Setuju sanak tan jabok,

berbicara soal ranah dan rantau, semestinya kita berbicara tentang
sebuah
sistem yang satu, bukan sesuatu yang terkotak-kotak.

sistem kita merupakan sistem  yang njlimet (kompleks), terkotak-kotak,
dan
hubungannya gak nyambung. dari yang dulu zaman Ahmad Khatib hingga
saat ini,
seperti terlepas saja koordinasi ranah dan rantau.

kemarin baca buku budaya cina, mereka dibangun dengan pola hubungan
sesimple
mungkin, tapi dasarnya trust. mereka dulu juga bangsa petani, bukan
pedagang.
pedagang adalah profesi yang hina. tetapi perubahan mereka begitu
cepat,
dengan pola perdagangannya saat ini, mereka menjadi sebuah sistem
patron,
mungkin yang terkuat di dunia.

mengenai tulisan sanak di paragraf kedua, saya juga paling hanya bisa
mengulang pertanyaan yang sama.

bagaimana caranya?

wassalam
erwin z
 


On Friday 11 May 2007 22:54, a.arifianto wrote:

>   bang erwin klo boleh saya menanggapi,
>
>   disitulah pertanyaannya, tidak bermaksud menganalisis yang dibelakang,
> tapi berbicara yang didepan... masihkah seperti itu? patron-client? karena
> yang saya lihat seperti anak kerbau yang kehilangan induknya, sayangnya
> kali ini tak ada yang memasang pisau ditanduknya...
>
>   kalau saya bilang, lepas semua batas administratif, berikan hak (suku)
> kepada si anak hilang (rantau), tentang Minangkabau bukan Sumatera Barat...
> tentang rakyat bukan negaranya... tentang manusia bukan sistemnya...
>
>   ---
>
>   bagaimana caranya, bukankah itu yang sedang kita diskusikan...
>
>
>   wassalam,
>
>   tan jabok
>
>


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke