Assalamu'alaykum wr.wb

Ambo cubo postingkan ulang, maaf kalau indak berkenan

Arnoldison
___________________________________________________________________________
From: Arnoldison <[EMAIL PROTECTED]>
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Wednesday, July 26, 2006, 11:57:01 AM
Subject: [EMAIL PROTECTED] Hak Perempuan  Terhadap  Tanah  Ulayat  Di 
Minangkabau
----------------------------------------------------------------------------
Hak Perempuan Menurut Pandangan Islam
(Terhadap  Tanah  Ulayat  Di Minangkabau)

Oleh:H. Mas'oed Abidin Ketua

Dewan   Dakwah   Islamiyah   Indonesia   (DDII)
Perwakilan  Sumatera Barat-Padang

Pendahuluan 

Perjalanan Perempuan 

1. Perempuan sering disebut dengan panggilan 'wanita'. 
Panggilan ini lazim dipakai di negeri kita. Seperti 
darma wanita, karya wanita, wanita karir, korp wanita, 
wanita Islam dsb. Kata-kata "wanita" (bhs.Sans), 
berarti lawan dari jenis laki-laki, juga diartikan 
perempuan (lihat :KUBI). 

2. Ada lagi yang memanggil wanita dengan sebutan 
'perempuan.' (bhs.kawi,KUBI). Kata "empu" berasal dari 
Jawa kuno, berarti pemimpin (raja), orang pilihan, 
ahli, yang pandai, pintar dengan segala sifat 
keutamaan yang lain. Bila istilah ini yang lebih 
mendekati kebenaran, saya lebih cenderung memakai kata 
perempuan selain wanita. Karena di dalamnya tergambar 
banyak peran. 

3. Di masa jahiliyah berlaku pelecehan gender yang 
terbukti dengan kelahirannya di sambut kematian. 
Keberadaannya pada zaman jahiliyah sangat tidak 
diterima, ada paham bahwa wanita pembawa aib keluarga. 
Jabang-jabang bayi itu mesti dibunuh, begitu kesaksian 
Kitab suci tentang perangai orang-orang jahiliyah. 

4. Kondisi ini sama dengan masa Fir'aun, terhadap anak 
lelaki yang di lahirkan kaum Musa (keluarga 'Imran) 
harus dibunuh, yang pada masa sekarang mirip 
rasilalisme, atau ethnic cleansing. 

5. Kitab suci Al Qur'an menyebutkan perempuan dengan 
sebutan Annisa' atau Ummahat. Konotasinya adalah ibu. 
"Ibu" bisa berakronim "Ikutan Bagi Ummat." Annisa' 
adalah tiang bagi suatu negeri . 
Dalam bagian lain Nabi saw meungkapkan, dunia ini 
indah berisikan pelbagai perhiasan (mata'un), 
perhiasan yang paling indah adalah isteri-isteri yang 
saleh (perempuan atau ibu yang tetap pada perannya dan 
konsekwen dengan citranya) (Al Hadits). 
Begitu penafsiran Islam tentang kedudukan perempuan, 
yang diyakini seorang Muslim (walau ditolak non Muslim 
yang menganggap Islam sebagai misunderstood religion.) 

6. Sejak hampir dua millenium berlalu, menurut Al 
Qur'anul Karim, perempuan telah ditetapkan dalam 
derajat yang sama dengan jenis laki-laki dengan 
penamaan azwajan atau pasangan hidup (Q.S.16:72, 
30:21, 42:11). 

Dalam masa pemerintahan abad pertengahan "le roi cest 
moi" di Perancis, orang masih mempertanyakan, apakah 
makhluk perempuan tergolong jenis manusia yang punya 
hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki? 
Atau hanya sekedar benda yang boleh di 
pindah-tangankan sewaktu-waktu atau untuk di 
perjual-belikan sebagai komoditi budak yang menjadi 
sumber pendapatan bagi pemiliknya? 

Kata woman dalam bahasa Inggris berasal dari "womb 
man", atau manusia berkantong, sebuah pemahaman Eropa 
klasik tentang suatu makhluk setengah manusia yang 
mempunyai kantong dan bertugas menjadi tempat tumbuh 
calon manusia. Ah "dia" kan hanya womb man atau 
manusia kantong ("manusia" yang hanya kantong tempat 
manusia). 

7. Dalam kebudayaan Minangkabau sejak lama yang 
kemudian berkembang menjadi "adat bersendi syara', 
syara' bersendi kitabullah" menempatkan wanita sebagai 
'orang rumah' dan 'pemimpin' masyarakatnya dengan 
sebutan "bundo kandung", menyiratkan kokohnya 
kedudukan perempuan Minangkabau pada posisi sentral. 
Dalam budaya Minangkabau perempuanlah pemilik seluruh 
kekayaan, rumah, anak, suku bahkan kaumnya. 
Namun, laki-laki dalam oposisi-biner perannya adalah 
sebagai pelindung dan pemelihara harta untuk 
'perempuan'-nya dan 'anak turunan'-nya. 
Maka generasi Minangkabau yang dilahirkan senantiasa 
bernasab ayahnya (laki-laki) dan bersuku ibunya 
(perempuan), suatu persenyawaan budaya yang sangat 
indah. 

Hak asasi perempuan 

Hak asasi perempuan dalam rangkuman Hak Asasi Manusia 
yang diperjuangkan hingga hari ini, sudah diperlakukan 
sangat sempurna sejak 15 abad dalam ajaran Islam. 
Itu berarti delapan abad mendahului pandangan 
ragu-ragu mengakui perempuan. 
Agama Islam melihat perempuan (ibu) sebagai mitra yang 
setara (partisipatif) bagi jenis laki-laki. 

Dalam konteks Islam ini, sesungguhnya tak perlu ada 
emansipasi bila emansipasi diartikan perjuangan untuk 
persamaan derajat. 
Yang diperlukan adalah pengamalan sepenuhnya peran 
perempuan sebagai mitra, yang satu dan lainnya saling 
terkait, saling membutuhkan, dan bukan untuk 
eksploatasi. 
Sebagai pemahaman azwaajan, pasangan atau kesetaraan. 
Tidak punya arti sesuatu kalau pasangannya tidak ada. 
Tidak jelas eksistensi sesuatu kalau tidak ada yang 
setara di sampingnya. 
"Pasangan", mungkin tidak ada kata yang lebih tepat 
dari itu. 

Di barat, selama ini memang ada gejala kecenderungan 
penguasaan hak?hak wanita itu, bahkan paling akhir 
adalah hilangnya wewenang "ibu" dalam rumah tangga 
sebagai salah satu unit inti dalam keluarga besar 
(extended family). 

a). Secara moral utuh, perempuan punya hak sebagai 
IBU, adalah Ikutan Bagi Umat. 
Masyarakat yang baik terlahir dari Ibu yang baik. 
Kaum Ibu pemelihara tetangga, dan perekat 
silaturrahim.Walaupun tidak jarang, kaum Ibu bisa 
menjadi perusak rumah tangga tetangganya. 

b). Penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua 
sesudah iman kepada Allah. 
Bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Ibu, 
diwasiatkan sejalan untuk seluruh manusia. 
Penghormatan kepada Ibu (kedua orang tua), merupakan 
disiplin hidup yang tak boleh diabaikan. Disiplin ini 
tidak terbatas kepada adanya perbedaan dari keyakinan 
yang di anut. 
Bahkan, dalam hubungan pergaulan duniawi sangat 
ditekankan harus dipelihara jalinan yang baik (ihsan). 

c). Ibu menjadi pembentuk generasi berdisiplin dan 
memiliki sikap mensyukuri segala nikmat Allah. Dari 
rahim dalam Ibu dilahirkan manusia yang bersih 
(menurut fithrah, beragama tauhid). 

Maka, pembinaan sektor agama merupakan faktor 
terpenting membantu keberhasilan pendidikan anak yang 
didasarkan kepada akhlaq Islami. 
Dibawah telapak kakinya terbentang jalan kepada 
keselamatan (Sorga) 

Kebahagiaan menanti setiap insan yang berhasil meniti 
jalan keselamatan yang di ajarkannya dengan baik, 
penuh kepatuhan dan rasa hormat yang tinggi. 
Dari dalam lubuk hatinya yang tulus dan dengan 
tangannya yang terampil dicetak generasi bertauhid 
yang berwatak taqwa, selalu khusyuk dalam berkarya 
(amal) dan kaya dengan rasa malu. 
Watak (karakter) yang manusiawi akan menjadi inti 
masyarakat yang hidup dengan tamaddun (budaya). 
Posisi perempuan dalam Al Quran 

Sebagai yang di-wahyukan kepada Muhammad SAW, Al-Quran 
telah menempatkan perempuan pada posisi azwajan 
(pasangan hidup kaum lelaki), mitra sejajar/setara 
(QS.16:72), berperan menciptakan sakinah 
(kebahagiaan), mewujudkan rahmah yang tenteram, 
melalui mawaddah berupa kasih sayang (QS.30:21). 

Citra perempuan ini diperankan secara sempurna dengan 
posisi sentral sebagai IBU (Ikutan Bagi Ummat), salah 
satu unit inti dalam keluarga besar (extended family, 
bundo kanduang di Minangkabau). 
Perempuan adalah "tiang negeri" (al Hadist). 
Posisi ini adalah penghormatan mulia, "sorga terletak 
di bawah telapak kaki ibu" (al Hadist). 

Tuntutan ekonomi atau mengumpulkan materi menjadi 
perhatian utama yang perlu disegerakan, sehingga 
seorang wanita tidak lagi mampu mengangkat wajahnya 
jika ia tidak memiliki pekerjaan di luar rumah. 
Perempuan sekarang mestinya tidak bergelimang dalam 
dapur, sumur dan kasur. Tapi dia harus keluar dari 
rotasi ini, dan masuk ke dalam lingkaran kantor, 
mandor dan kontraktor. 
Kondisi ini telah menyumbang lahirnya "X Generation", 
generasi yang sangat dicemasi masuk kelingkungan Asia 
dimasa depan. 

Pemelihara budaya dan Generasi 

Generasi berbudaya memiliki prinsip yang teguh, 
elastis dan toleran bergaul, lemah lembut bertutur 
kata, tegas dan keras melawan kejahatan, kokoh 
menghadapi setiap percabaran budaya dan tegar 
menghadapi percaturan kehidupan dunia. 

Generasi yang siap menghadapi pergolakan dan 
pertarungan budaya kesejagatan (global), hanyalah yang 
mampu menghindari teman buruk, sanggup membuat 
lingkungan sehat serta bijak menata pergaulan baik, 
penuh kenyamanan, tahu diri, hemat, dan tidak malas. 
Sesuai pesan Rasulullah SAW; 
"Jauhilah hidup ber-senang-senang (foya-foya), karena 
hamba-hamba Allah bukanlah orang yang hidup 
bermewah-mewah (malas dan lalai)" (HR.Ahmad). 

Generasi yang memiliki kemampuan tinggi menghadapi 
setiap perubahan dalam upaya mewujudkan kebaikan tanpa 
harus mengabaikan nilai-nilai moral dan tatanan 
pergaulan. 
Maka, kedua orang tua wajib melakukan pengawasan 
melekat terhadap anak-anaknya sepanjang masa. 
Terutama terhadap tiga prilaku tercela (buruk), yaitu 
dusta (bohong), mencuri dan mencela (caci maki). 
Sesuai sabda Rasulullah SAW; 
"Jauhilah dusta, karena dusta itu membawa kepada 
kejahatan, dan kejahatan membawa kepada neraka" 
(Hadist Shahih). 

Pendidik Utama Bangsa 

Peran Perempuan sebagai Ibu adalah inti di tengah 
rumah tangga dan masyarakat (negara). Ibu merupakan 
guru pertama dalam perkataan, pergaulan dan penularan 
tauladan cinta kasih terhadap anak-anaknya. 
Anak adalah amanah Allah, yang tumbuh melalui belajar 
dari lingkungannya. Melalui pendidikan keteladanan. 
Teladan yang baik adalah landasan paling fundamental 
bagi pembentukan watak generasi. 

Dalam perkembangan masa yang mengikuti gerak 
globalisasi terjadi perubahan cuaca budaya. Perubahan 
yang seringkali melahirkan ketimpangan-ketimpangan. 
Bahkan kepincangan yang diperbesar oleh tidak adanya 
keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan 
kesempatan serta terdapatnya perbedaan kesempatan yang 
sangat mencolok (fasilitas, pendidikan, lapangan 
kerja, hiburan, penyiaran mass-media,) antara kota dan 
kampung. 
Akibat nyatanya adalah mobilitas terpaksa yang pada 
akhirnya sangat mengganggu pertumbuhan masyarakat 
(social growth). 
Perpindahan penduduk secara besar-besaran ke kota 
sebenarnya merupakan penyakit menular di tengah?tengah 
kemajuan negeri yang tengah berkembang. 
Dusun-dusun mulai ditinggalkan, kota-kota menjadi 
sempit untuk tempat tinggal pendatang baru. Kehidupan 
yang keras menyebabkan orang terpaksa menjual diri. 
Dasar-dasar kehidupan menjadi rapuh, akhlak karimahpun 
hilang. 

Materi dan uang sudah menjadi buruan. 
Kehidupan terancam bahaya, karena kesinambungannya 
berubah oleh meluasnya keluarga nomaden modern. Beban 
resikonya tidak mudah diperhitungkan lagi. Kerusakan 
yang sulit menghindarinya adalah hilangnya jati diri. 
Mentalitas mengarah pada materialistik, permisivistik, 
bahkan hedonistik. Biaya untuk perbaikannya niscaya 
lebih besar dari biaya yang telah dikeluarkan untuk 
pertumbuhan ekonomi. 

Perempuan Minangkabau Profil Perempuan Mandiri 

Dalam keadaan seperti itu, kaum perempuan harus 
memaksimalkan peran keperempuanannya, sebagai ibu di 
rumahtangganya dan pendidik di tengah bangsanya. Peran 
dan citra perempuan mandiri terlihat jika pembedaan 
jenis kelamin berlaku secara jelas dan pasti. 
Perbedaan kewajiban dan hak serta kedudukan itu, 
memastikan berlakunya dual?sex. 

"Pendidikan formal yang dapat membuat wanita sejajar 
dengan laki?laki berpeluang menjadikan wanita 
kehilangan jati dirinya sebagai wanita. Secara tidak 
sadar wanita yang terpelajar itu menjadi lebih 
maskulin daripada laki?laki. 

Ujung dari proses itu adalah ancaman kehidupan rumah 
tangganya", kata Hani'ah. 
Selanjutnya, "Sifat feminim yang merupakan sumber 
kasih sayang, kelembutan, keindahan, dan sumber cahaya 
ilahi mempunyai potensi untuk menyerap dan mengubah 
kekuatan kasar menjadi sensitivitas, rasionalitas 
menjadi intuisi, dan dorongan seksual menjadi 
spiritualitas sehingga memiliki daya tahan terhadap 
kesakitan, penderitaan dan kegagalan." 
Sebenarnya tidak hanya ajaran Agama Islam yang 
mengungkapkan secara jelas peran dan citra perempuan 
itu. 
Para penulis sastera juga mengungkapkan peran 
perempuan Melayu (Timur) dengan pendirian yang kokoh, 
seperti terungkapkan dalam Syair Siti Zubaidah Perang 
China ; "Daripada masuk agama itu, baiklah mati supaya 
tentu, menyembah berhala bertuhankan batu, kafir 
laknat agama tak tentu," 
Perempuan Melayu dengan sifat?sifat mulia diantaranya 
lembut hatinya, penyabar, penyayang kepada sesama, 
keras dalam mempertahankan harga diri, tegas, teguh 
dan kuat iman dalam melaksanakan suruhan Allah, 
pendamai, suka memaafkan dan mampu menjadi pemimpin 
masyarakatnya. 
Wanita Melayu juga mempergunakan akal di dalam berbuat 
dan bertindak, bahkan terkadang terlalu keras dan 
berani, seperti ditunjukkan dalam syair Siti Zubaidah 
itu,kata H. Ahmad Samin Siregar. 

Kepemilikan Perempuan menurut Islam 
1). Menjadi pemilik dari apa yang dimiliki 
pasangannya. 
2). Apa yang sudah diberikan kepadanya secara ikhlas 
(nihlah) tidak boleh dirampas kembali. 
3). Perempuan mempunyai hak perlindungan dari 
pasangannya. 
4). Perempuan mempunyai kewajiban menjaga kepemilikan 
dibelakang pasangannya. 
Dan semuanya terlihat dalam hukum perkawinan menurut 
Islam. 

Kepemilikan tanah ulayat 
Sebagai pusako tinggi, sesuai hukum adat dikuasai 
oleh lini materilineal, hukum garis keibuan. Kadang 
ditemui kerancuan dalam pelaksanaannya. Bahwa gender 
lelaki dari garis ibu menjadi penguasa dari harta 
pusaka, baik dalam penyerahan kepada pihak lain, 
menjualnya, menggadainya, tanpa mengindahkan hak-hak 
kaum perempuan. 
Kenapa ini terjadi. Jawabannya terserah kepada 
kepatuhan orang beradat. Dari pandangan agama Islam, 
bisa disimpulkan bahwa yang tidak mau mengindahkan 
hak-hak perempuan, sebenarnya adalah mereka yang tidak 
beriman atau lebih halus lagi, kurang mengamalkan 
ajaran agama Islam. 
Sebenar hakikat dari adat basandi syara', syara' 
basandi Kitabullah itu, adalah aplikatif, bukan 
simbolis. 

Catatan 

Pada masa dahulu banyak penulisan cerita tentang 
wanita yang dianggap hanya sejenis komoditi 
penggembira, penghibur, teman bercanda. 

Antara lain pemimpin, pandai, pintar, dan memiliki 
segala sifat keutamaan rahim, penuh kasih sayang, juga 
dengan jelas mengungkapkan citra perempuan sebagai 
makhluk pilihan, pendamping jenis kelamin lain 
(laki-laki). 

Laki-laki yang kebanyakannya, dalam pandangan sebagian 
wanita, memiliki sifat pantang kerendahan, pantang 
kalongkahan, superiority complex, tak mau disalahkan 
dan tak mau dikalahkan, tidak sedikit yang akhirnya 
bisa bertekuk lutut dihadapan perempuan. 
QS.QS.16,an-Nahl :57-60). 

Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan bila 
Annisa'-nya rusak, celakalah negeri itu (Al Hadits). 
Sorga di bawah telapak kaki ibu (Ummahat) sesuai 
ajaran Islam. 

Kaidah Al Qurani menyebutkan, Nisa'-nisa' kamu adalah 
perladangan (persemaian) untukmu, kamupun (para 
lelaki) menjadi benih bagi Nisa'-nisa' kamu. Kamu 
dapat mendatangi ladang-ladangmu darimana (kapan 
saja). Karena itu kamu berkewajiban memelihara 
eksistensi atau identitas (Qaddimu li anfusikum) 
dengan senantiasa bertaqwa kepada Allah (Q.S.2:23). 

"Ibu (an-Nisak) adalah tiang negeri" (al Hadist). 
Jika kaum Ibu dalam suatu negeri (bangsa) berkelakuan 
baik (shalihah), niscaya akan sejahtera negeri itu. 
Sebaliknya, bila kaum Ibu disuatu negeri berperangai 
buruk (fasad) akibatnya negeri itu akan binasa 
seluruhnya. 

Banyak sekali hadist Nabi menyatakan pentingnya 
pemeliharaan hubungan bertetangga, serta menanamkan 
sikap peduli dengan berprilaku solidaritas tinggi 
dalam kehidupan keliling. 
Diantaranya Rasulullah SAW bersabda; "Demi Allah, dia 
tidak beriman", "Siapakah dia wahai Rasulullah?" 
Beliau menjawab, "Yaitu, orang yang tetangganya tidak 
merasa aman dari kejahatan-kejahatannya". (Hadist 
diriwayatkan Asy-Syaikhan). 
Dalam Hadist lainnya disebutkan ;"Tidaklah beriman 
kepadaku orang yang perutnya kenyang, sedangkan 
tetangganya (dibiarkan) kelaparan disampingnya, 
sementara dia juga mengetahui (keadaan)nya" 
(HR.Ath-Thabarani dan Al Bazzar). 

Bimbingan Risalah ini menekankan pentingnya pendidikan 
akhlaq Islam Satu bangsa akan tegak kokoh dengan 
akhlak (moralitas budaya dan ajaran agama yang benar). 

Tata krama pergaulan dimulai dari penghormatan di 
rumah tangga dan dikembangkan kelingkungan tetangga 
dan ketengah pergaulan warga masyarakat (bangsa). 
Sesuai bimbingan Al Quran (QS.41, Fush-shilat, ayat 
34). 

Tuntunan Al Quran menjelaskan; (QS. 31, Luqman; ayat 
14-15). 

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa; "Sorga terletak 
dibawah telapak kaki Ibu"(al Hadist). Sahabat Abu 
Hurairah RA., meriwayatkan ada seseorang bertanya 
kepada Rasulullah; 
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak 
untuk aku pergauli dengan cara yang baik?". Beliau 
menjawab, "Ibumu". (sampai tiga kali), baru terakhir 
Beliau menjawab, "Bapakmu". (HR.Asy-Syaikhan). 
Dalam hadist lainnya ditemui pula; Shahabat Abdullah 
Ibn 'Umar menceritakan, "Berjihadlah dengan berbakti 
kepada keduanya". (HR.Asy-Syaikhan). 

Disiplin tumbuh melalui pendidikan akhlak, teladan 
paling ideal dimata anak (generasi). 
Menanamkan ajaran agama yang benar (syari'at). 
Jangan berbuat kedurhakaan. 
Memperkenalkan hari akhirat, sebagai tempat kembali 
terakhir. 

Dalam rangka berbakti kepada dua orang tua (birrul 
walidaini) diajarkan supaya jangan berkata keras. 
Harus bergaul dengan lemah lembut, dan menyimak 
perintah kedua orang tua dengan cermat. Jangan bermuka 
masam (cemberut) kepada keduanya, tidak memotong 
perkataan keduanya, serta mengajarkan dialog 
(mujadalah) dengan cara baik (ihsan). 

Bimbingan Kitabullah menyebutkan dengan sangat jelas 
sekali. (QS.17, al-Israk; ayat 234-24). Dalam wahyu 
lainnya, (QS.46, al Ahqaaf; ayat 15-16). 

Generasi yang menolak kebenaran (al-haq) dari Allah, 
akan berkembang menjadi generasi permissif (berbuat 
sekehendak hati) dan menjadi mangsa dari perilaku 
anarkisme dan hedonisme sepanjang masa. 
Inilah generasi yang lemah (loss generation), yang 
tercerabut dari akar budaya dan agama. Allah SWT 
memperingatkan (QS: 46, al-Ahqaaf, ayat 17-18). 

Maka birrul walidaini (berbakti kepada dua orang tua), 
merupakan pelajaran dasar satu generasi, yang harus di 
turunkan turun temurun. Nabi Muhammad SAW, bersabda; 
"Berbaktilah kepada bapak-bapak (orang tua) kalian, 
niscaya anak-anak kalian akan berbakti pula kepada 
kalian. Dan tahanlah diri kalian (dari hal-hal yang 
hina), niscaya istri-istri kalian juga akan menahan 
diri (dari hal-hal yang hina)".(HR. Ath-Thabarani). 

Walaupun tidak jarang terjadi, kalangan liberal 
seringkali merendahkan atau menolak peran perempuan 
sebagai ibu di dalam rumah tangga. Melahirkan dan 
mengasuh anak dilihat sebagai suatu peran yang out of 
date. Bila seseorang memerlukan anak bisa ditempuh 
jalan pintas melalui adopsi atau mungkin satu ketika 
dengan teknologi kloning (?). 

Akibat nyata adalah anak-anak dirawat baby-sitter, 
paling-paling dititipkan di TPA (tempat penitipan 
anak), atau dikurung di rumahnya sendiri sampai orang 
tua kembali ke rumah. 

Satu generasi yang bertumbuh tanpa aturan, jauh dari 
moralitas, berkecendrungan meninggalkan tamaddun 
budayanya. Tercermin pada perbuatan suka bolos 
sekolah, memadat, menenggak minuman keras, pergaulan 
bebas, morfinis, dan perbuatan tak berakhlak. "X", 
mereka hilang dari akar budaya masyarakat yang 
melahirkannya. Disinilah pentingnya peran ibu. 
Semestinya para perempuan (ibu) yang memelihara 
perannya sebagai ibu berhak mendapatkan "medali" 
sebagai pengatur rumahtangga dan ibu pendidik bangsa. 
Inilah darma ibu yang sesungguhnya, yang sebenar-benar 
darma. 

Anak-anaknya (generasi pelanjutnya) senantiasa akan 
berkembang menyerupai ibu dan bapaknya. Peran 
pendidikan amat menentukan, karena pendidikan adalah 
teladan paling ideal dimata anak (lihat Nashih 'Ulwan, 
dalam Tarbiyatul Aulaad). Jika ibu menegakkan 
hukum-hukum Allah, begitu pula generasi yang di 
lahirkannya. Urgensi pelatihan ibadah untuk anak 
sedari kecil dengan membiasakan mengerjakan shalat dan 
ibadah (puasa, shadaqah, mendatangi masjid, menghafal 
al-Quran) akan menjadi alat bantu utama melatih 
disiplin anak dari dini. 
Sabda Rasulullah SAW. membimbingkan; "Suruhlah 
anak-anak kamu mengerjakan shalat, selagi mereka 
berumur tujuh tahun, dan pukulllah mereka (dengan 
tidak mencederai) karena meninggalkan shalat ini, 
sedang mereka telah berumur sepuluh tahun, dan 
pisahkanlah tempat tidur mereka" (HR.Abu Daud dan Al 
Hakim). 

Peran orangtua menjadi tumpul karena 
ketegangan-ketegangan antara ayah dan ibu yang umumnya 
timbul karena tekanan ekonomi dan desakan materi. 
Ujungnya, anak-anak terlantar dan keluarga menjadi 
berantakan. Efisiensi sebagai kaidah produktifitas 
mulai diterapkan secara salah dalam kehidupan keluarga 
modern. Orangtua lanjut usia (Lansia) mulai tak 
dihiraukan, dan tempat mereka adalah Panti Jompo. 
Suatu tempat yang tak memungkinkan para lansia 
mewariskan nilai-nilai luhur pada anak dan cucunya. 
Gejala yang mulai meruyak dalam kehidupan modern 
sekarang, atau setidaknya dalam masyarakat liberal, 
adalah keinginan diterapkannya uni?sex (terlihat pada 
pakaian, asessories, pergaulan, kesempatan, pekerjaan 
dan jamahan keseharian sosial budaya). 

(Hani'ah, "Wanita Karir dalam Karya Sastra: Ada Apa 
Dengan Mereka?", makalah Munas IV dan Pertemuan Ilmiah 
Nasional VIII, HISKI 12?14 Desember 1997 di Padang). 
(Syair Siti Zubaidah Perang China, Edisi Abdul 
Muthalib Abdul Ghani, hal. 230). 
Ibid. Pendapatnya diketengahkan pada Munas PIN VIII, 
HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang. 

Padang, 18 Januari 2001. 

--------------------------------------------------------------- 
Author: : H. Mas'oed Abidin
Date Written : 18 Januari 2001.
Source: Artikel SuaraUlama (PUM)
URL: http://www.e-ulama.org

--------------------------------------------------------------- 




--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Kami mengundang sanak untuk hadir dalam acara: "Wartawan mengajak Berdoa 
Bersama untuk Keselamatan Negeri" pada tanggal 8 April 2007 jam 08:00 di Masjid 
Istiglal. Acara ini terpicu oleh musibah terbakarnya Ustano Pagaruyuang dan 
Gempa di Sumbar.

Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke