Was.w..w izinkan ambo koment, sederhana... mangaku minang barati mangaku baradaik jo baragamo islam bukan jo baragamo jo nan lain karano wakatu dulu di Bukik marapalam agamo nan di kukuahkan adolah Islam nan lai alun ado.. kalau ka mam buek -buek nan baru...diluar sajalah...tagaduah pulo urang... tapi itulah...si kapia ingin bacampua aduak pulo... he..he ado mungkin nan mancubo mangganti agamo Islam jo nan lain atau manambah kan jo agamo nan lain..sel-sel misionaris mungkin, teroris boleh deh... adaik basandi syarak. syarak basandi jo kitabullah dikecek nyo adolah mantra [pernah ambo di media kalau ndak salah majalah sabili] kalau anyo kapia..barati anyo lah mancabuik surang kaminangan nyo, ndak paralu lo urang sibuk mangaluakan nyo kalau la kapia. otomatis gitu lo... karano minang jo Islam la identik Masalah nyo si kapia tatap ingin ditarimo dan di akui sebagai urang minang sory... ma lo ka bisa.... Manuruik ambo kalau ndak bisa manarimo Islam...ya manjadi Isi Alam men lah... Tapi bagi urang kapia ndak usah ketek hati, Tuhan Maha Pengasih....pasti. mau jadi maliang, jadi parampok, jadi kapia gak masalah lah Ibilih ajo dikasihi...di kasih iduik..dikasih rasaki sampai kini PD men la jadi Kapia jan mangaku Minang...gitu lo... ok dutamardin umar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Alaikumsalam sanak Dafiq., Ambo cubo memperhatikan tulisan sanak, kalau-kalau ado alinea nan secara tegas menjelaskan bahwa kalau ado urang Minang yang murtad atau sesat, ada nan berpendapat dengan sendirinyo hilang pulo ke-Minang-annyo. Siapa yang berhak mencabut ke-Minangan seseorang? Mohon pencerahan, Tarimo kasih. Ambo cckan ke milis MinangUSA nan kebetulan sadang hangat mendiskusikan itu, Wassalam ajoduta
Muhammad Dafiq Saib <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu Atas permintaan pak Saaf untuk menulis dalam bahasa Indonesia postingan dengan judul 'Adiak Buya Hamka, ka dipangaakan baliau', berikut ini saya tulis ulang dengan judul yang sedikit dimodifikasi. Allah Ta'ala berfirman bahwa, 'Siapa saja yang ditunjuki Allah hatinya maka tiada siapapun akan sanggup menyesatkannya, dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, tiada siapapun akan sanggup menunjukinya. 'Man yahdilLahi falaa mudhillalahu, wa man yudhlilhu fa laa haadiyalahu.' Kalau begitu apa yang harus kita lakukan? Akankah kita pasif saja? Kita tunggu saja biar Allah memasukkan setiap kita kemana saja yang dikehendakiNya? Tentu bukan demikian. Kita diberi bekal oleh Allah berupa otak (pikiran) serta hati (keimanan) dan perasaan (hawa nafsu). Begitu banyak contoh ditunjukkan Allah untuk meyakini kebenaran yang datang dari Allah. Namun kita mesti berusaha mencari dan memahami ayat-ayat Allah tersebut dengan mempergunakan akal budi yang kita miliki. Allah itu Maha Tunggal. Lalu ada manusia mengatakan bahwa Allah itu berserikat. Coba gunakan akal pikiran. Bisakah masuk di akal bahwa Allah itu bersekutu? Alam raya ini diciptakan Allah sendirian, sejak jaman yang hanya Dia saja yang tahu kapan tepatnya, entah berapa milyar tahun yang lalu jika diukur dengan takaran waktu manusia. Adalah Allah sendiri yang menciptakan alam raya yang luas langitnya berlapis-lapis. Lalu ada orang mengatakan bahwa sejak sekian ribu tahun yang lalu, hanya sekian ribu tahun dari kurun waktu penciptaan Allah yang tidak berhingga waktunya, tiba-tiba Allah jadi berserikat. Allah mempunyai anak. Cobalah gunakan akal, mungkinkah logika seperti itu masuk dan diterima akal? Namun kita juga menyadari. Memang ada orang yang dijadikan Allah tertutup pintu hati mereka terhadap kebenaran yang datang dari Allah. Memang Allah mewahyukan kepada sebagian manusia sehingga manusia itu dekat kepada ketakwaan. Sebaliknya ada yang Allah biarkan sehingga mereka dekat kepada kekafiran, kebodohan, ke fasikan, 'Fa alHamaHa fujuraHa wa taqwaaHa' (maka Dia mengilhamkan jiwa itu kefasikan dan ketakwaan). (Asy Syams (91) ayat 8). Ada saja bergetar dihati manusia keinginan untuk berbuat baik atau berbuat jahat. Selalu saja seperti itu. Tapi ada manusia yang yang bisa menguasai gerak hatinya. Ada yang mampu mengalahkan gerak hati yang ingin berbuat jahat atau kefasikan sehingga dia tidak jadi berbuat jahat atau fasik. Tapi ada pula yang tidak mampu mengerjakan kebaikan sesuai dengan yang tergerak dihatinya lalu bahkan berbuat kebalikannya yaitu kejahatan. Begitulah manusia. Dan kita tidak bisa mengelompokkan atau menggeneralisir manusia sesuai dengan suku dan bangsanya ke dalam satu kategori saja. Tidak bisa kita mengatakan bahwa semua orang Arab adalah orang-orang beriman belaka. Atau seluruh orang Minangkabau adalah orang-orang Islam yang baik belaka. Tidak bisa kita mengatakan demikian. Begitu pula sebaliknya tidak bisa kita mengatakan bahwa seluruh orang Eropah adalah orang semua. Atau semua orang Batak Toba adalah orang Kristen semua. Tidak bisa demikian. Sama tidak bisanya kita mengatakan bahwa disekitar orang alim pasti hadir orang alim semua. Anak seorang ustad pasti orang faham agama semua. Bukankah sudah dicontohkan oleh Allah putera Nabi Nuh yang bernama Kan'an. Ternyata dia adalah seorang yang ingkar atau kafir. Dia menolak kebenaran yang datang dari Allah melalui Nabi Nuh yang adalah ayahnya sendiri. Begitu juga dengan istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Kalau Allah membiarkan mereka berada dalam kefasikan atau kesesatan tiada seorang jua yang dapat menunjuki mereka. Jadi bagaimana kita menyikapi kalau ada orang Minang yang dibiarkan sesat oleh Allah?Sehingga dia menjadi kafir atau murtad masuk agama lain selain Islam? Atau bahkan jadi orang yang tidak percaya dengan keberadaan Tuhan? Atau yang berprilaku fasik atau jahat? Menyikapinya adalah dengan menyampaikan dakwah kepada mereka. Sampaikan dan ingatkan mereka agar kembali ke jalan Allah dengan segenap kemampuan yang ada pada diri kita. Ketika kita melihat kemungkaran di dekat kita, entah berupa kemurtadan, atau kefasikan atau yang lain-lainnya, sebaik-baiknya dicegah dengan tangan atau kekuasaan kita. Kalau tidak sanggup dengan tangan, kalau kita tidak mempunyai kekuasaan untuk memperbaikinya, lakukan dengan lisan. Sampaikan dakwah dengan kata-kata. Kalau inipun tidak sanggup lakukan dalam hati dengan doa kepada Allah, meski yang terakhir ini menurut sabda Rasulullah adalah yang selemah-lemahnya iman. Dan yang lebih utama lagi adalah berusaha memelihara iman kita secara berkesinambungan. Lalu sesudah itu memperhatikan pula anggota keluarga kita sendiri untuk senantiasa diingatkan agar tetap dalam iman kepada Allah. Lalu kaum famili kita juga diperhatikan. Dan orang sekampung kita juga diperhatikan, begitu seterusnya. Terakhir sekali, seandainya kita sudah berusaha, namun 'mereka' tetap juga ingkar. Tetap juga dalam kekafiran mereka atau dalam kefasikan mereka, maka bolehlah kita menjaga jarak dengan batas yang tegas dengan mereka. Mereka tidak lagi jadi saudara kita, tidak lagi menjadi kerabat kita. Ini sesuai pula dengan contoh yang ditunjukkan Allah dengan pristiwa putera Nabi Nuh. Ketika Nabi Nuh berseru, 'Ya Allah yang sedang hanyut itu adalah anakku', Kata Allah, bukan. Dia bukanlah anggota keluarga engkau lagi. Bacalah di dalam surat Huud ayat 45 - 46. Mudah-mudahan bermanfaat. Wassalamu'alaikum St. Lembang Alam http://lembangalam.multiply.com http://360.yahoo.com/stlembang_alam --------------------------------- You snooze, you lose. Get messages ASAP with AutoCheck in the all-new Yahoo! Mail Beta. --------------------------------- Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---