Awal tahun 1985, ayah diangkat jadi kepala perwakilan kecamatan X Koto 
Singkarak di Paninggahan, yang meliputi wilayah Paninggahan dan Muara Pingai.  
Sekarang daerah ini sudah menjadi kecamatan penuh, namanya Kecamatan Junjuang 
Sirih.
   
  Kami mengontrak rumah di dekat Pasar, disana disebut Balai.  Masa-masa 
berdiam di Paninggahan adalah masa yang paling kami ingat.  Banyak sekali 
pengalaman unik di daerah sini.  Adik bungsuku lahir disini, di tahun 1986.  
Mungkin ratusan cerita bisa terlahir disini, karena begitu banyaknya pengalaman 
yang kami rasakan sekeluarga.
    
  Ketika itu, kami punya seekor yang anjing yang sangat patuh.  Namanya Pilo.  
Ritual paginya adalah berlari di belakang Honda Win ayah menuju kantor.  Lalu 
ia tidur-tiduran di teras kantor ayah sampai jam 10 pagi.  Setelah itu, ia 
pulang untuk menjaga rumah.  Ketika ayah dan Ibu pulang, ia akan berlari 
menjemput ke ujung gang.  Lalu mulai menggonggong meminta makan.  Dan Ibu pun 
memberikan makan.  Jam 2 adalah waktu Pilo untuk adikku yang nomor 3.  Adikku 
suka menjadikan Pilo kuda tunggangan, atau sesekali adikku memasangkan bajak 
kecil ke pundak pilo.  Selesai bermain dengan adikku, pilo melanjutkan kegiatan 
sosialisasinya dengan sesama komunitas anjing lainnya.
   
  Soal galak, Pilo jangan diragukan.  Begitu hebat sebagai seekor anjing 
penjaga rumah.  Ia hanya akan baik pada kami sekeluarga ditambah beberapa orang 
yang sering ke rumah.  Pernah suatu ketika ajudan Bupati datang ke rumah, 
menyampaikan pesan Bupati.  Pilo langsung menyalak dan memanjat si ajudan.  
Untung ayah melihat, kalau tidak, mungkin si ajudan sudah digigit atau 
mengambil langkah seribu sambil terbirit-birit malu.
   
  Pernah sekali di akhir 1989, ketika itu ayah sudah menjadi camat Singkarak 
tapi kami masih tinggal di Paninggahan.  Sore itu kami sekeluarga-dengan mobil 
dinas pak camat kijang merah- hendak ke Koto Baru (Kantor Bupati Solok-pen) 
menemani ayah.  Pilo lagi berkeliaran di dengan komunitasnya, dan kami pun 
tidak sempat mengikatnya di depan rumah.  Menjelang Sumani, adikku menengok ke 
belakang dan ia berteriak memberi tahu di belakang ada Pilo.  Segera ayah 
memberhentikan mobil, dan memang pilo lagi terengah-engah di belakang.   
Langsung Pilo dibawa ke rumah seorang Kepala SD kenalan kami, diikat disana 
untuk dilepas lagi nanti sampai kami nanti pulang dari Koto Baru.
   
  Ketika kami pindah dari Paninggahan tahun 1990, pilo diberikan ke keluarga 
Tek Jaminar.  Ketika kami berkunjung kesana 6 bulan berikutnya, Pilo masih 
mengenal kami.  Masih berusaha bermanja-manja ke Ayah dan adikku si 
penunggangnya.  Tahun 1993 ketika kami berlebaran ke Paninggahan, Pilo 
dikabarkan sudah mati tahun sebelumnya.  Kulihat adikku (waktu itu 11 tahun) 
tertunduk lama.  Mungkin ia menangis karena kehilangan Pilo untuk selamanya....
   
   
  Note:  cuplikan cerita Pilo ini adalah bagian dari tulisan Jejak Seorang 
Kampung nan Lagi Kampungan: UBGB


       
---------------------------------
Sick sense of humor? Visit Yahoo! TV's Comedy with an Edge to see what's on, 
when. 
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke