> ia meminta untuk bisa ke kantor guna membereskan dan menyerahkan
tugas-tugas agar BI
> dapat berjalan terus. Permintaan itu ditolak Kejaksaan.
>
>
>
> Syahril pun pasrah menerima keadaan itu. Namun ia tetap yakin bahwa
dirinya tidak
> bersalah. Penahanan yang pertama berjalan selama 20 hari. Kemudian
diperpanjang 40 hari
> dan 30 hari lagi. Diantara masa-masa penahanan itu, masih ada yang
menawarinya untuk
> mundur dari jabatan Gubernur BI dengan imbalan bebas dari tahanan. Tapi ia
tidak melayani
> permintaan ini. Baginya lebih baik ditahan daripada mundur dari jabatan.
>
> Pada masa-masa penahanannya, ia dan keluarganya mendapat cobaan. Ayahnya,
yang sangat ia
> cintai, meninggal dunia. Usia ayahnya memang sudah 91 tahun, tapi
kondisinya sangat sehat
> sebelum ia ditahan. Pada masa penahanan 20 hari, ayahnya sempat datang
dari Bukit Tinggi
> untuk menjenguknya di tahanan. Sang Ayah tampak sehat dan tegar. Namun
saat ia mendengar
> masa penahanan Syahril diperpanjang, ia pun jatuh sakit. Syahril sempat
diperbolehkan
> menjenguk ayahnya di Bukit Tinggi. Tapi ajal akhirnya datang juga. Ayah
beliau wafat.
> Syahril pun diperbolehkan menghadiri pemakaman ayahnya.
>
> Penahanannya pun terus berlanjut. Bahkan sempat terdengar kabar akan
diperpanjang lagi
> dan dicari kasus-kasus lain. Namun pada suatu hari, ia tiba-tiba
diperbolehkan pulang.
> Statusnya menjadi tahanan rumah. Ia sama sekali tidak menduga akan adanya
keputusan itu.
> Sebuah keputusan yang memberinya sedikit kebebasan dibandingkan sebagai
tahanan
> kejaksaan. Sebab, jika di rumah ia dapat berkomunikasi kemana-mana,
sementara ketika
> dalam tahanan, untuk membaca surat kabar saja dilarang. Mendengarkan radio
dan
> menggunakan telepon apalagi. Larangan membaca koran dan majalah baru
dihapuskan setelah
> lebih 10 hari ia di dalam tahanan. Selain membaca koran, ia juga dilarang
membawa
> laptopnya. Sehingga ketika ia mau menulis sesuatu, ia harus belajar lagi
menggunakan
> tangan.
>
> Kebetulan pada waktu itu Bob Hasan dan Hendrawan juga ditahan. Syahril
mengenal mereka.
> Bob Hasan pernah menjadi menteri dan Hendrawan juga dikenal sebagai bankir
dari Bank
> Aspac. Di tahanan mereka bertemu. Disitu mereka bersama-sama menghibur
diri, belajar saja
> menikmati hidup. Untuk menghilangkan kejenuhan, mereka sering bermain
gaple.
>
> Tentulah pengalaman dalam tahanan merupakan pengalaman yang tidak mungkin
ia lupakan.
> Mungkin saja banyak orang bertanya-tanya, "Kok Syahril Sabirin tidak
kelihatan stress? "
> Karena memang ia sama sekali tidak terlihat stress. Ia tampak menerima
keadaan apa
> adanya. Dilalui saja apa yang perlu di lalui. Bahkan sejak masa penahanan,
berat badannya
> malah naik.
>
> Skenario Lain
>
> Tak berhasil memaksa Syahril Sabirin mundur, meski sudah ditahan, lalu
kepentingan
> politik saat itu mencari jalan lain. Ketika itu, ada upaya mengatur
mundur, dipaksa atau
> secara suka rela, seluruh deputi gubernur. Mungkin skenarionya, kalau
sekiranya seluruh
> deputi mundur, berarti kepemimpinan BI kosong. Tidak ada pejabat yang
aktif dan
> gubernurnya dalam tahanan. Jadi ada alasan kuat untuk merombak semua. Tapi
untungnya ada
> diantara deputi yang setia kawan berpihak kepadanya dan independensi BI,
tidak mau
> mundur. Kalau tidak, mungkin independensi BI sudah tamat.
>
> Setelah tidak juga berhasil dengan cara itu, lalu berkembang keinginan
untuk
> mengamandemen UU BI. Tentu keinginan ini tidak lagi sekedar mengganti
Gubernur BI, tetapi
> lebih dari itu yakni mengubur independensi BI. Saat itu, Syahril dan
jajaran BI, mendapat
> tekanan yang paling berat. Ada berbagai pihak menelepon, menyarankan agar
ia mundur
> sebelum UU diubah. Sebab katanya, kalau UU sudah diubah, ia bukan lagi
gubernur BI.
> Sehingga ketika diminta ke pengadilan, mau ngomong apa lagi? Maka lebih
baik mundur saja.
>
> Keinginan kepentingan politik mengamandemen UU BI ini tidak hanya pada
pemerintahan Gus
> Dur. Bahkan setelah Gus Dur diganti Megawati Soekarnoputri, masih saja
kuat hasrat
> sebagian politikus untuk mengamandemen UU BI, sebagai pintu masuk kadernya
dalam bank
> sentral. Namun belakangan, kesadaran para politisi akan pentingya
independensi BI
> tampaknya makin berkembang. Sehingga tak terdengar lagi keinginan
mengamandemen UU BI
> untuk mengurangi independensi BI.
>
> Setelah ia menjadi tahanan rumah, keadaan tentu lebih baik. Ia sudah lebih
leluasa
> berkomunikasi dengan dunia luar. Setelah dua bulan sebagai tahanan rumah,
berkembang
> berita bahwa kemungkinan masa penahanannya akan diperpanjang. Hingga suatu
hari dua orang
> jaksa datang menemuinya ke rumah. Ia sempat perpikir, "Ada apa lagi nih?"
Ternyata jaksa
> itu ingin meyampaikan kabar bahwa sejak hari itu ia dibebaskan dari
tahanan rumah. Ia pun
> boleh ke luar rumah. Itu juga berarti ia boleh masuk kantor.
>
> Esok harinya, ia datang kembali ke BI. Ia disambut dengan baik oleh
segenap jajaran BI.
> Staf dan karyawan menyambutnya dengan penuh suka cita. Ia pun merangkul
semua jajaran BI,
> termasuk para deputi yang sempat mengundurkan diri. Peristiwa yang lalu
dilupakan saja.
> Ia mengajak jajaran BI lebih baik melihat ke depan. Apalagi, memang
sebagian deputi yang
> mundur itu, mengaku dipaksa dengan diberikan ancaman, kalau menolak akan
"di-Syahril
> Sabirin-kan."
>
> Itulah sosok Syahril Sabirin. Ia tidak tahu apakah sifat ini merupakan
kelemahan atau
> kekuatan baginya. Ia tidak menyimpan dendam. Ia selalu berpikir bahwa
orang bisa berubah.
> Makanya ia selalu mencoba meneladani Nelson Mandela, dalam lingkungan
lebih kecil di BI.
> Ia buka pintu rekonsiliasi, memaafkan masa lalu. Lalu secara bersama-sama
bergandeng
> tangan menjemput masa depan BI yang lebih baik, bebas dari intervensi
politik dan
> penguasa.
>
> Di tengah sebuah problem berat yang di hadapinya, sebagai pejabat negara,
Syahril tetap
> menunjukkan sosoknya sebagai pekerja keras. Seperti kerasnya ia
memperjuangkan
> independensi BI. Apalagi menurut beberapa karyawan BI, sering Syahril
bekerja di kantor
> hingga hari berganti tanggal. Ia pun dikenal sebagai seorang pemimpin yang
sederhana dan
> mampu menjalin hubungan personal yang menyenangkan dengan siapa saja.
Barangkali, sikap
> inilah yang membuatnya mendapat loyalitas penuh dari bawahannya.
>
> Timnya pun tetap bekerja secara padu dan efektif. Hanya saja, masih ada
faktor-faktor
> eksternal yang mengganggu. Masih ada persepsi yang salah dari beberapa
orang diantara
> orang-orang politik tentang independensi BI. Sepertinya BI harus dikuasai
secara politik
> dengan dipimpin oleh orang-orang politik. Padahal ini merupakan pandangan
yang menurutnya
> salah. Sebetulnya lebih aman bagi orang yang berkuasa atau orang politik
jika BI
> independen. Sebab dengan ini BI akan lebih mampu menjaga kestabilan
moneter yang lebih
> baik. Sementara keadaan moneter yang baik itu merupakan keuntungan dan
prestasi bagi
> pemerintah.
>
> Datangnya Keadilan
>
> Ia pun akhirnya diadili. Majelis hakim tingkat pertama di Pengadilan
Negeri Jakarta
> Pusat, pada 13 Maret 2002, memvonisnya terbukti bersalah dengan pidana
penjara selama
> tiga tahun. Sebuah vonis yang sangat tidak diharapkan. Ia dan keluarganya
sempat merasa
> sangat terpukul. Namun, ia tetap tabah dan berharap masih terbuka jalan
datangnya
> keadilan, dengan melakukan upaya hukum naik banding.
>
> Sampai pada suatu hari, pada 12 Agustus 2002, putusan akhirnya datang
juga. Sidang
> majelis hakim tingkat banding di Pengadilan Tinggi Jakarta memvonisnya
bebas. Sidang
> majelis hakim yang dipimpin Hakim Ketua Ridwan Nasution itu membatalkan
putusan majelis
> hakim tingkat pertama di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
>
> Putusan majelis tingkat banding itu menyatakan terdakwa Syahril Sabirin
tidak terbukti
> secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana baik
dakwaan primer
> maupun subsider. "Membebaskan terdakwa dari dakwaan jaksa penuntut umum,
merehabilitasi
> dan memulihkan nama baik, harkat dan martabat terdakwa."
>
> Memang, dari sejak pertama ia diajukan sebagai tersangka dalam kasus Bank
Bali hingga
> hari terakhir persidangan di Pengadilan Jakarta Pusat, tidak ada satu
bukti apapun yang
> dapat membuktikannya bersalah. Dalam kesaksiannya, baik dari BPPN maupun
dari Bank Bali,
> menyatakan tidak ada hubungannya dengan kasus Bank Bali. Sehingga tak
heran bila ia
> merasa ada sebuah skenario yang sudah diatur.
>
> Sebelumnya ia didakwa terlibat dalam skandal cessie Bank Bali (BB) dan PT
Era Giat Prima
> (EGP) senilai Rp 904, 6 miliar. Adapun dakwaan primernya melanggar pasal 1
ayat 1a jo
> pasal 28 UU 3/1971 jo pasal 55 ayat 1 ke-1 jo pasal 64 KUHP, dakwaan
subsider melanggar
> pasal 1 ayat 1b jo pasal 28 UU 3/1971 jo pasal 55 ayat 1 ke- 2 pasal 64
KUHP.
>
> Atas kebebasannya ia pun menyambutnya dengan syukur. Ia mengatakan vonis
ini merupakan
> pertanda keadilan telah datang. "Keadilan telah datang dari Yang Maha
Kuasa," katanya. Ia
> dan keluarganya pun kembali menikmati hidup. Sesekali ia menikmati musik
country
> kesukaannya, lalu menikmati kesenangan mengemudikan sendiri mobilnya jika
keluar kota.
>
> Ia dan keluarganya tetap memilih tinggal dirumahnya sendiri dikawasan
Cinere, Depok.
> Rumah dinas Gubernur BI di kawasan Kebayoran Baru tidak ditempatinya.
Sementara untuk
> menjaga kebugaran tubuhnya, ayah dari Melissa Sari dan Stevano ini memilih
olahraga tenis
> dan fitness yang disediakan di kantor BI. Syahril Sabirin juga menjabat
sebagai Gubernur
> International Monetary Fund ( IMF) dan Gubernur Pengganti Asian
Development Bank (ADB)
> untuk Indonesia. Ia sengaja tidak memilih golf, sebab baginya olahraga ini
banyak
> menghabiskan waktu, yang semestinya bisa untuk keluarga.
>
> Makna terhadap Independensi
>
> Pembebasan Syahril juga bermakna bagi langkah bebasnya BI dari serangan
intervensi.
> Karena memang sudah jelas, apa yang telah terjadi merupakan kegiatan
intervensi terhadap
> BI. Sayangnya, dalam UU BI tersebut tidak ada penjelasan jika terjadi
intervensi, pihak
> manakah yang berwenang untuk melakukan tindakan hukum. Mungkin untuk
hal-hal lain dapat
> dikerjakan oleh Kejaksaan Agung, namun dalam kasus ini tidak mungkin,
tidak ada
> pengaturan.
>
> Lalu, jika melihat akibat langsung atau tidak langsung penahanannya
terhadap pergerakan
> ekonomi Indonesia, pastilah ada. Besar atau kecil pasti ada pengaruhnya
terutama terhadap
> kepercayaan publik atau dunia internasional terhadap independensi BI.
Dunia internasional
> menilai kredibilitas bank sentral menurun.
>
> Suatu bukti penilaian luar negeri. Sebelum ia ditahan, waktu itu Indonesia
adalah calon
> anggota Bank for Intenational Settlement (bank sentral dari seluruh bank
sentral) yang
> berada di Swiss. Anggotanya biasanya berasal dari negara-negara maju saja.
Kemudian
> diperluas dengan memasukkan bank sentral yang mereka anggap layak
dijadikan anggota. Pada
> waktu itu yang menjadi calon di Asia adalah Thailand, Indonesia, Malaysia
dan Singapura,
> sementara New Zealand yang meminta menjadi anggota tidak diterima.
>
> Namun ketika proses keanggotaan tersebut berjalan, tiba-tiba Syahril
dijadikan tersangka.
> Akibatnya penerimaan keanggotaan BI ditunda. Mereka menilai BI tidak
independen, masih
> dapat di intervensi.
>
> Sampai akhirnya, setelah Syahril Sabirin di vonis bebas, ia berkunjung ke
Mexico sebagai
> undangan. Di sana ia berbicara dengan General Manajer BIS, Mr Andrew
Croket. Hasilnya,
> kemungkinan pada Juni 2003, BI dapat diterima menjadi anggota.
>
> Sementara, timnya pun tampak makin solid. Ini terlihat dari perkembangan
rupiah yang
> relatif stabil. Bahkan dengan guncangan bom di Bali, rupiah hanya
terkoreksi sedikit
> menjadi sekitar Rp 9.300 per dolar AS. Selain dari tingkat kredibilitas
BI, sebagai modal
> utama, tampaknya sikap konsisten dalam mengadakan intervensi ke pasar juga
benar-benar
> nyata sehingga dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah.
>
> Ini tentu tak terlepas dari manajemen SDM di BI. "Saya dari dahulu percaya
bahwa SDM di
> BI lebih baik," kata Doktor bidang Ekonomi Moneter dan Internasional dari
Vanderbilt
> University, USA (1979) ini. Namun, katanya BI juga bersikap tegas dalam
menegakkan
> aturan. Jika ada pelanggaran, langsung ditindak bahkan kalau perlu di
pecat. Karena untuk
> dapat bekerja di bank sentral, kejujuran merupakan modal utama. Maka jika
ada pelanggaran
> yang menyangkut ketidakjujuran itu tidak dapat ditolerir.
>
> Falsafah dan Masa Kecil
>
> Masa kecil Syahril Sabirin yang lahir di Bukit Tinggi, pada 14 Oktober
1943 ini
> biasa-biasa saja, sebagaimana layaknya anak-anak pada masanya. Tapi
pendidikan yang
> diterimanya ketika kecil memberikan kesan yang mendalam baginya.
>
> Dari tingkat SR (Sekolah Rakyat-Sekolah Dasar sekarang) hingga SMA, ia
bersekolah di
> Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Ia tinggal bersama orang tuanya. Sang Ayah
seorang pegawai
> di sebuah perusahaan yang sekarang menjadi PLN. Pernah juga mengajar
teknik. Belakangan
> ia membangun perusahaan kecil-kecilan dengan nama Biro Tekhnik yang
mengurusi pelayanan
> jasa instalasi listrik. Sementara ibunya seorang ibu rumah tangga.
>
> Orang tua Syahril menanamkan betul pentingnya kejujuran dan jangan
mengambil milik atau
> hak orang lain. Tanpa disadarinya, petuah orang tuanya itu menjadi salah
satu prinsip
> hidupnya. Jujur dan jangan pernah mengambil milik atau hak orang lain.
Walau sekecil
> apapun milik orang jika diambil adalah salah dan akan menyusahkan hidup.
Prinsip ini
> selalu ia ingat.
>
> Falsafah hidupnya juga sangat sederhana. Bagaimana menjadi orang yang
berguna bagi orang
> lain serta berusaha jangan sampai menyusahkan orang lain. Ia selalu
berupaya agar
> kehadirannya bermanfaat ditengah-tengah kehidupan orang lain.
>
> Obsesi dan ambisinya juga tidak terlalu besar. Seperti pada tahun 1993,
ketika
> berakhirnya masa tugas Adrianus Mooy sebagai Gubernur BI. Saat itu,
tokoh-tokoh BI
> mencari calon pengganti. Salah seorang calon adalah J. Soedradjad
Djiwandono. Namun perlu
> juga ada calon tandingan. Waktu itu BJ Habibie belum mengenalnya. Lalu,
Habibie bertanya
> kepada orang-orang senior di BI. Mereka merekomendasikan Syahril Sabirin.
Setelah itu ada
> orang menghubunginya untuk masuk dalam pencalonan Gubernur BI. Ia hanya
mengatakan siap
> kalau memang untuk kepentingan bangsa. Ketika itu, Djiwandono yang
terpilih karena ia
> memang calon kuat.
>
> Syahril Sabirin mengatakan bahwa dirinya bukan orang yang ambisius
terhadap jabatan. Ia
> hanya punya ambisi dalam pengertian melakukan sesuatu hingga berhasil.
Untuk mencapai
> keberhasilan kerja atau prestasi itu, ia akan melakukannya dengan
sungguh-sungguh dan
> sebaik-baiknya.
>
> Semasa kecil Syahril bercita-cita menjadi insinyur. Ia paling suka pada
pelajaran
> matematika dan ilmu ukur. Namun pada masa PRRI (1958-1959), ketika ujian
ilmu ukur,
> terjadi perang, sehingga ia tidak bisa ikut ujian. Padahal itu ujian
kenaikan, ke kelas 3
> SMA. Saat pembagian jurusan, ada bagian A (jurusan sosial dan budaya) dan
B (jurusan ilmu
> pasti alam). Sempat juga ia berpikir apakah mesti mengulang kembali. Tapi
akhirnya ia
> terima saja, ia masuk ke kelas 3 bagian A.
>
> Setelah lulus SMA tahun 1962, ia bersama dua orang teman berangkat ke
Jakarta, naik kapal
> laut. Pada masa itu transportasi sangat sulit. Mereka hanya dapat membeli
tiket dari calo
> yang harga sudah berlipat-lipat dari harga resmi. Setelah dibayar, tiket
tidak diterima.
> Katanya akan diterima setelah berada dalam kapal. Setelah di atas kapal,
mereka pun
> meminta tiket itu. Tapi setelah itu si calo menghilang tanpa memberikan
tiket. Untung
> waktu itu mereka tidak tertangkap sehingga tidak perlu dihukum mencuci
piring atau
> membersihkan kamar mandi. Pada saat itu memang kondisi kapal sangat
memprihatinkan. Untuk
> dapat menggelar tikar saja sulit sekali saking penuhnya kapal.
>
> Kebijakannya di BI
> Kembali ke soal beberapa kebijakannya dalam memimpin BI, diantaranya
ketika menaikkan
> suku bunga yang sangat tinggi hingga mencapai 60%, yang ketika itu banyak
menimbulkan
> kritikan orang. Ia mengatakan kebijakan itu diambil karena arus likuiditas
yang sangat
> besar, inflasi tinggi dan rupiah melemah. Sehingga ini adalah satu-satunya
cara, kecuali
> kepercayaan publik terhadap upaya-upaya pemulihan ekonomi meningkat.
>
>
>
> Tugas petama BI dalam independensinya adalah menjaga kestabilan nilai
rupiah. Salah satu
> ukurannya yaitu inflasi. Seperti ketika inflasi meningkat, sementara
pemerintah
> memerlukan kredit dalam pembangunan tertentu, jika BI memberikan kredit
tersebut, akan
> berakibat inflasi semakin menjadi. Contohnya pada masa pemerintahan Bung
Karno. Ketika
> itu BI terus mencetak uang sehingga inflasi sampai 600%.
>
>
> BI setiap minggu malakukan langkah-langkah yang perlu diambil dalam
menghadapi keadaan
> moneter yang sedang berlangsung. Terutana dalam kaitanya dengan nilai
tukar rupiah, BI
> selalu siap. Begitu juga ketika hendak melakukan intervensi pasar,
benar-benar upaya
> tersebut dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah.
>
>
> Tentang isu uang seri ganda, menurutnya itu adalah isu klasik. Sebab,
ketika diminta
> buktinya, ternyata tidak ada. "Lebih marak pemberitaan uang palsu daripada
peredaran uang
> palsu itu sendiri. Kalau kita lihat dari jumlah tidak banyak perubahan
dari waktu ke
> waktu. Namun kami juga sangat berterima kasih dan memberi acungan jempol
terhadap usaha
> yang dilakukan kepolisian yang mampu memecahkan kasus-kasus uang palsu"
katanya
> mengakhiri percakapan.
>
> *** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
>
> __________________________________
> Do you Yahoo!?
> The New Yahoo! Shopping - with improved product search
> http://shopping.yahoo.com
>
> ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-->
> Buy Ink Cartridges or Refill Kits for your HP, Epson, Canon or Lexmark
> Printer at MyInks.com. Free s/h on orders $50 or more to the US & Canada.
> http://www.c1tracking.com/l.asp?cid=5511
> http://us.click.yahoo.com/mOAaAA/3exGAA/qnsNAA/vbOolB/TM
> ---------------------------------------------------------------------~->
>
> ¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨
> Untuk mendaftar, berhenti jadi anggota, ubah email,
> dan lain-lain, silahkan klik homepage milis di
> http://groups.yahoo.com/group/urangawak
> İş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİİş°¨¨°şİ
>
> Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/
>
>

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
----------------------------------------------------
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
========================================

Kirim email ke