Fungsionalitas Struktur dalam Adat Minangkabau Adat Minangkabau bukanlah yang pertama dan menjadi fokus semestinya dalam setiap topik pembahasan tentang Minangkabau, sehingga, secara sepihak dapat disimpulkan upaya pembahasan tentang ke-Minangkabau-an tak lebih dari sebuah romantika yang bercerita tentang nilai-nilai sejarah yang telah dahulu tercatat sebagai sejarah. Upaya pengungkapan kembali ke-Minangkabau-an setidaknya telah memberikan nyawa dalam perkembangan Minangkabau itu sendiri, akan tetapi hendaknya segala kritisi dan opini tentang ke-Minangkabau-an dirumuskan sebagai suatu gagasan tentang perubahan fungsi (fungsionalitas) yang patut dikritisi dan dicermati oleh semua pihak khususnya pemangku adat dalam Minangkabau. Apabila mengacu pada fungsionalitasnya, maka belenggu selama ini tentang Minangkabau dapat segera menjadi gelombang pembaharuan dalam Minangkabau. Sebagai contoh, dualitas struktur masyarakat yang ekstrem dijalani dalam satu kehidupan masyarakat Minangkabau kini. Pola egaliter yang mendudukkan manusia "duduk sama rendah' berubah menjadi pola-pola feodal yang menempatkan struktur satu diatas yang lainnya, sehingga secara tidak sadar akar budaya egaliterian dalam suku bangsa Minangkabau telah terakulturasi dengan pola feodal, yang bahkan tidak mungkin akan menciptakan Minangkabau baru yang feodal. Keputusan untuk menjadi feodal dan egaliterian menajdi pilihan para pemuka adat untuk mengkondisikan nagarinya masing-masing sesuai dengan pepatah "adat saligka nagari", sedangkan upaya-upaya untuk mengkritisi keadaan tersebut hendaknya dilakukan oleh semua pihak yang mengaku bersuku Minangkabau. Nagari Minangkabau dahulu yang terdapat balai, taratak, minimal 4 suku inti, surau dan lain sebagainya, sedangkan Minangkabau yang baru bisa jadi terdapat sentra Ekonomi, ATM, Bank, Perpustakaan, Sekolah dan prasarana modern lainnya. Akan tetapi sampai sejauh mana kita berani mempertahankan fungsionalitas yang seharusnya ada di Nagari Minangkabau itu sendiri, ini lah yang seharusnya menjadi tantangan generasi baru Minangkabau, untuk tidak terlena dengan Romantisme masa lalu dan lebih pula tidak terlena pada pendiskriminasian akar budaya Minangkabau itu sendiri dengan menjalankan pola-pola feodal yang ada dominan di Indonesia.
-- tan JABOK --------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---