Assalamualaikum wr.wb

Da Wan, 

Tampaknyo tamasuak salah satu dari "Gravity Hill" (definisinyo: Gravity Hill 
provides an illusion due to the gradient of the road that makes you think you 
are going up when in actual fact you are going down)

Modelko ado puluhan atau mungkin ratusan di dunia, tamasuah di salah satu 
tampek di Gn, Kelud. ($http://en.wikipedia.org/wiki/Gravity_hill )

Yang di Madinah ko alun masuak di dalam daftar nan wikipedia, mungkin karano di 
sekitar tanah suci, dan pemerintah Arab pun ndak concern jo masalah ko

Beda jo urang awak, langsuang menganggapko tempat keramat.

Foto jalan nan di Madinah ko ado di  
http://www.gatra.com/2004-07-25/artikel.php?id=42063 

Ambo copy kan artikelnyo di bawah ko

Wassalam, 

Riri
Cara Ngebut di Musim Umrah

NAMANYA Mantheqa Baidha atau perkampungan putih. Letaknya di balik Gunung Uhud, 
sekitar 25 kilometer arah utara (setengah jam naik mobil) dari pusat kota 
Madinah. Persisnya berada di luar batas tanah haram. Sepintas tak ada yang luar 
biasa di sana. Tapi tempat itu kini sedang jadi tempat pelancongan primadona 
jamaah haji dan umrah Indonesia.
 
 Mantheqa Baidha, selain Quba, adalah lahan tersubur di Madinah. Jalan di sana 
tidak lebar, hanya dua jalur dan berkelok-kelok. Sangat berbeda dengan jalanan 
di Saudi yang umumnya lebar dan lurus. Kurma di sana terkenal sebagai kurma 
terbaik di Jazirah Arab. Di Mantheqa Baidha terdapat kurma ajwa (kurma Nabi). 
Dinamakan demikian karena dahulu Nabi Muhammad SAW sendiri yang langsung 
menanam benih pohon kurma tersebut.
 
 Sumber air bisa didapat hanya dengan menggali tanah kurang dari 20 meter. 
Awalnya di ujung wilayah subur itu hanya ada sebuah perkampungan lengang. Cuma 
terdapat sekitar lima rumah penduduk di sana. Sisanya hamparan pasir dan 
bebatuan. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, Mantheqa Baidha adalah tempat 
uzlah, menyepi. Para sahabat nabi sering mengasingkan diri ke sana ketika 
berselisih pendapat.
 
 Tapi kini, di tiap malam Jumat, malam akhir pekan penduduk Timur Tengah, 
kawasan itu ramai didatangi warga setempat. Tempatnya asyik untuk minum teh dan 
menyantap kudapan beralas tikar bersama keluarga. Cuma bukan alasan itu yang 
membuat jamaah Indonesia tertarik bertandang ke sana, melainkan fenomena 
alamnya.
 
 Fenomena unik terjadi sepanjang lima kilometer ruas jalan dari ujung aspal 
hingga pintu masuk daerah itu. Jalan ini berakhir di lima deret bukit yang 
mengelilingi Mantheqa Baidha. Di jalan ini, mobil yang mengarah ke perbukitan 
hanya bisa melaju pelan. Berat sekali. Tapi dari arah sebaliknya, mobil akan 
melaju kencang. Bahkan ketika mesin mati dan persneling netral, mobil bisa 
melaju hingga 130 kilometer per jam. Padahal kondisi jalan itu naik turun.
 
 Ini bukan isapan jempol. Beberapa jamaah Indonesia sempat membuktikan cerita 
itu. Awal Juli lalu, pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, KH 
Abdullah Syukri Zarkasyi, didampingi seorang staf pengajarnya, H. Ali Syarqawi, 
menyambangi tempat itu. "Subhaanallah... Allahu Akbar... Subhaanallah... Allahu 
Akbar," kata mereka, tak bisa menyembunyikan rasa takjub.
 
 Sebelumnya, Fathurrahman dan Abdul Hayat Hanan, jamaah umrah asal Indonesia, 
juga sempat menjajal keajaiban ini. Begitu memasuki daerah itu, Fathurrahman 
mematikan mesin dan menetralkan gigi persneling sedan Subaru miliknya. Sejurus 
kemudian, sedan buatan 1998 itu bergerak perlahan menjauhi perbukitan. Jarum 
spedometer pun mulai bergeser. Nol, 20, 60, 80... hingga akhirnya 120 kilometer 
per jam. Mobil Jepang itu melaju kencang.
 
 Pengalaman serupa dialami jamaah umrah asal Jakarta, Muhammad Ruhm dan 
istrinya. Kali ini dengan mobil yang lebih gede, GMC Suburban keluaran 2002. 
Hasilnya, GMC Suburban "terdorong" hingga kecepatan 130 kilometer per jam. 
Padahal mobil itu melaju di permukaan pasir. Kecepatan hingga 160 kilometer per 
jam pernah terjadi ketika sebuah bus jamaah umrah mencoba fenomena itu.
 
 Tapi sebuah kisah sedih sempat terjadi di sana. Pertengahan tahun 1995, 
pesawat latih berbadan kecil jatuh di daerah itu. Entah apa penyebabnya. Yang 
jelas badan pesawat terbelah dua. Apakah tragedi ini berhubungan dengan 
fenomena yang terjadi pada mobil-mobil tadi?
 
 Tidak ada yang tahu pasti ada apa dengan daerah itu. Bisa jadi karena di sana 
ada medan magnet besar. Tapi anehnya, logam dan jam tangan tidak mengalami 
gangguan apa pun. Maka, jangan bayangkan sendok dan garpu melayang-layang, 
beterbangan seperti di film Harry Potter.
 
 Warga sekitar pun terlihat tak acuh dengan keanehan itu. "Itu kan hal biasa. 
Katanya di bumi ada kekuatan jadzaabah (gravitasi). Kalau saya lagi kerja, 
mobil cukup direm tangan. Nggak perlu repot-repot kok," ujar Abdullah Shaleh 
Sulaiman, pemilik gerai penyewaan tikar dan ayunan anak di sana.
 
 Bahkan kalangan akademisi Arab Saudi juga tidak tertarik mempelajari fenomena 
ini. "Dalam sejarah Islam, tidak ada bahasan tentang Mantheqa Baidha, baik 
tekstual maupun non-tekstual," kata Dr. Abdullah bin Abdelhamed, pengajar di 
Islamic University, Madinah. Menurutnya, tidak ada yang aneh dengan tempat 
tersebut.
 
 "Jadi fenomena itu tidak perlu dibesar-besarkan. Hanya akan menjadikan kita 
musyrik, kalau terlalu mengagung-agungkan tempat tersebut," kata Abdullah bin 
Abdelhamed. Tapi, sebenarnya fenomena alam apa yang terjadi di Perkampungan 
Putih tersebut? Berdasar penelusuran Gatra, fenomena tersebut tampaknya bukan 
cuma terjadi di Mantheqa Baidha.
 
 Hal semacam juga terjadi di Gunung Halla di Korea Selatan, Gunung Penteli di 
Yunani, atau kawasan yang disebut Anti-gravity Hill, dekat Hanging Rock, 
Australia. Tapi tempat semacam ini paling banyak ada di Amerika. Yaitu di 
bagian timur Amerika Serikat, seperti Maryland, Pennsylvania, dan New York, 
serta Kanada. Umumnya tempat itu dinamai Gravity Hill alias Bukit Gravitasi.
 
 Banyak teori mencoba menjawab fenomena itu. Salah satunya milik Phillip Gibbs 
yang dimuat dalam situs Universitas of California Riverside. Menurut Gibbs, 
fenomena itu hanyalah ilusi penglihatan. Jalan menurun terlihat seperti 
tanjakan. Akibatnya, mobil dengan mesin mati seolah bisa merambat naik. Bahkan, 
jika di sana ditemukan sungai, airnya akan tampak mengalir ke atas.
 
 Kondisi ini biasa terjadi pada bagian jalan tertentu di daerah perbukitan, di 
mana kaki langit terlihat kabur. Benda-benda yang biasa dijadikan penanda 
bidang vertikal seperti pohon atau dinding, tidak ditemukan di sana. Mata pun 
dibodohi. Jalanan yang menurun tipis, terlihat menanjak.
 
 Di daerah itu manusia sering salah persepsi pada apa yang dilihat dan 
dirasakannya. Benda di kejauhan bisa terlihat lebih besar atau lebih kecil. 
Demikian juga dengan soal kemiringan lereng. Ketika berdiri di bidang dengan 
kemiringan satu derajat, terlihat seperti berdiri di lereng yang miring lima 
derajat. Dan ketika berdiri di kemiringan lima derajat, serasa dataran yang 
diinjak miring 30 derajat.
 
 Satu-satunya jalan untuk membuktikan apakah di tempat itu benar ada medan 
magnet atau sebatas tipuan mata, haruslah dengan pendekatan ilmiah. Salah satu 
cara sederhana adalah dengan menggunakan dua bandul yang dibebani batu dan 
besi. Jika benar di situ ada medan magnet, kedua bandul tadi akan membentuk 
sudut yang berbeda.
 
 Hasanuddin Z. Abidin, staf pengajar Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung, 
punya pendapat lain lagi. Menurutnya, ada dua kemungkinan untuk menjelaskan 
fenomena itu. Pertama, meluncurnya kendaraan bisa terjadi bila memang 
intensitas massanya besar. "Itu bisa terjadi di mana saja. Tak hanya di daerah 
Madinah saja," ujarnya kepada Taufik Abriansyah dari Gatra.
 
 Teori kedua, ada batuan yang mengandung medan magnit di daerah itu. Bahwa 
jarum jam dan alat-alat lain tidak terpengaruh, menurut Hasanuddin, bisa 
disebabkan tidak terjadi medan magnet yang bisa mempengaruhi arah jam. "Tapi 
ini baru teori. Untuk membuktikannya tentu harus ada penelitian," katanya lagi.
 
 Hasanuddin baru pulang dari Tanah Suci tahun 2003 lalu, dan membaca fenomena 
tersebut di koran lokal tak lama setelah pulang. "Sayang saya tidak sempat 
membuktikannya," kata ahli ilmu ukur bumi tersebut.
 
 Keajaiban Mantheqa Baidha menjadi cerita dari mulut ke mulut yang selalu 
membuat penasaran jamaah haji ataupun umrah Indonesia dalam beberapa bulan 
terakhir ini. Tapi, fenomena ini pun cuma berkembang di kalangan jama�h 
Indonesia. Sedangkan jamaah dari negara-negara lain jarang yang tertarik 
mengunjungi tempat tersebut.
 
 Beberapa biro penyelenggara perjalanan memanfaatkan tempat tersebut untuk 
memuaskan rasa penasaran pelancong Indonesia, meski para pemandu wisata umumnya 
tak bisa menerangkan detail fenomena Mantheqa Baidha. Tapi kebanyakan pelancong 
memang tak banyak bertanya, mereka cukup puas merasakan mobil yang mereka 
tumpangi melaju dengan kecepatan tinggi dalam keadaan mesin mati di balik 
Gunung Uhud.
 
 Amalia K. Mala, dan Nordin Hidayat (Madinah)
 [Ilmu & Teknologi, Gatra Nomor 36 Beredar Jumat, 16 Juli 2004]            




       
---------------------------------
Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to