Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jadi maksudnya Om Arman, bisa jadi itu kuburan emang tempat peristirahatan Datuak 
Perpatih Nan Sabatang, tapi bukan datuak Perpatih sebagai peletak dasar2 adat 
Minangkabau saat gunung merapi masih sagadang talua ayam ya, Om? Maksudnya itu adalah 
datuak Perpatih yang lain?

Cuma saya jadi bertanya-tanya, apa memang benar ada dua persons itu sebagai titik 
tolak dan peletak adat istiadat itu di Minangkabau? Apa tidak ada kemungkinan bahwa 
datuak perpatih dan datuak ketemengungan hanya tokoh ciptaan tukang kaba saja sebagai 
cerita pengantar tidur? Dalam kehidupan sosial yang belum begitu berkembang, 
sepertinya manusia agak kesulitan mengungkapkan konsep2 abstrak. Jadi bisa saja 
terjadi si Tukang Kaba yang hidup beratus2 tahun yang lalu dimana kehidupan sosial 
belum berkembang namun doi sedikit kreatif dan berfikir bahwa bila "ada sesuatu" pasti 
ada penciptanya. Maksudnya bila orang Minang memiliki adat yaitu seperangkat tools 
dalam mengatur kehidupan sosial, pasti ada yang menciptakan.

Cuma dari baca2 saya tahu bahwa adat istiadat tidak dibuat begitu saja, tidak terjadi 
dalam hitungan hari atau bulan seperti orang menyusun undang2 dalam negara modern 
sekarang ini. Adat istiadat itu terbentuk sepanjang sejarah manusianya. Mengalami try 
and eror, bongkar pasang, menyusut dan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan 
perkembangan suatu masyarakat.

Contohnya apakah adat anak dipangku kemenakan dibimbiang di Minangkabau saat ini masih 
berlaku alias di praktekan? Kalau dimulut sih masih, tapi di tataran empiris? No way 
lah! Nah, dengan alasan itulah saya tidak begitu yakin bahwa sistem matrilineal, 
misalnya, ditemukan oleh datuak perpatih dan temannya. Untuk saya lebih masuk akal 
bila kita katakan bahwa datuak perpatih ini memang pernah hidup, menjadi ninik mamak 
di Minangkabau, mengalami pengkhultusan individu sebagai pendiri adat akibat cerita 
bersambung dari mulut kemulut.Jangankan jaman baheula, jaman sekarang saja orang 
Minang tidak begitu kritis dan lebih suka menerima satu kebenaran sebagai kebenaran 
mutlak. Jadi bila ada yang mengatakan bahwa datuak perpatih adalah nenek moyang dan 
sebagai peletak dasar adat orang Minang, di he'eh kan begitu saja. Untuk saya lebih 
masuk akal jika kita katakan bahwa adat istiadat minangkabau itu terbentuk karena 
kebutuhan masyarakat secara bersama-sama melalui sejarah dan bukan temuan satu dua 
orang nenek moyang.

Tapi bila ada yang menemukan kuburan datuak perpatih dan dijadikan sebagai objek 
wisata sejarah misalnya, ya boleh2 saja, nama juga dagang ya, gak?

--Gm


----- Original Message ----- 
From: "Arman Bahar" <[EMAIL PROTECTED]>

Bisa jadi itu memang benar kuburan Dt. Parpatiah nan Sabatang, namun paralu
di-ingek bahwa urang nan bagala Dt. Parpatiah nan Sabatang itu kan banyak
dek karano itu bukan namo yang melekat pada diri seseorang, sebuah gelar nan
dipakai turun tamurun bak kecek rang tuo2 kito juo go eh, Ramo2 sikumbang
janti, Katiak Endah pulang bakudo, patah tumbuah ilang baganti, pusako turun
dari nan tuo ka nan mudo

Jadi gala pusako Dt. Parpatiah Nan Sabatang tu indak sorang urang nan
mamakainyo doh, turun ganti ba ganti dari satu generasi ke generasi
berikutnya



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
----------------------------------------------------
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
=======================================

Kirim email ke