sdr wk Ketua Sekjen dan MKAS S Barat
Info dari Arnldison daat kita manfaatkan memintakan barang dua artikel awal 
untuk Loka Karya ada UNAND
Ch N Latief


----- Original Message ----
From: Arnoldison <[EMAIL PROTECTED]>
To: RantauNet@googlegroups.com
Sent: Wednesday, May 2, 2007 10:20:12 PM
Subject: [EMAIL PROTECTED] Peran sistem transportasi Kereta Api di propinsi 
sumatera bara


Seminar  Sehari  Kereta  Api,  Jurusan  Teknik  Sipil  Fakultas Teknik
Universitas Andalas, Padang,

13 April 1998
Gray literature from JBPTITBPP / 2007-02-14 18:48:05
Oleh : Ofyar Z. Tamin, Prof.Dr.Ir., Department of Civil Engineering ([EMAIL 
PROTECTED])
Dibuat : 1998-04-13, dengan 1 file

Keyword : 
Sistem transportasi kereta api, Jalur pengumpan (feeder), Jalur penunjang


1. PENDAHULUAN 

Pembangunan  jaringan  kereta  api  di  propinsi  Sumatera  Barat yang
dimulai  pada  tahun  1889  bertujuan untuk mengankut batubara Ombilin
dari Sawah Lunto menuju Teluk Bayur. Untuk angkutan penumpang kemudian
dibangun pula jalan kereta api dari Padang Panjang menuju Pariaman dan
Naras  yang  sejak  semula  dirancang untuk diteruskan ke Pasaman yang
berpotensi  di  sektor  perkebunan.  Melalui lintas ini pula dirancang
sambungan  ke  propinsi  Sumatera Utara ke Kota Pinang (Rantau Prapat)
melalui  Tapanuli  Selatan.  Di  propinsi Sumatera Barat sendiri dalam
menembus  pegunungan Bukit Barisan dari Padang ke Sawahlunto digunakan
teknologi  yang  ada  pada  abad  itu,  yakni  teknologi  rel bergigi,
sedangkan  untuk  sambungan  lintas  yang  akan menembus/menghubungkan
perdalaman  Sumatera  antara Lubuk Linggau-Kota Pinang (Rantau Prapat)
dipersiapkan lintas Muara Kalaban-Muaro.

Setelah  selesai perang kemerdekaan, moda transportasi jalan rel kalah
bersaing  dengan  moda  transportasi jalan raya. Untuk pembangunan dan
pengembangan   perkeretaapian  diperlukan  dana  yang  besar,  apalagi
setelah  masa-masa  yang  parah  dengan  backlog yang besar pada zaman
pendudukan  Jepang.  Pemerintah tidak punya dana yang cukup untuk itu.
Disamping  itu  di  mana-mana,  angkutan  jalan raya berkembang dengan
sangat  cepat.  Berangsur-angsur  baik  di  pulau Jawa maupun di pulau
Sumatera  banyak  lintas  kereta  api  yang  ditutup.  Khusus di pulau
Sumatera   setelah   seluruh  Aceh  ditutup,  Sumatera  Barat  sendiri
hampir-hampir   pula  seluruhnya  akan  ditutup,  kalau  tidak  segera
dibangun  jalur semen dari Bukit Putus ke Indarung yang dilakukan pada
tahun  1979.  Jalur  ke  Sawah  Lunto semata-mata hanya untuk angkutan
batubara untuk keperluan pabrik semen dan sebagian untuk ekspor.

Laju  pertumbuhan  ekonomi  di  propinsi  Sumatera  Barat selama PJP-1
terutama  di bidang pertambangan, perkebunan, dan perindustrian kurang
berkembang  sebagaimana  yang  diharapkan. Minat investasi ke arah itu
untuk  dikembangkan  di  kawasan  ini,  dihambat  oleh  kendala sistem
jaringan  transportasi yang kurang menarik, tidak menguntungkan bahkan
tidak  menunjang.  Jaringan  jalan  raya  ke  outlet/pelabuhan melalui
perbukitan  dan  lembah  sempit  yang  dalam  dan berbahaya, sedangkan
jaringan  kereta  api  masih  menggunakan  teknologi  rel bergigi yang
mempunyai  kendala  kecepatan  operasi  dan  kemampuan  angkut  sangat
rendah,  sehingga  biaya  operasi  komoditi bulki menjadi mahal, tidak
bersaing, dan tidak terjamin kelancarannya.

Kendati  demikian  dengan  segala  kendala  di atas, propinsi Sumatera
Barat   telah  berhasil  meningkatkan  pembangunan  di  belahan  barat
pegunungan  Bukit  Barisan. Sementara itu dalam masa-masa mendatand di
mana  arus  angkutan  nampaknya  cenderung  mengarah ke timur, apalagi
kalau  jalur  kereta  api Trans-Sumatera itu akan merentang di belahan
tengah  pulau  Sumatera, maka banyak hal-hal yang sedini mungkin harus
diantisipasi.  Pertama-tama  agar  aset  yang  telah  ada  di propinsi
Sumatera Barat ini, tidak hanya akan berfungsi sekedar jalur pengumpan
atau feeder tetapi merupakan jalur penunjang isolasi pantai barat dari
kendala geografis yang tidak menguntungkan.

Menghadapi  era  globalisasi dari perdagangan bebas, peranan teknologi
untuk  mencapai efisiensi tinggi yang makin dominan sangat dibutuhkan.
Peingkatan   tekologi  haruslah  berdampak  ganda.  Yang  tidak  kalah
pentingnya adalah peningkatan manfaat yang sebesar-besarnya dari semua
aset  yang ada (pelabuhan Teluk Bayur, pabrik semen di Padang, kawasan
industri  yang  sedang  dikembangkan, perkebunan dan pabrik yang telah
ada  dan lainnya) serta mengkaji implikasinya bagi pengembangan daerah
dan  kawasan  Sumatera  Bagian  Tengah  agar menarik bagi pihak swasta
untuk berpartisipasi.


Deskripsi Alternatif :

1. PENDAHULUAN 

Pembangunan  jaringan  kereta  api  di  propinsi  Sumatera  Barat yang
dimulai  pada  tahun  1889  bertujuan untuk mengankut batubara Ombilin
dari Sawah Lunto menuju Teluk Bayur. Untuk angkutan penumpang kemudian
dibangun pula jalan kereta api dari Padang Panjang menuju Pariaman dan
Naras  yang  sejak  semula  dirancang untuk diteruskan ke Pasaman yang
berpotensi  di  sektor  perkebunan.  Melalui lintas ini pula dirancang
sambungan  ke  propinsi  Sumatera Utara ke Kota Pinang (Rantau Prapat)
melalui  Tapanuli  Selatan.  Di  propinsi Sumatera Barat sendiri dalam
menembus  pegunungan Bukit Barisan dari Padang ke Sawahlunto digunakan
teknologi  yang  ada  pada  abad  itu,  yakni  teknologi  rel bergigi,
sedangkan  untuk  sambungan  lintas  yang  akan menembus/menghubungkan
perdalaman  Sumatera  antara Lubuk Linggau-Kota Pinang (Rantau Prapat)
dipersiapkan lintas Muara Kalaban-Muaro.

Setelah  selesai perang kemerdekaan, moda transportasi jalan rel kalah
bersaing  dengan  moda  transportasi jalan raya. Untuk pembangunan dan
pengembangan   perkeretaapian  diperlukan  dana  yang  besar,  apalagi
setelah  masa-masa  yang  parah  dengan  backlog yang besar pada zaman
pendudukan  Jepang.  Pemerintah tidak punya dana yang cukup untuk itu.
Disamping  itu  di  mana-mana,  angkutan  jalan raya berkembang dengan
sangat  cepat.  Berangsur-angsur  baik  di  pulau Jawa maupun di pulau
Sumatera  banyak  lintas  kereta  api  yang  ditutup.  Khusus di pulau
Sumatera   setelah   seluruh  Aceh  ditutup,  Sumatera  Barat  sendiri
hampir-hampir   pula  seluruhnya  akan  ditutup,  kalau  tidak  segera
dibangun  jalur semen dari Bukit Putus ke Indarung yang dilakukan pada
tahun  1979.  Jalur  ke  Sawah  Lunto semata-mata hanya untuk angkutan
batubara untuk keperluan pabrik semen dan sebagian untuk ekspor.

Laju  pertumbuhan  ekonomi  di  propinsi  Sumatera  Barat selama PJP-1
terutama  di bidang pertambangan, perkebunan, dan perindustrian kurang
berkembang  sebagaimana  yang  diharapkan. Minat investasi ke arah itu
untuk  dikembangkan  di  kawasan  ini,  dihambat  oleh  kendala sistem
jaringan  transportasi yang kurang menarik, tidak menguntungkan bahkan
tidak  menunjang.  Jaringan  jalan  raya  ke  outlet/pelabuhan melalui
perbukitan  dan  lembah  sempit  yang  dalam  dan berbahaya, sedangkan
jaringan  kereta  api  masih  menggunakan  teknologi  rel bergigi yang
mempunyai  kendala  kecepatan  operasi  dan  kemampuan  angkut  sangat
rendah,  sehingga  biaya  operasi  komoditi bulki menjadi mahal, tidak
bersaing, dan tidak terjamin kelancarannya.

Kendati  demikian  dengan  segala  kendala  di atas, propinsi Sumatera
Barat   telah  berhasil  meningkatkan  pembangunan  di  belahan  barat
pegunungan  Bukit  Barisan. Sementara itu dalam masa-masa mendatand di
mana  arus  angkutan  nampaknya  cenderung  mengarah ke timur, apalagi
kalau  jalur  kereta  api Trans-Sumatera itu akan merentang di belahan
tengah  pulau  Sumatera, maka banyak hal-hal yang sedini mungkin harus
diantisipasi.  Pertama-tama  agar  aset  yang  telah  ada  di propinsi
Sumatera Barat ini, tidak hanya akan berfungsi sekedar jalur pengumpan
atau feeder tetapi merupakan jalur penunjang isolasi pantai barat dari
kendala geografis yang tidak menguntungkan.

Menghadapi  era  globalisasi dari perdagangan bebas, peranan teknologi
untuk  mencapai efisiensi tinggi yang makin dominan sangat dibutuhkan.
Peingkatan   tekologi  haruslah  berdampak  ganda.  Yang  tidak  kalah
pentingnya adalah peningkatan manfaat yang sebesar-besarnya dari semua
aset  yang ada (pelabuhan Teluk Bayur, pabrik semen di Padang, kawasan
industri  yang  sedang  dikembangkan, perkebunan dan pabrik yang telah
ada  dan lainnya) serta mengkaji implikasinya bagi pengembangan daerah
dan  kawasan  Sumatera  Bagian  Tengah  agar menarik bagi pihak swasta
untuk berpartisipasi.

sumber
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-grey-1998-32ofyarzta-1845&q=Daerah





__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Anda menerima pesan ini karena Anda tergabung pada grup Grup Google "RantauNet" 
grup.
 Untuk mengirim pesan ke grup ini, kirim email ke RantauNet@googlegroups.com
 Untuk keluar dari grup ini, kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
 Untuk pilihan lainnya, lihat grup ini pada 
http://groups.google.com/group/RantauNet?hl=id
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke