Ass Wr Wb sanak Rahima yth Terimakasih banyak atas balasan emailnya. Ado jawek nan basalekkan. Wass Hanifah Damanhuri Lengkap banget biodatanya Penasaran . sebelumnya hanifah sudah tebak sendiri jangan-jangan sanak Rahima tidak besar dikampung dengan kehidupan yang bersuku. Tidak meleset. > Nama : Hanuifah Damanhuri==== Rahima Sikumbang Sarmadi > Suku : Payobada === Sikumbang > Suku bako : Semabua Jurai > Suku induak bako : Koto Wah...saya ngak tau nih... Bako rang Kalimantan jelas nggak punya suku, tapi kalau kakek dari pihak ibu adolah urang Minang, mako ibu sanak rahima pasti punyo bako. Berarti sejak dari ibu kehidupan babako tidak jalan ya? > Nagari Asalm: Sungai Tanang Ibu Kamang Hilia, ayah Kalimantan Tengah tepatnya Palangkaraya, Maaf setahu hanifah daerah Palangkaraya adalah daerah Dayak dengan agama mayoritas Kristen. Apa ayah sanak rahima seorang Mualaf? jd saya ngak tau hrs ikut siapa ayah atau ibu, karena menurut adat kedua belah pihak saya diterima oleh kedua daerah itu, Alhamdulillah bisa memilih. Pilih mana yang enak dan menguntungkan saja. lain halnya kalau ibu saya Batak, ayah saya Minang, malah dikedua belah pihak saya di....(kira2 ditolaklah..hehehehe..), Belum tentu begitu Anak-anak sepupu hanifah (dunsanak ibu) semuanya baik perempuan maupun laki-laki menikah dengan orang pulau Jawa. Kami tidak menolaknya malah asyik punya saudara di mana-mana. Rumah dikampung jadi pesanggrahan, tempat kami bertemu, atau tempat berlibur. Alhamdulillah anak-anak termasuk anak-anak sepupu tsb selalu rindu untuk berlibur ke Sungai Tanang. Kadang-kadang mereka bawa keluarga besar ipar pulang berame-rame sehingga rumah seperti kapal. Ada yang tidur dikamar, ada yang tidur di ruang keluarga karena tidak muat lagi dikamar. makanya saya urang Minang sekaligus urang Kalimantan juga, maka jadilah menjadi "Indonesia Raya", tidak membedakan ayah atau ibu, sama saja. Dan termasuk orang yang beruntung karena diterima dimana saja dan kapan saja. Alhamdulillah .. ikutan senang. Kalau puyeng mikirin adat Minang lalu ingin hidup tenang menjalankan agama Islam bisa pulang ke Kaliimantan. Wah asyiiiiikkkk. > Pekerjaan : Dosen UNIB Bengkulu == Pegawai Negeri Sipil > Suami : M Zen ===Abdurrahim Sumin > Suku : Caniago ===Pisang > Nagari : Koto Tuo Pulau Punjuang Dharmasraya ===Pitalah > Anak : Sapasang, nan tuo alah kuliah, nomor duo > kelas satu SMA. == 4 orang surang Padusi(kls 1 SMP), tigo lelaki, kls 5 SD,3Sd dan 2,6 thn > > Tertarik dengan tulisan sanak rahima khusus > tentang kawin sasuku, yang rasanya agak aneh untuk > hanifah yang dibesarkan secara bersuku suku > dikampuang. Untuk itu hanifah ingin tahu tertlebih > dahulu > Identitas sanak rahima seperti yang hanifah tulis > Berikan contoh pelaksanaan adat yang pernah sanak > rahima jalani di kampuang miosalnya pelaksanaan > pesta badak anak (aqiqah barangkali? ) atau yang > manapun sehingga terlihat pertanan suku sanak rahima > sebagai tuan rumah, dan peranan suku lain sebagai > tamu. 1) Hmmm...secara adat istiadat, mulai dr saya menikah dengan suami, kami sama sekali ngak memakai adat tersebut, yang mana pada mulanya keluarga pihak suami meminta saya"membeli" suami saya tersebut. Wow baru tau kalau rang pitalah jualan anak laki-laki. Aetau hanifah hanya laki-lakin pariaman yang dibeli eh salah yang dijemput. Tapi sebelum disampaikan kesaya atau kekeluarga saya langsung suami sendiri yang menolak untuk dibeli(kata beliau suami koq dibeli-beli, nantik pihak keluarga istri akan gampang mengatur suami, karena dia sudah dibeli oleh keluarga saya, Wah oooiiii ajo piamaaaan apo memang walau dibali eh dijapuik istri lalu bisa diatur padusi??? makanya beliau sangat menolak akan hal ini, bagi saya untung tidak diberitahu kesaya, kalau ngak..jelas saya ngak mau dong beli suami, ???? sanak yang tau jawabnya saya ingin suamilah yang menginginkan diri saya tanpa harus dibayar-bayar dengan apapun, toh dia yang akan mengalihkan tugas dan tanggung jawab ayah saya, dalam akad nikahkan :"Saya nikahkan anak/adik saya ...dengan .....", kemudian dijawab "saya terima nikah anak bapak....dengan mahar sekian-sekian(mahar sekarung emas kali..hehehe). Semua perempuan pastilah menginginkan begitu. Alhamdulillah hanifahpun dilamar oleh suami ke papa ala Islam. Tanpa bayar sepeserpun. Hanifah juga tidak minta mahar sekarung emas, takut nanti yang dikasih mas jawa he he he. Ketika pestanyapun kalau menurut adat katanya suami istri berkumpul setelah tiga hari menikah. Nggak tuh. tidak tau juga didaerah lain. Mungkin juga hal ini ditujukan untuk menjaga kesehatan pengantin. Karna ada beberapa proses adat yang mesti dijalani, yang mungkin menyita energi. Bersabar sedikit boleh dong. Saya mah...nikah pagi, pesta, langsung malamnya berkumpul. Dan saya pesta tetap pakaian adat, suntiang dikepala yang berat itu lho, sampai mau pingsan saat naik mobil dr BKT ke Pitalah, luar biasa beratnya, tapi ngak jadi pingsan, Tuhkan bener. Kalau nggak begadang malamnya belum tentu ada perasaan mo pingsan. Nggak ada beban aja udah puyeng juga tuh karena dipegang terus oleh suami tercinta, hanya tetap pakai jilbab, serta suami pakaian Arab, saat waktu shalat tiba kami shalat dulu, make up lagi, ganti pakaian lagi, ada 4 kali kami pesta, di rumah keluarga suami, rumah kakak saya di BKT, rumah ortu saya di Siantar terakhir tasyakuran di Kairo. Wow alangkah besarnya Rahmat Allah .. tidak semua orang bisa sebahagia itu. Boro-boro pesta dimana mana biayanikah aja sulllliiitttt. Ngomong-ngomong rumah ortu di Siantar, berarti sanak rahima dibesarkan di siantar? dilingkungan batak? Oh ya kakek hanifah H. Abdul Djalil dulu ikut syiar agama Islam sampai ke Siantar ini. (wah..pesta nikah yang banyak kali yah..? gimana lagi..kita menetap dimana-mana sih, ngak mungkin pula keluarga di Siantar datang ke BKT, atau teman di Kairo datang ke Indo, semua ingin menyaksikan kami bersanding dengan mesra kali..) Kalau adat Banuhampu pestanya malah lebih banyak lagi. Pesta di rumah bako, di rumah mamak dll, semakin banyak tali kekerabatan, semakin banyak pula pesta yang mesti dihadiri. Bisa memakan waktu sebulan untuk pesta aja. Kalau beruntung saksikanlah adat Banuhampu tersebut, kan Biaro tak jauh dari Banuhampu. Entah karena kehidupan mulai susah lalu pesta adat jadi disingkat .. nggak taulah. 2) Pesta aqiqah seluruh anak saya dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Gunting rambut, potong kambing, undang semua kaya dan miskin, ngak adat istiadat sama sekali. Ya deh percaya. Di Bengkulu juga begitu. Tapi di Banuhampu punya adat yang indah untuk acara badak anak ini. Bako anak akan datang membawa padi seketiding dan juga membawa ayam, kalau beruntung sang anak dikasih cincin emas juga. Induak bako anak, istri mamak, juga akan membawa beban seperti itu. Dunsanak sasuku menjadi tuan rumah dalam acara ini. Kalau pesta besar-besaran maka seluruh orang kampung di undang. Tapi kalau pesta dengan anggaran terbatas maka yang diundang yang wajib saja yaitu yang sangat dekat tali kekerabatannya, tak peduli kaya atau miskin. Tali kekerabatan dunsanak sesuku terasa sangat dekat, baik dalam suka maupun duka sehingga tak mungkin terjadi perkawinan sesuku walaupun dibolehkan dalamagama kawin sesuku. 3)Peranan suku saya, ataupun suku suami saya, rasanya seperti yang saya ceritakan, ayah, ibu/abang/kakak yang berperan yang memiliki anak-anak kandungnya, bukan mamak/paman/etek yang berperan dalam hidup saya sejak dari mulai rencana pernikahan sampai saat ini. Hanifah juga begitu kok. Makanya system saya benar-benar Islami.Suami datang ke rumah saya,ngomong pada ibu saya, menikah dan pesta. Suami hanifah ngomong bukan ke mama hanifah tapi ke papa sebagai kepala keluarga. keputusan ada ditangan papa.
--------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---