Ass Wr Wb Rekan2 Sanak Arnoldison sarato seluruh dunsanak di Palanta ko,

Pendapat Dunsanak Arnoldison : Kalau manuruik pandapek ambo, keberhasilan
surau bukanlah terletak pada bentuk fisik.....,

Ambo setuju dengan pendapek Dunsanak Arnoldison ko,intinya Ruh atau nawaitu
dari Pendidikan Surau itulah kunci sabananyo.
Di Surau anak2 dididik dengan niat agar dia menjadi manusia yang
paripurna,dididik etika dan sopan santun,Otaknyo berisi Ilmu pengetahuan
yang berguna buat hidup dan kehidupan mereka dan Bathinnya pun penuh berisi
dibekali IMAN yang kuat kepada Allah yang dibekali oleh guru2 mereka, dan
guru2 mereka mengajarkan semuanya ini dengan   niat ikhlas lilahi ta'ala
karena Allah.Dan disitulah letak kunci keunggulan mereka sebenarnya...yang
mendatangkan "Keridhoan Allah kepada Mereka"....Jika manusia itu pandai
bersyukur dan bertaqwa kepada Allah,maka akan Allah datangkan nikmat dari
langit dan nikmat dari dalam bumi...itu janji Allah dalam Al Qur'an..

Tetapi pendidikan zaman sekarang ini ruh dan nawaitunya terkadang sudah
sangat berbeda sekali ambo rasokan..lebih banyak unsur duniawinya daripada
nilai2 luhurnya... Anak dididik agar pintar...sehingga agar bisa masuak
sekolah yang bagus...sudah tu bisa bakarajo di tampek nan rancak dengan gaji
gadang sahinggo bisa jadi urang kayo rayo.....(Mungkin secara akal dan
hitung2an dunia niat ko sah-sah sajo...,tetapi secara Awak urang minang yang
sangat religius dan mamikiakan hiduik ka mati ...rasa2nya kok niat2 seperti
ini sangat2 kurang lengkap...terlalu ringan...dan sangat jauh dari nilai2
Agama yang luhur dalam mempersiapkan diri kita dan keluarga dalam menghadapi
kehidupan yang Kekal Abadi di Akhirat kelak...).

Ruh dan nawaitu pendidikan seperti inilah yang telah terkikis dari Sistem
pendidikan kita sebenarnya...Pokoknyo bagaimana isuak awak jadi urang
kayo...kalau paralu korupsi...kalau paralu jua inyak itan...kalau paralu
hutang sana sini...kalau perlu tipu sana- tipu sini....nan penting jadi
urang kayo..dan diharagoi urang...karano ukuran kesusksesan dan diharagoi
urang itu adolah harato...Inilah kesalahan fatal dari sistem nilai
pendidikan kita akhir2 ini...

Sistem pendidikan kita selama ini tidak membawa seorang peserta didik agar
Ikhlas berbuat karena Allah sebagaimana Allah juga dengan Ikhlas berbuat
kepada kita manusia,Beriman yang kuat kepada Allah yang memantau gerak-gerik
fisik dan Hati kita setiap saat,sopan santun kepada Orang tua/Guru,berbuat
untuak dunsanak tanpa perlu diminta,perduli kepada tetangga dan sanak
kerabat,capek kaki ringan tangan,suka menolong, dan tidak hanya mengukur
kesuksesan itu dan menghargai manusia  itu dari Harato ciek sajo...

Allah tidak melihat wajah,harta,jabatan,titel,dsb..tetapi yang dilihat oleh
Allah adalah NAWAITU KITA....

Wassalam,

Kurnia Chalik

Ketua II MPKAS (Masyarakat Peduli Kereta Api Sumatera Barat)





-----Original Message-----
From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Behalf Of Arnoldison
Sent: Thursday, April 05, 2007 11:25 PM
To: Z Chaniago
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: PKS Murni Nasionalis




  Wassalamu'alaykum wr.wb

  Ambo ikuik sato pulo,

  Manjadi pertanyaa ambo iyolah apo nan sabananyo keistimewaan surau ?
  Kalaulah  surau itu merupakan sarana pendidikan maka sekarang inipun
  tempat pendidikanlah menjamur, dari mulai sakolah, kursus-kursus,
  akademi, perguruan tinggi dsbnya.

  Kalau   dikatokan   surau   tampek  balaja  agamo  maka  sekarangpun
  mesjid-mesjid  besar  sudah  banyak berdiri, majlis taklim tersebar,
  pesantren  sudah  lebih maju fasilitasnya, sarana komunikasi seperti
  televisi,radio dll banyak juga menyiarkan ajaran agama.

  Kalau anak-anak kiniko disuruh untuk hiduik ala surau dulu (lalok
  disurau) juga tidak mungkin pulo diterapkan.

  Kalau manuruik pandapek ambo, keberhasilan surau bukanlah terletak
  pada bentuk fisik, karano urang dulu balaja disurau bemodalkan
  minyak lampu, belum ada listrik yang terang benderang, gurunyopun
  indak dibayar, namun  dapat jamiinan kesejahteraan dari masyarakat.
  Pemeliharaan bangunan surau dikerjakan oleh anggota masyarakat
  sendiri bukan dibebankan pada guru sebagai penyelenggara pendidikan.
  Secara berkala (pada waktu bulan ramadhan) anak-anak diberi
  kesempatan untuk tampil di surau, sehingga dengan demikian
  masyarakat bisa mengevaluasi sampai dimana kemajuan anak didik
  mereka.

  Jadi surau itu terbentuk dari satu kerjasama anggota
  masyarakat yang merasa memiliki tanggung jawab bersama, masyarakat
  merasa terlibat didalamnya.

  Maka kalau kita ambil ruh dari surau yang perlu dipakai sekarang ini
  meyakinkan masyarakat bahwa suksesnya penyelenggaraan pendidikan
  merupakan bentuk kerjasama dari pemerintah, penyelenggaraan
  pendidikan dan masyarakat itu sendiri.

  Jadi  sekarang ini tidak cukup orang tua dalam menyekolahkan anaknya
  sekedar  memberikan kewajiban administrasi (uang sekolah) dan merasa
  telah terlepas dari tanggung jawab pendidikan tapi harus bertanggung
  jawab dirumah terhadap anak mereka agar apa yang diajarkan disekolah
  tidak  bertentangan  dengan  realitas  dirumah, kalau disekolah anak
  diajarkan  sholat maka dirumahpunpun anak bisa melihat bahwa anggota
  dirumah mendirikan sholat

  Begitu  pula  peran  pemerintah  tidak dapat merasa telah menunaikan
  kewajibannya   dengan   sekedar  menyediakan  sarana  dan  prasarana
  sekolah,  tapi  pemerintah  harus  pula memelihara output pendidikan
  dengan memberikan lingkungan yang kondusif terhadap dunia pendidikan
  ,  tidak  mengijinkan  tayangan-tayangan  televisi yang bisa merusak
  output  didik,  pemerintah tidak bisa bersifat mendua dengan memberi
  madu   ditangan  kanani  dan  rancun  ditangan  kiri,  disatu  pihak
  mendorong  kemajuan  pendidikan  tapi disamping itu menyediakan pula
  (memberi ijin) terhadap hal-hal yang mengikis output pendidikan itu,
  membuka  tempat-tempat maksiat, membiarkan media pornografi tersebar
  luas,  peredaran  narkoba,  dll.  Sehingga tidak perlu terjadi bahwa
  disatu pihak membangun disatu pihak
  meruntuhkan bangunan itu sendiri.

  Bagi  penyelenggra pendidikan seperti kepala sekolah, guru,dll harus
  pula memiliki idealisme, pekerjaan pendidikan membutuhkan idealisme,
  karena  yang  diberikan  yang  diajarkan  sarat  dengan  nilai-nilai
  idealisme.

  Mendidik itu perlu orang sekampung demikian dalam suatu ungkapan,
  artinya bahwa stakeholder pendidikan yang berperan dalam kesuksesan
  pendidikan terdiri banyak pihak.
  Lingkungan sekitar, tetangga, sanak family juga berperan dalam
  menentukan hasil pendidikan.

  Keberadaan surau pada saat itu merupakan representatif dari
  faktor-faktor keberhasilan pendidikan, keterlibatan masyarakat,
  pendidik, idealisme, semangat belajar dan lingkungan


  Arnoldison





--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Kami mengundang sanak untuk hadir dalam acara: "Wartawan mengajak Berdoa 
Bersama untuk Keselamatan Negeri" pada tanggal 8 April 2007 jam 08:00 di Masjid 
Istiglal. Acara ini terpicu oleh musibah terbakarnya Ustano Pagaruyuang dan 
Gempa di Sumbar.

Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke