Menukil kembali Catatan perjalanan :
Mengikuti Kunjungan Presiden Anwar Sadat Ke Jerusalem (15) Oleh : Zulharbi Salim "Apakah anda tidak merasa khawatir untuk berbicara bebas dengan wartawan?" Tanya saya kepada salah seorang anggota Knesset dari West Bank (Tepi Barat). "Apa yang harus ditakutkan, hak bersuara dan kemerdekaan menyatakan pendapat dijamin oleh undang-undang", katanya tegas. Bagaimanapun juga, setiap keputusan yang akan diambil pemerintah Israel harus melalui persetujuan Knesset lebih dahulu. Knesset amat menentukan dan berhak menvoting serta memveto keputusan pemerintah. Kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Israel, lebih dahulu sudah disetujui oleh Knessset. "Khusus bagi kami warga Arab yang ada di Israel sekarang ini, sangat gembira dan menyambut baik kedatangan Presiden Anwar Sadat untuk menyampaikan piatonya di depan Knesset, guna terciptanya perdamaian yang kekal dan abadi. Sejak berdirnya negara Israel lebih 30 tahun yang lalu belum pernah ada seorang Kepala Negara Arab yang berani berhadapan muka dengan musuhnya, kecuali baru Presiden Anwar Sadat". Demikian penjelasan yang diberikan oleh salah seorang anggota Knesset wakil dari West Bank. Demikian pula poll pendapat yang kita kumpulkan dari beberapa kelangan tertentu. Di Hotel Diplomat, salah seorang Kepala Bagian Restoran adalah orang Arab keturunan Palestina, Khalid Abou Hilal (32), kelahiran desa Safarji menjelaskan bahwa di Israel sekarang memang ada jaminan kebebasan menyatakan pendapat. Waktu saya lulus SMA, mencari pekerjaan sangat susah karena dalam keadaan darurat perang. Khalid berkisah : "Saya semula bermaksud meninggalkan Israel ke Beirut atau ke Damaskus atau lebih dekat ke Amman untuk mencari pekerjaan. Tetapi saat itu perang berkobar, saya ditahan diperbatasan dan dikembalikan ke Tel Aviv. Di Tel Aviv saya bekerja di restoran kecil. Melalui sebuah pengumuman saya mendaftarkan diri masuk Kursus Perhotelan dan ternyata diterima dan dikirim ke Negeri Belanda". "Oh, good Nederland spreken", ucap saya menyelingi. "Yah, smallen", katanya. "Setelah tamat dari Amsterdam, kembali ke Palestina dan bekerja di Hotel Diplomat, menjabat Kepala Bagian Restoran. Semula saya tidak hendak kembali ke Israel, ingin menetap di Negeri Belanda, tetapi karena terikat dengan kontrak tugas belajar, saya harus kembali ke Israel". "Berapa gaji anda?" "Yah, sekitar 60.000 IL (Israel Lira) sebulan. Sekitar 400 USA dollar, cukup lumayan bagi seorang kepala restoran dan gaji stafnya sekitar USA 200-300 dollar perbulan. "Kalau demikian anda sudah cukup senang disini?" "Yah, demikianlah", katanya. "Dalam prinsip saya adalah orang Arab Palestina, bagaimanapun juga saya harus mendukung perjuangan bangsa dan warga Arab yang berjuang di Israel. Dengan berkunjungnya Presiden Anwar Sadat kesini amat berkesan bagi bangsa Arab di Israel. Saya dibesarkan di pedalaman, saya merasa dekat dengan orang-orang Mesir atau orang-oranag Yordan. Kampung saya tidak berapa jauh dari Sungai Yordan di West Bank". Mengenai Knesset Israel dijelaskannya bahwa mereka adalah wakil-wakil yang dapat dipecaya, dan itu adalah urusan politik, katanya mengakhiri pembicaraan. (bersambung) --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Kami mengundang sanak untuk hadir dalam acara: "Wartawan mengajak Berdoa Bersama untuk Keselamatan Negeri" pada tanggal 8 April 2007 jam 08:00 di Masjid Istiglal. Acara ini terpicu oleh musibah terbakarnya Ustano Pagaruyuang dan Gempa di Sumbar. Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---