Tulisan ko bernuansa kegereja-gerejaan, jadi maso nan ka datang, ndak usahlah dilayokkan di milis kito ko tulisan saroman itu.
Wassalam, HM Dt.MB (50+) > > Oleh: Leo Murbandono Hs., 05 Januari 2001 > Asal Usul Doktor > > Di peradaban Eropa purba yang telah menyerap 1001 unsur luar semisal > Ibrani dan Yunani, tiap orang yang dikerumuni sejumlah orang lain yang > mendengarkan dan mengikuti wejangannya disebut doktor, dominus atau > magister. Jika adat purba ini kini ditiru di Indonesia, maka setiap > ketua partai, suhu pencak silat, atau bos apa saja, barangkali memang > berhak disebut doktor, tanpa perlu membeli titel doktor atau profesor > yang konon seharga Rp 5 juta itu. > > Tidak Meniru Doktor Purba > Tapi doktor masa kini tidak meniru doktor era purba itu. Doktor saat > ini mengacu pada doktor titel akademis yang mulai digunakan sekitar > abad XII saat universitas-universitas pertama di Eropa didirikan. > Menurut Erman Horn (Leipzig, 1904), Denifle (Berlin, 1885), Kaufmann > (Stuttgart, 1888), Rasdhall (Oxford, 1895), Laurie (New York, 1898), > Battandier (Paris, 1906), dan Douglas J Potter (New York, 1909) > selanjutnya jadi fondasi catatan kecil ini doktor itu mengacu mutu > keilmuan dan semua interelasinya di sektor pendidikan. Doktor adalah > mereka yang "berwenang mengajar di mana pun secara absah - jus ubique > docendi. > > Mengajar > Bahwa doktor bersangkut-paut dengan jagat mulia guru, mungkin berakar > dari sejarah gereja. Doktor (Latin, docere = mengajar) adalah orang > yang berwenang mengajar. Kata "doktor" telah muncul dalam Perjanjian > Lama. Deuteronomium misalnya, menyebut mereka berada "di antara para > pangeran dan nenek-moyang." Juga, ada tersurat: "Lama sekali Israel > tanpa Tuhan yang sejati, tanpa imam doctore, dan tanpa hukum" - absque > sacerdote doctore, et absque lege (II Tawarikh 15:3). Di masa Yesus > (historis) hidup, penegakan hukum atau order sosial berada di pundak > para "doktor." Dalam pada itu, di dalam Talmud juga disebutkan > guru-guru Yahudi yang memperoleh titel doctor gemaricus dan atau > doctor mischnicus. > > Rahmat Khusus dan Kharisma > Masa saat Perjanjian Baru mulai menjelma jadi himpunan umat alias > gereja, doktor adalah mereka yang menerima rahmat khusus dan kharisma, > semisal "nabi dan doktor" di gereja Antiokia. Surat St Paulus untuk > umat di Korintus dan Efesus mencatat: "Tuhan telah menetapkan beberapa > orang di dalam gereja: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, dan > ketiga sebagai doctores" (1 Kor 12:28 dan Eph 4:11). St Paulus sendiri > menyebut dirinya "doktor" para Gentiles dalam iman dan kebenaran (1 > Tim 2:7). Sedang doctor gentium adalah salah satu titel yang ia > berikan bagi mereka yang unggul dalam bidang liturgi. > > Pada zaman gereja purba (gereja awal, himpunan umat yang terjadi > spontan di sekitar para rasul), para guru di sekolah-sekolah kateketik > alias "pesantren" gereja disebut doctores audientium (Cyprianus, Ep > 29). > > Doktor Abad Pertengahan > Pada paruh pertama abad XII, titel doktor memperoleh makna lebih luas. > Ia bukan cuma soal posisi resmi, tapi juga keunggulan prestasi > pribadi. Saat para doktor membentuk suatu collegium, mereka merumuskan > persyaratan bagi orang "luar" yang berminat jadi anggota sirkuit > tersebut. Itulah awal yang mendasari sistem kelembagaan titel-titel > akademis. > > Jenjang > Jenjang doktor yang paling awal diakui adalah hukum sipil (doctores > legum), menyusul hukum gereja (doctores decretorum). Lalu pada abad > XIII diakui doktor medis, tata bahasa, logika dan filsafat. Jenjang > doktor musik diawali di Oxford dan Cambridge pada abad XV. Pada bidang > kesenian dan teologi, titel magister lebih umum digunakan katimbang > doktor, tapi untuk waktu cukup lama dua titel ini sederajat dan > merupakan sinonim saja. > > Pada masa sesudahnya titel doktor diberikan pada semua fakultas yang > dianggap unggul. Titel master diberikan hanya untuk tata bahasa dan > kesenian. Di Jerman, pada masa itu titel doktor dan magister bisa > dipertukarkan alias sederajat. > > Doktor dan Bakaloret > Pada awalnya, di banyak universitas tertua Eropa, semisal Bologna, > cuma ada program pendidikan doktor. Program baccalaurate dan lisensiat > diawali di Paris dan Inggris. Di Bologna, lama program doktor hukum > gereja 6 tahun, hukum sipil 7-8 tahun. Para "siswa" umumnya memulai > pendidikan pada usia sekitar 14 tahun. Menjadi doktor antara usia > 20-22 tahun. > > Syarat Pengajar > Di universitas Paris, statuta tahun 1215 mensyaratkan, pengajar > teologi minimal harus berusia 35 tahun dan sudah menempuh pendidikan > minimal 8 tahun dan 5 tahun dalam teologi. Di Jerman, dulu, doktor > teologi dianggap paling "unggul". (Sekarang tentu saja tidak. Tiap > disiplin ilmu dianggap sederajat, unik, dalam perbedaannya > masing-masing). > > Ujian > Bahwa kedoktoran itu agaknya bukan barang kelontong, antara lain bisa > disimak dari proses dan cara pemberiannya. Di abad pertengahan, sang > penerima titel doktor diberi buku, cincin dan biretta (topi dengan > empat sudut lancip). Malam hari sebelum upacara, diselenggarakan debat > yang intinya meneliti dan menguji kemampuan calon, yang disebut > vesperice. > > Dalam perkembangannya, proses dan tata cara pemberian gelar itu > berbeda-beda, bergantung kepada zaman dan tempat. Ada yang serem > secara seremonial dan ada yang biasa-biasa saja. Di suatu zaman > diberlakukan amat ketat, tapi di masa dan tempat lain agak longgar > atau sekadar formalitas. Meski begitu, hakikat pemberian titel itu > relatif tak berubah ialah diberikan oleh rektor setelah mendengarkan > para pengajar bidang tertentu di fakultas terkait mengenai "mutu" sang > kandidat. > > Di universitas-universitas Inggris, meniru Paris, pengajar hukum > disebut doktor dan profesor teologi disebut master. (Note: sampai kini > di sejumlah negara Eropa, guru di sekolah-sekolah menengah disebut > profesor - di Belanda docent. Profesor, dalam arti Guru Besar, adalah > orang yang punya stoel alias kursi di universitas. Jika kursi ini > lowong, bisa dilamar oleh mereka yang memenuhi syarat.) > > Doktor dan Gereja > Di samping doktor beneran yang "umum" itu, tradisi Katolik juga > mengenal doktor beneran tapi "tidak umum" yakni Doktor Gereja. > Penerima titel ini cuma mereka yang "luar biasa" dalam ilmu dan > pengamalannya - umumnya teolog atau filsuf - bagi kehidupan gereja. Di > sepanjang sejarah gereja sekitar 2000 tahun, Gereja Katolik cuma > "memproduksi" 32 Doktor Gereja (8 untuk ritus Timur dan 24 ritus > Barat), di antaranya dari ordo-ordo Yesuit (2), Dominikan (3), > Fransiskan (3), Redemptoris (1) dan Benediktin (5). Penganugerahan > "martabat" Doktor Gereja paling akhir adalah pada 1997 oleh Paus > Yohannes Paulus II untuk St Theresia dari Lisieux. Jadi, para pemegang > titel Doktor Gereja itu ibarat manusia "tidak umum" sebab titel itu di > luar jangkauan manusia "umum". > > Kesangaran Doktor bagi "Manusia Umum" > Tapi bagi kedoktoran manusia "umum" pun, oleh tradisi Gereja Katolik > prakonsili Vatikan II juga pernah dijaga secara ketat dengan 1001 > aturan, hingga tampak sangar. Sebagai contoh, silakan cicipi empat > butir berikut. > > Pertama, cuma Paus berwenang "menciptakan" doktor. Tapi hal itu bisa > dan acapkali didelegasikan pada universitas, seminari, dan lembaga > edukasi tertentu yang dianggap "tepercaya". Diploma dan lain-lain > produksi kekuasaan sipil memang absah, tapi untuk memperoleh pengakuan > kanonik (hukum Gereja), para doktor teologi dan doktor hukum gereja > harus melalui proses lembaga kepausan. > > Kedua, pada prinsipnya hanya imam yang berhak menyandang gelar doktor > teologi dan hukum gereja, bisa imam biarawan (diutamakan) tapi imam > sekuler alias praja juga tidak dilarang. Tapi selalu ada dispensasi > atau kekecualian untuk awam, jika betul-betul mumpuni. > > Ketiga, biretta doktor harus dikenakan pada acara-acara akademis, tapi > tidak di mimbar gereja (Konggregasi Ritus 1844). Cincin doktor harus > terus dipakai di jari, kecuali saat mempersembahkan misa dan atau > melakukan upacara gerejawi yang lain (Konggregasi Ritus 1892). > > Keempat, seorang uskup harus bergelar doktor atau lisensiat dalam > teologi atau hukum gereja. Jika dia seorang biarawan, masih harus > ditambah syarat harus mendapat persetujuaan dari pembesar ordonya. > > Barang Kelontong > Dari ihwal doktor abad pertengahan di atas, mudah-mudahan jelas, > kedoktoran itu agaknya cukup "hebat". Dunia kini telah berkembang di > segala sektor kehidupan, setelah sekitar 8 abad berlalu. Ini berdampak > luas, juga dalam bidang pendidikan, termasuk proses menjadi doktor. > Meski tersedia banyak jalan ke sana, tapi "martabat" kedoktoran > agaknya tetap dipertahankan. > > Sesuai tuntutan zaman, proses menjadi doktor masa kini juga disertai > persyaratan yang "lumayan berat" semisal keharusan riset, ketepatan > metode, seminar, observasi, wawancara, menelusuri seabrek-abrek daftar > bacaan (entah buku atau cuma sinopsisnya) dan lain-lain sebagai tolok > ukur mutu seorang kandidat. Syukurlah. Hal itu umumnya diberlakukan > secara disiplin dan ketat di semua sirkuit pendidikan sejati yang > tidak sudi terpuruk jadi sirkuit jual-beli barang kelontong. > > Jadi, titel doktor lima juta rupiah itu agaknya barang kelontong. Mau > beli atau tidak, terserah. Melarangnya jelas tidak sopan, dan mungkin > malah melanggar HAM. Tiap manusia itu bebas. Ada yang puas dengan > barang yang bisa diperoleh secara gampang. Ada yang baru bahagia > memperoleh barang, justru setelah melalui proses pontang-panting yang > panjang ***(05/01/2001) > > Radio Nederland > > ------------------------------------------------------------------------ > MUTIARA HADIST > "Pada setiap malam, Allah Tabaraka wa Ta'ala turun kelangit dunia, ketika > malam tinggal tersisa sepertiga terakhir, lalu berfirman, 'Siapakah yang > berdo'a kepadaKu, lalu Aku kabulkan do'anya! Siapakah yang meminta > kepadaKu, lalu Aku berikan permintaannya! Siapa yang meminta ampunan > kepadaKU, lalu Aku ampuni dia! (HR. Muslim) > ======================================================================== --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---