"a.arifianto" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
   
  mak riri dan pak mantari yang saya hormati...
  ---
  Sanak Arifianto yang saya hormati,
   
  Maaf, pemikiran saya terlalu sederhana jadi saya tidak bisa menangkap apalagi 
menanggapi posting anda yang terakhir ini. Buat saya, ini terlalu rumit, baik 
menangkap topiknya, maupun gaya bahasanya. Tapi sekali lagi, ini karena memang 
"utak ambo badakuak" (istilah kami waktu kecil dulu, artinya bodoh).
   
  Dengan "kesederhanaan" ini, yang biasa saya lakukan (saya, tidak mengatakan 
bahwa setiap orang harus seperti saya) jika berurusan dengan siapapun, termasuk 
dengan pegawai pemerintah adalah sebagai berikut:
   
  Pertama, saya mencoba cari tahu dulu "aturan main"nya. Ini untuk "jaga2", 
kalau urusannya  mentok, saya bisa menanggapi dengan "saya baca di peraturan 
ini ...", bukan dengan "kata si X ...", atau: "jadi karena saya ... anda 
menolak?"
   
  Kedua, kalau "mentok", saya tanya dia, aturan sebenarnya seperti apa. Kalau 
dia mengatakan sesuatu yang saya tidak mengerti (seperti kalimat terakhir orang 
imigrasi bukittinggi yang anda tulis itu), saya akan bertanya ke dia, apa 
maksudnya; sebelum saya berpikir untuk bertanya ke orang lain, atau ke palanta 
RN ini, atau ke Presiden.
   
  Ketiga, kalau saya merasa hak saya dilanggar, yang akan saya "tuntut" adalah 
orang itu dulu, kalau mentok, saya minta dipertemukan dengan atasannya. Ini 
saya coba lakukan dulu, sebelum saya berpikir untuk menuntut kantornya, apalagi 
menuntut republik. 
   
  Lagi lagi, itu karena otak saya memang sangat sederhana. 
   
  Tentang kerumitan berkomunikasi dengan birokrat, apalagi imigrasi, bisa saja 
terjadi di mana-mana, tidak hanya di Indonesia. Alasannya, ya bisa bermacam2.
   
  Saya pernah tertahan hampir 1/2 jam di Jeddah, karena petugas imigrasi 
mempersalahkan nama saya di paspor hanya terdiri dari satu kata - Mairizal. 
Saya berusaha menjelaskan bahwa itu sudah "diakui" oleh pemerintah saya, dan 
juga pemerintah anda. Buktinya saya punya paspor, dan ada cap visa. 
   
  Krn tetap mentok, saya memaksa" untuk bertemu dengan atasannya yang sang 
memakai bintang2 di pundak. Dan, kemudian saya dibiarkan masuk ke wilayah 
mereka.
   
  Saya tidak pernah berpikir untuk memperlebar masalah, seperti mengatakan 
:"kok lo doang yang masalahin, liat tuh cap entry permit yg ada di dalam paspor 
itu ..."
   
  Saya juga tidak berpikir, kenapa dia sangat ramah kepada petugas travel yang 
membawa rombongan ONH plus di depan dan di belakang saya, dan kenapa kalau 
paspor saya dipermasalahkan seperti itu.
   
  Wassalam,
   
   
  Riri
   
   
   
  , 
   
   
   
  >>>yah memang seh saya memaklumi, akan tetapi dengan ada nya peremajaan 
pegawai >>>seharusnya, dan setingkat propinsi dibawah langsung departemen, ada 
hal2 yang tak >>>perlu ada bias...
   
  sanak
   
   
  sama seperti kasus anak dhuafa yang pak riri sebutkan, dengan aalsan 
terorisme sedang gencar di indonesia, menjadikan pembuatan ini di perketat, dan 
kemudian dengan alasan itu pula menajdikan saya mengalami kesulitan meminta hak 
saya sebagai warga negara. cuma itu... dan kalau melihat silogisme yg mak riri 
sebutkan, kayaknya gak boleh... atas kesalah satu-dua orang, banyak orang 
dirugikan oleh negara... apa karena saya jabok/ba-jambek... ntah lah... 
   
  input pegawai depdagri/imigrasi setau saya dari sekolah2 seperti IPDN, dll... 
bener gak seh?? 
  ----
  pak riri, sebenarnya kan bukan karena permasalahan sepele itu saya 
menggugat... saya manusia zaman kini, walaupun agak miskin dan gak beradat... 
;p 
   
  melihat pola2 yang speperti itu yang seharusnya ada effisiensi yang tinggi, 
terlebih dah disinergikan dengan IT [online]... apalagi yang kita tunggu?? 
sumabr bisa maju lebih cepat, jangan sampai kesalahan kecil ini malah 
menghalangi potensi besar sumbar untuk berkembang... [teori broken window... 
memperbaiki yang kecil untuk memperbaikin yang besar]
   
  coba kita bayangkan di berita disebutkan para TKI asal indonesia 
dipulangkan... lalu bagaimana yg dari sumbar?? saya belum pernah melihat 
pengusiran gelombang eksodus itu... ini menjadi penting, segala potensial 
termasuk birokrasi dan hukum memberikan hak bagi kita sebagai warga negara yang 
merdeka. karena sejatinya ada dua proses didalam kenegaraan dari apa yg saya 
pahami dari karya aristoteles [politics].
   
  ini juga yang bisa kita panen dari sektor pariwisata, kalau ada akses 
administrasi yg lebih mudah dari malaysia dan singapura, bukan gak mungkin 
mereka akan berplesiran ke sumbar... ini aset yang besar, dengan hanya 
memperbaiki permasalahan kecil tadi, [karena serumpun], banyak yang bisa di 
inovasikan oleh sumbar... [correct me if im wrong..]
   
  pertama, pengakuan kebertundukan pada hukum yang disepakati bersama.. yakni 
hukum negara...
  kedua, pemberiaan hak kepada warga negara oleh warga negara yang lain negara, 
teruatama yang diserahi mandat warga negara yang lain [pemerintah].
   
  bila salah satu butir explisit, [belum pernah ada kontrak sebagai warga 
negara kan] dilanggar salah satu pihak, maka sebenarnya gugur pula keterikatan 
sebagai warga negara... 
   
  dalam politics juga disebutkan, pola konservatif pengakuan warga negaraan 
diatur berdasarkan wilayah, teritorial dan suku-suku... sedangkan pola yang 
modern adalah atas dasar pengakuan atas kedaulatan.
   
  indonesia mau sperti apa? nggak bisa donk di jakarta kita anut yg modern, 
sedangkan di daerah kita anut yg konservatif...
   
  ketidakpastian ini, walaupun ada ketegasan dalam perundangan yang membuat 
kita sebagai warga negara sebenarnya didzalami oleh negara... sedangkan negara 
tidak tahu klo para aparaturnya seperti itu... 
   
  bukan karena faktor saya pak riri... tapi kebetulan saya yang menggugat... 
seperti tentang indonesia, kebetulan hatta menyebutkan pembelaannya di sidang 
di belanda... 
   
  kalau ayah saya ngajarin saya, sperti ini pak riri "karena saya orang minang, 
pantang dek awak di parmainkan", apalagi kalau saya paham... ;p iya gak pak 
mantari?? ^_^
   
   
  jabok
  masih menggugat.. n im not broken d rule...
  mari berinovasi...

     

       
---------------------------------
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke