Hendra Messa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Iraf di Bogasari mungkin bisa carito pulo , mengenai
ba'a orang Indonesia akhirnya jadi ketergantungan yo
gandum dan kedelai dari luar negeri , padahal konsumsi
tepung terigu sudah begitu tinggi nya ( nilai nya
lebih dari import beras )
Bogasari hanyo bisa manggiliang gandum sajo, tapi
indak ado budidaya gandum yg cukup di Indonesia ,
nagari nan salaweh ko.

****

Karena hendra nyebut nama saya dan mengaitkan dengan bogasari, maka sebagai PR Bogasari saya wajib ngejawab dong ya? :)  Tapi saya hanya cerita mengenai gandum aja .. kalo tambah yang lain-lain ntar kepanjangan :)

Kita tergantung pada gandum import karena memang belum bisa memproduksi sendiri, ndra :) Jadi ya 100% kebutuhan gandum di tanah air masih diimport.  Kalo hendra bilang Bogasari "hanya bisa menggiling gandum" tapi indak ado budidaya ... ya memang begitu.  Pertama karena kita memang industri penggilingan gandum, bukan perusahaan agro industri.. jadi ya tidak prioritas pada budidaya.  Kedua karena sampai tahun 1998, bogasari memang "hanya tukang giling" gandum, karena semua gandum yang digiling tsb adalah milik BULOG.  Jadi baru setelah tahun 1998 Bogasari menjadi "industri" beneran.  Makanya baru setelah tahun-tahun itu pula bogasari bisa melakukan berbagai terobosan, termasuk budidaya gandum.

Sebagai perusahaan pangan terbesar di Indonesia, apalagi sebagai flour mills terbesar di dunia (ironi ya, indonesia gak ngasilin gandum tapi punya the biggest flour mills di dunia) bogasari udah banyak berupaya kok agar gandum bisa tumbuh di indonesia.  FYI, mulai tahun 2000, Bogasari bekerjasama dengan berbagai PT mencoba melakukan uji coba budidaya gandum di beberapa kota. Hasilnya lumayan bagus.  Upaya ini masih berlanjut sampai hari ini.  Awalnya proyek ini benar-benar dilakukan bogasari sendiri dengan perguruan tinggi, tapi belakangan pemerintah sudah mulai terlibat.   Dari hanya 4 lokasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah, sekarang sudah di 21 lokasi kita coba uji tanam gandum.  Bahkan di Pasuruan, kita menyediakan flour mills mini untuk disumbangkan kepada masyarakat setempat.  Disana mereka tanam gandum sendiri, panen, dan giling sendiri untuk dipakai sendiri pula.  Upaya-upaya seperti ini akan terus dikembangkan Bogasari.  Memang prioritas saat ini hanya agar gandum bisa tumbuh dan dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar dulu.  Kalo untuk memenuhi kapasitas produksi Bogasari ya mungkin  masih butuh waktu belasan tahun untuk mewujudkannya (itu juga kalo sukses :). 

Salah satu faktor kenapa agak sulit membudidayakan gandum karena keterbatasan lahan.  Dari uji coba yang udah dilakukan, gandum bisa tumbuh bagus di sini pada ketinggian di atas 800 mdpl.  Kebayang dong di lahan yg demikian, gandum harus 'berebut' dengan tanaman palawija yang punya nilai ekonomis lebih tinggi.  Tapi jgn khawatir, penelitian ini  akan terus dilaksanakan.  Siapa tau besok didapat varietas gandum yang gak perlu tumbuh diketinggian lagi.  Sapa tau pula besok-besok "piaman laweh" bisa dijadikan ladang gandum :)

Tapi sampai hari ini, kalo pun bisa dihasilkan gandum untuk di giling di bogasari, jatuh nya tetap lebih murah mengimpor dibandingin nanam sendiri..:) FYI, harga gandum jauh lebih murah dibandingin beras (gandum + 120 USD per MT, sedangkan beras sekitar + 230 USD per MT). 

Jadi makin banyak orang yang makan gandum dibanding beras jauh akan lebih baik buat penganekaragaman pangan dan ketahanan pangan :) Setidaknya ketergantungan akan beras makin berkurang, soalnya beras kan juga masih perlu diimport.   Lagian, kandungan gizi gandum juga jauh lebih tinggi daripada beras. 

Sebenarnya dari beberapa data diketahui, jaman belanda dulu gandum pernah tumbuh lho di indonesia. Tapi begitu indonesia merdeka, pemerintah melarang menanam gandum.  Mungkin krn mengingatkan pada kolonialisme kali ya ? :) 

Iraf


Do you Yahoo!?
The New Yahoo! Shopping - with improved product search

Reply via email to