Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


http://www.media-indonesia.com 
Caleg Jadi Dikenai Tarif Tinggi Sekitar Rp400 Juta Setiap Orang 


JAKARTA (Media): Hampir semua partai politik (parpol) memasang tarif tinggi 
untuk calon anggota legislatif nomor jadi pada Pemilu 2004. 

Presiden Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Eropa Pipit Rochijat 
Kartawidjaja mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, kemarin. 

Menurut dia, pungutan kepada para calon anggota legislatif (caleg) akan 
mengurangi komitmen mereka kepada konstituen. Dikhawatirkan, periode 
keanggotaan mereka di DPR/DPRD lebih banyak diisi dengan 
pertimbangan-pertimbangan praktis bagaimana mengembalikan jumlah saham yang 
telah ditanam. 

"Itu menakutkan sama sekali. Mereka jelas ingin mengambil kembali uang yang 
telah diberikan kepada partai. Posisi tawar mereka terhadap parpol akan 
menjadi kuat. Akibatnya, parpol akan melemah," tukasnya. 

Berdasarkan pemantauan di wilayah Sumatra Utara (Sumut), lanjut Pipit, 
kepada calon anggota DPRD provinsi, parpol semisal PDI Perjuangan (PDIP) dan 
Partai Golkar meminta iuran Rp200 juta-Rp300 juta untuk 'kursi jadi', nomor 
urut satu dan dua. Sedangkan untuk calon anggota DPR dipatok setoran uang 
Rp400 juta. "Ini saya dengar dari caleg sendiri di beberapa daerah di Sumut. 
Daerah lain pasti lebih banyak," katanya. 

Selain itu, menurut Pipit, ada sumbangan yang mesti diserahkan para caleg 
dengan kisaran rata-rata Rp16 juta untuk pengganti biaya administrasi. 
Sumbangan sebanyak ini ditemui di hampir semua parpol semisal Partai 
Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, termasuk PDIP dan Partai 
Golkar. "Untuk Partai Amanat Nasional, jumlahnya bervariasi di bawah itu, 
sekitar Rp1,5 juta. Namanya disebut infak. Ini mengejutkan karena mereka 
mengaku sebagai partai reformis," ujarnya. 

Pipit tidak menemukan praktik serupa di Partai Keadilan Sejahtera. Dalam 
pengamatan dia, partai yang dulu bernama Partai Keadilan ini tidak memungut 
biaya apa pun. "Mereka tidak kejangkitan penyakit semua urusan mesti uang 
tunai," Pipit memelesetkan 'Sumut' yang sering dipanjangkan dengan 'semua 
urusan mesti uang tunai'. 

Mengomentari temuan Pipit, Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat 
PAN M Yasin Kara mengakui partainya sama sekali tidak ditopang dana yang 
memadai. Walhasil, kata dia, mau tidak mau otomatis beban biaya administrasi 
dipikulkan kepada para caleg. "Ini sifatnya sukarela, tidak dipatok harus 
sekian," katanya. 

Pihaknya, sambung Yasin, akan sangat menghargai siapa pun caleg yang 
bersedia dan ikhlas menyumbang lebih banyak. "Tetapi, kami tetap mengacu 
pada ketentuan UU Pemilu," tegasnya. 

Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR Yahya Zaini mengatakan Dewan Pimpinan 
Pusat Partai Golkar sejauh ini belum memutuskan apakah setiap caleg 
diwajibkan memberikan kontribusi kepada partai. "Walaupun ada, baru sebatas 
usulan dari pengurus di daerah supaya caleg memberi secara sukarela untuk 
partai." 

Ia menegaskan keharusan untuk menyumbangkan dana kepada partai dapat 
dipahami karena masing-masing parpol tentu kesulitan pendanaan dalam 
memenuhi kebutuhan menjelang kampanye nanti. "Ini sebetulnya disebabkan 
iuran internal partai yang belum jalan." 

Wakil Sekjen DPP PDIP Pramono Anung pun membantah temuan KIPP. "Saya jamin, PDIP tidak 
memungut sepeser pun. Kami menjaring caleg dari bawah," katanya. 
(Ims/P-2) 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
----------------------------------------------------
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
========================================

Kirim email ke