Berikut esai menarik yang saya dapatkan dari blog. http://sebelas4.blogspot.com/2006_11_01_archive.html -----------------------------------------------------
Mesjid Pak Mentri. Banyak orang Padang (Baca : Orang Sumatera Barat atau Orang Minangkabau) yang menjadi Mentri atau pernah menjadi Mentri di tanah air. Sebut saja Emil Salim, lalu Harun Zain, kemudian diteruskan pula oleh Azwar Anas, Hasan Basri Durin, selanjutnya Tarmidzi Taher dan sekarang ada Bachtiar Chamsyah. Saya masih teringat, ketika Harun Zain yang berasal dari Pariaman menjadi Mentri, maka kampung halaman beliau menjadi berubah. Jika dulu orang ke Pantai Pariaman hanya untuk buang hajat besar, maka ketika Harun Zain jadi Mentri, Pantai Pariaman berubah menjadi salah satu objek wisata di Sumatera Barat. Cerita yang sama juga terjadi ketika Azwar Anas dan Hasan Basri Durin duduk di kabinet. Generasi Mentri selanjutnya adalah Tarmidzi Taher. Menjadi hal yang lumrah ketika menjadi Menteri maka kampung halamannya juga berubah, menjadi lebih baik. Ada sebuah mesjid yang dibangun oleh Tarmidzi Taher di kampungnya, Padang Panjang. Sebuah mesjid yang indah dan ramai dikunjungi, terletak di pinggir jalan raya antar kota. Saya sempat mampir dan sholat maghrib di mesjid ini. Sayang sekali, airnya irit (kecil, hampir menetes) dan WC nya jorok. Mungkin pengurus mesjidnya tidak siap ketika lebaran banyak yang numpang sholat di sana. Sebuah mesjid indah juga dibangun oleh Bachtiar Chamsyah, yang saat ini masih menjabat sebagai Mentri Sosial. Mesjid itu dibangun di tepi danau Maninjau, di desa bernama Bayur (baca: Bayua). Ketika berkunjung ke Maninjau, direncanakan saya sholat Jumat di sana. Tetapi, karena rombongan kami terpisah dan cari-carian, alhasil saya hanya sekelebat lewat di mesjid yang indah itu. Indah betul, megah. Ditambah dengan lingkungannya yang masih alami serta danau Maninjau yang terhampar di seberangnya. Mesjid, mushola atau surau di Sumatera Barat banyak sekali jumlahnya. Saya pernah mendengar bahwa propinsi itu dijuluki Negeri 1000 Mesjid. Jika dari Bukittinggi menuju Padang Panjang, puluhan tempat ibadah sangat mudah ditemukan di kiri kanan jalan, yang berjarak kira-kira 30 KM itu. Menuju ke Maninjau, juga begitu banyak mesjid, mushola atau surau dengan berbagai macam arsitektur, terutama di desa Koto Baru, yang konon dibangun oleh saudagar pedagang emas di wilayah Melawai, Jakarta Selatan dan sekitarnya. Terbersit pikiran dalam hati, apakah tempat ibadah itu juga ramai pada hari-hari biasa? Jika Saat Hari Raya banyak yang pulang kampung, lalu mereka berkegiatan di Mesjid, Mushola atau Surau, bagaimana dengan di hari biasa? Siapa yang meramaikan Rumah Allah itu? Membangun rumah ibadah tentu saja cara cespleng untuk mengumpulkan poin agar dapat tiket masuk surga. Tapi kalau kemudian bagunan indah itu ditinggal kosong? Tentuny gak mudah mendapatkan tiket itu. Seandainya nih... seandainya saja saya jadi mentri atau punya uang lebih. Apakah saya akan bangun mesjid juga? Jadi, saya berpikir mungkin akan membiayai anak-anak sekolah anak-anak saja. Biar mereka pintar, mandiri dan memiliki masa depan yang lebih baik. Kemudian, mereka diajak untuk meramaikan mesjid yang ada. Bisa khan? Insya Allah...... ____________________________________________________________________________________ No need to miss a message. Get email on-the-go with Yahoo! Mail for Mobile. Get started. http://mobile.yahoo.com/mail --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Kami mengundang sanak untuk hadir dalam acara: "Wartawan mengajak Berdoa Bersama untuk Keselamatan Negeri" pada tanggal 8 April 2007 jam 08:00 di Masjid Istiglal. Acara ini terpicu oleh musibah terbakarnya Ustano Pagaruyuang dan Gempa di Sumbar. Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---