Saya rasa point of view kita sudah sama Pak Jabok.  Sejumlah individu rumah 
tangga dan golongan tertentu telah berubah dimana adat telah diselaraskan 
dengan agama.  Mungkin tugas kita dalam melembagakan perubahan ini menjadi 
sebuah konvensi yang mengikat bisa kita laksanakan.
   
  Senang berdiskusi dengan anda Pak Jabok.  Kapan kita ngobrol lagi?  Minggu 
lalu saya sebenarnya ke Jogja.  Cuma karena satu malam saja, tiba sore dan ke 
Jakarta lagi paginya.  Saya tidak bisa menghubungi Bapak.  

sutan jabok <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    MS:
  Inilah yang menjadi ketakutan kita bersama Pak Jabok.  Sebuah proses yang 
dimulai dari ignorance sementara, lalu perlahan mulai melepaskan diri, dan 
akhirnya memandang masalah adat vs agama menjadi sebuah permasalahan hitam 
putih.  Akhirnya kita balik kanan.  Sebuah pertanyaan muncul, apakah untuk 
menjalankan agama kita harus melepaskan dulu keminangkabauan kita? Pertanyaan 
ini bisa akan terus punya rentetan. Ketika dihadapkan pada permasalahan 
lahan/tanah ulayat sebagai sebuah resources ekonomi, apakah kita meninggalkan 
keminangkabauan kita?
   
  st.jabok:
  tak perlu, dulu mungkin di zaman para wahabi perlu area hitam atau putih, 
tapi kini semakin berkembangnya budaya, mulai dikenalnya asimilasi budaya, 
kenapa tidak. yang menjadi alternatif kemudian, kita perlu membangun center of 
excellence, tempat pembelajaran bagi semua yang bersimbiosis mutlak dengan 
perkembangan masyarakat... kita perlu buya2 dan syekh2 baru disini... mungkin 
bpk. mantari sutan bisa mencoba... mengenai permaslahan lahan dan tanah ulayat, 
sekali lagi saya sampaikan, bila kita mau memandang sistem adat yang modern 
[entah modern atau tidak, tapi tengoklah suku yang besar dan berkembang di 
daerah perkotaan, kotamadya sekarang, dsb..], maka sistem adat itu sudah mulai 
beradaptasi buakn sekedar urusan sanak sa paruik, tapi ado juo karena sebab2 
nan lain ia bersuku, seperti meminta jadi suku A atau karena dianggap berperan 
besar mengembangkan kampung di daulat masuk suku B. sehingga lahan/tanah ulayat 
sama statusnya sebagai harta waqaf yang diperuntukkan untuk
 kepentingan umat/masyarakat.
  
  MS:
  Untuk beberapa hal saya setuju dengan anda Pak Jabok, terutama berkaitan 
dengan pendidikan.  Kembali kepada sistem waris dan sistem keturunan-bagian 
yang paling dikritisi Pak Saaf-, bagaimana buya Hamka menerapkan di keluarga 
bisa kita jadikan contoh di tingkat individu rumah tangga telah terjadi 
perubahan sistem tata waris dan keturunan.
   
  st. jabok:
  tak dipungkiri lagi, buya hamka berperan besar memasyarakatkan itu semua, 
tapi seperti yang diceritakan buya hamka sendiri, kebanyakan apa yang beliau 
inspirasikan berasal dari dokumentasi beliau terhadap perjalanan ayahnya dan 
kawan2nya, djamil djambek, ibrahim musa parabek, abbas abdullah, mustafa 
abdullah, dsb... mereka itu yang berijtihad dan mengokokohkan perubahan atas 
adat ABS-SBK, setalah generasi pertama dari orang2 tua mereka, harimau nan 
salapan... artinya masihkan kita naif bahwa apa yg kita bicarakan tentang 
sistem waris adat itu sudah tidak berlaku lagi di tataran real budaya minang 
yang sekarang... masalah sistem keturunan, sejak jaman bergulirnya ABS-SBK itu 
orang minang malu klo' tidak beragama islam, jadi sudah pasti dia tau bapak 
dari kakeknya, dan itu kemajuan besar dari ABS-SBK yang masih kita bilang 
dewasa ini tidak relevan... besok ketika orang minang telah tangga islamnya, 
anak2 mereka akan panggil bapaknya, "hey, you, sir"... jadi jangan terkecoh
 dengan pemikiran kita sendiri yang ternyata lebih usang dari realita yang ada 
sekarang...
  saya suka anjuran mantari sutan dengan pembebasan pikiran...
   

    MS:
  DI Sumatera Barat ada banyak nagari Pak Jabok.  Untuk nagari-nagari yang anda 
sebutkan, perlu juga dikaji lebih jauh bagaimana persepsi penduduknya terhadap 
adat dan agama.  Jangan-jangan (mudah-mudahan salah), untuk permasalahan 
tertentu mereka melepaskan dulu keminangkabauan mereka.
   
  Bukan sebuah generalisasi Pak Jabok.  Kita hanya mencoba menyelaraskan 
bagian-bagian kebiasaan kita di ranah selama ini, yang dirasakan belum selaras 
dengan Agama.  Kalau memang kita hendak menjadikan agama sebagai acuan paling 
atas dalam sistem nilai komunal kita.  Syarak mangato adat mamakai.  Kembali 
saya bertanya kepada Bapak Jabok, apakah sistem waris
   
  st.jabok:
  jangan salah bpk.mantari, pergolakan kembali atas keabsahan adat (padahal 
karena menguntungkan mereka) sekarang sudah tergerogoti, putusnya regenerasi 
dari jaman sumatera thawalib ini, telah menyebabkan minangkabau tidak munculnya 
pembaharu2 baru dari dan untuk minangkabau... 
   
  saya ada usul bagaimana pak mantari mencari novel yang dikarang novia 
syahidah, novelis dari payakumbuh, tentang kehidupan para syekh dan adat 
minangkabau sendiri... tampaknya tidak... sampai sekarang yang membimbing saya 
adalah keluarga bako saya, dan bagaimana mak tuo berkata mamak den (syekh 
abbas) nan mambuek rumah gadang ko untuk kami (anak kamanakan)... jadi yang 
anda khawatirkan tidak terjadi dalam kasus saya... dan sayamasih yakin dengan 
perkembangan di tempat yang lain....
   
    MS:
  Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Anda Pak Jabok.  Anda dan keluarga 
besar berbeda dengan minangkabau kebanyakan.  Sedikit banyak saya tahu keluarga 
anda yang memang dari dulu dikenal sebagai keluarga ulama.  Keluarga besar anda 
saya rasa memiliki point of view yang berlainan dengan kami minang kebanyakan 
ini.  CMIIW Pak Jabok..
   
  st.jabok;
  anda terlalu berlebihan pak mantari... dan terlalu berlebihan juga tentang 
keluarga saya... mereka sudah hampir punah... dan akhirnya tanggung jawab ini 
saya anggap sebagai tanggung jawab darah [syariat] bukan adat, yang jatuh ke 
kamanakan... dulu mungkin berbeda, tapi sekarang kita mulai dari starting point 
yang sama... saya membangun dari apa yang pernah ada, sedangkan anda mungkin 
membangun yang baru... bukankah begitu cara tuhan mengajarkan kita untuk saling 
belajar...


    
---------------------------------
  Don't get soaked. Take a quick peek at the forecast 
with theYahoo! Search weather shortcut. 



 
---------------------------------
It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Kami mengundang sanak untuk hadir dalam acara: "Wartawan mengajak Berdoa 
Bersama untuk Keselamatan Negeri" pada tanggal 8 April 2007 jam 08:00 di Masjid 
Istiglal. Acara ini terpicu oleh musibah terbakarnya Ustano Pagaruyuang dan 
Gempa di Sumbar.

Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke