Menjelang anak menjadi besar, biasanya si anak dijemput oleh keluarga bakonya, untuk kemudian diarak ke rumah ibunya. Acara ini dibeberapa tempat disebut dengan maarak anak panceu. Istilah anak panceu di beberapa tempat sering juga disebut dengan anak pisang atau anak pusako. Serangkaian kegiatan ini dilaksanakan oleh kaum ibu, dalam beberapa hal bertujuan mengukuhkan silaturrahmi di antara keluarga besar, dan secara khusus mendekatkan si anak kepada keluarga ayahnya (bako). Dari keluarga bako biasanya si anak diberikan seekor kambing atau hewan ternak lainnya, dengan tujuan memberikan modal kehidupan bagi si anak atau sebagai kawan bermain di waktu luang. Kambing ini biasanya diternakkan oleh keluarga ibu, dan hasil berkembangbiaknya, dibagi untuk si anak dan si penggembala. Dalam maarak anak panceu, si anak didandan dengan rapi di rumah bakonya, kemudian diarak ke rumah ibunya. Dalam perjalanan, ikut mengiringi adalah kaum ibu dari keluarga bako sambil membawa penganan, apakah kue, pisang, maupun ketan. Terkadang ada juga yang membawa padi dari hasil panen serta bibit kelapa. Kambing dihela di depan rombongan sebagai pertanda bahwa rombongan tersebut sedang mengantar anak panceu ke rumah ibunya. Terkadang rombongan ini diiringi bunyi-bunyian talempong, untuk menyemarakkan suasana. Sesampai di rumah ibu, kaum ibu dari keluarga ibu akan menyambut dengan ramah. Penganan yang dibawa keluarga bako ditambah dengan makan siang yang disiapkan oleh keluarga ibu kemudian dihidang dan dimakan bersama-sama. Kaum ibu dari kedua keluarga besar ini kemudian berbicara satu sama lain dalam bangunan ikatan silaturrahmi yang akrab. Ketika kedua putera saya berusia 4 dan 5 tahun sekitar 7 tahun yang lampau, keluarga saya telah melaksanakan acara tersebut. Karena acaranya dilangsungkan sekaligus, maka 2 ekor kambing diganti menjadi seekor anak sapi betina. Untuk bibit padi dan kelapa, ditanam di tanah pusako ibunya. Hingga akhirnya beberapa tahun yang lalu sapi ini dijual dan hasilnya dibagi untuk si penggembala dan kebutuhan anak saya. Ada sedikit perasaan senang di hati saya, karena acara adat seperti itu telah mengukuhkan hubungan silaturrahmi di antara keluarga besar anak saya, dan yang terpenting adalah telah memperkenalkan kepada anak saya dimana dia terlibat untuk pertama kali tentang indahnya hidup bermasyarakat, atau dapat disebut kebesaran adat. Di lain pihak, si anak sejak dini telah mengenal dan mempelajari beberapa prinsip ekonomi. Terkadang saban tahun anak saya yang malah mendorong untuk pulang kampung, katanya ingin melihat sapi miliknya. Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah. Wassalam, -datuk endang
--------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---