karatau madang di hulu
  babuah ba bungo balun
   
  ka rantang awak dahulu
  jo kuah dek ota lalu...
  ---
  "spearman" entah kapan pernah masuk dalam sejarah bangsa ini, cerita bambu 
runcing pun sedikit tergoda oleh si "boy"... 
  ---
  imperalisme, satukata dari sebuah efek domino kerakusan... pembelaan atas 
kedaulatan terlihat dari balik jendela tetangga seperti pemberontakan, 
sedangkan perampasan dari jendela sebelah seperti menciptakan kejayaan yang 
baru...
   
  penipuan besar2an atas nama agama terjadi, hingga tuhan pun diakali dengan 
dalih ketaatan pada putera surya... penipuan tersestafetkan, karena memang 
tuhan tdiak pernah berjanji menjaganya... perkembangan perundangan, perubahan 
manifesto berkiblat pada agama... sayang tak semua orang tahu... pidana perdata 
tak lebih otokrasi vatikan mengatakan bahwa kami adalah raja diraja, hingga 
inggris menyatakan berpisah... dalam satu cerita arthur penduduk inggris asli 
adalah liar, bersembunyi dibalik pepohonan mencari mangsa... hingga bangga gog 
dan magog (ya'juj ma'juj di lain versi) menjadi simbol gedung dewan rakyat.. 
   
  dilain dunia, sebuah peradaban tercipta ketika sekat polis yang terbatas 
karena pembagian keseganan, menjadikan demokrasi ditikam oleh demokratos, 
demokrasi dipecundangi oleh mayoritasnya sendiri... sama seperti yang kini 
terjadi, kesepakatan berbuat menjadi pangkal tanpa ada yang bisa mencegah 
kecuali terkucil dalam demokrasi... penyakit demokrasi kata plato adalah 
kesepakatan... jadilah bisa dilihat ketika demokrasi menghasilkan penyakit 
dimana2, tak lebih pertanda bahwa demokrasi telah digerogoti oleh orang2 yang 
salah sebagai pembelanya... bila ini sudah terjadi status quo yang memunculkan 
otokrasi akan menciptakan satu pola perubahan besar, dimana sistem 
desentralisasi akan mengamankan negara dari chaos...
   
  tapilah kapan, ketika ufuk senja sudah mulai menyambut malam sedangkan tan 
malaka berkata hayya alashalah... revolusi dimulai...
   
  jabok
   
   
  

zen nez <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Tak begitu lama berlangusng ketika continent masih dianggap planet. Bahkan 
hanya sampai ditemukan "curragh" sebelum kapal kecil melayari laut, segera saja 
pradaban tercampur baur. Imigran china primitif menjadi org indian di tanah 
amerika. Ketika itu nenek buyut colombus un belum dikawini oleh kakek buyutnya. 
Tak sempat menunggu pesawat terbang ada, kamar2 peradaban mulai menggeser 
dindingnya kehalaman rumah. Dan saat ini peradaban bahkan sudah tak punya 
rumah. Yang ada hanya peradaban global. Manusia.. manusia... manusia. Tak 
penting minang, tak penting jawa dan tak penting indonesia. Perdaban kita 
bahkan sedang menunggu sandingan barunya yg tak kunjung juga datang. Atau 
jangan2 telah pula tercampur disini.

Lalu tak lama setelah "spearman" jadi trooper yg populer di awal perkembangan 
militer, bangsa sparta mulai membangun pasukan khusus. Ini menimbulkan banyak 
kekuatan berimbang dari para veteran tentara sparta. tak ada diantara mereka yg 
tak takut pada temannya. Tak ada legitimasi kekuasaan, maka dicetuskan elemen 
politik baru disebut parlemen. lalu ini lah yg kemudian disebut dengan 
demokrasi. lahir dari rasa saling takut dan sungkan para sejawat dan kandidat2. 
Lalu jaman menggiringnya menjadi lain. Demokrasi diperlukan krn rakyat takut 
pada penguasa. Hehe... lalu bergulirlah berbagai variant dari gagasan ini. 
sampai hari ini. Yang ada kita terseret arus lupa diri dan lupa kontek. 
Lihatlah betapa individu menjangkau semakin jauh dalam bumi yg tak lagi begitu 
bulat ini. Sementara terobosan baru dalam gagasan system/idiologi pengelolaan 
masyarakat belum juga lahir. Maka dari itu individu terbebani utk menjaga 
kesinambungan harmonisasi. Inilah bentuk lain dari penungguan
 peradaban. Gagasan ttg konsep komunitas baru yg efektif sedikit terlambat 
dibanding kecepatan perkembangan individu. Tentu saja mulai dari scorates, 
hatta dan tan malaka serta syahrir tak tau menahu ttg ini. Paling kalau mereka 
hidup lagi, mereka akan membuat iklan minta maaf di berbagai media masa ttg 
apa2 yg telah mereka konsepi dahulu itu.

Perkembangan kosep sedang idle. Akar konsepsi yg ada masih berupa akar lama yg 
tak lagi menjangkau perkembangan hari ini.

yang ada hari ini adalah yg tua terus menjadi makin tua sedangkan yg muda 
menjadi tua lebih cepat.


jabok <[EMAIL PROTECTED]> wrote:    asik... nongol juga...
  ---
   
  setiap kamar ada ruang, setiap ruang ada yang emnempati dengan ritme dan 
bahkan nafas busuk yang tak akan ingin kita hirup, tapi tetap dia sekamar 
dengan kita
  ---
   
  wajah peradaban tak pernah sama tapi seorang kawan selalu mengatakan mereka 
berjalan dalam ritme yang sama, hanya saja kadang pengamat pun tertipu dengan 
gemerlapnya...
   
  mengulangnya tak perlu kerja keras, lepas semua atribut demi sebuah niat yang 
bijak... kesejahteraan, bagi semua, dan tentu kita ada didalamnya... entah apa 
kata socrates melihat kita yang hanya mencoba menjadi lecture dari dalam lemari 
kaca... tentu hatta juga akan tertawa ringan... esok sore tak jadi main bola 
kata tan malaka, ada gerangan aksi massa di negara ku tentang "nafsu"... lalu 
kata syahrir, lebih baik aku bermain dengan anak kecil, karena masa depan 
adalah mereka bukan aku... 
   
  jabok
  

Rehza <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  
Spekulasinya bhw perjalanan perkembangan koloni manusia hampir mirip
dengan gurindam. bersajak AB-AB. demikian juga dengan jalan sejarah
manusia. selalau saja jika digeneralisir memperlihatkan perulangan
dari masa satu masa ke masa berikutnya. Jika dahulu sebelumnya
daripada masa sebelum ini, penekanan pada individu lebih dominan
dibadning kelompok atau system. masa itu individu membangun kelompok.
Lalu persis semasa sebelum skrg penekanan lebih banyak pada kelompok
yg tersistimasi. System kelompok lantas membangun individu. Lalu
persis semasa setelah itu (mungkin saja baru mulai saat ini atau
mungkin telah mulai bbrp waktu yg lalu bagi sebagian org atau tak akan
pernah mulai bagi yg lainnya), system kelompok mulai kehilangan akal.
individu yg terbangun didalam nya mengobrak abrik system itu sendiri.
namun gejala selalu saja benar. yg suka salah hanyalah yg mengamati.
maka terlihat bahwa pengembangan kembali tertumpu pada individu.
gejala jaman pencerahana baru mulai terlihat dalam bbrp lapisan
individu. itulah jaman gelombang kearifan dan spirituil. kesadaran bhw
nilai kebaikan perlu dikembang biakan di lingkungan sendiri yg dimulai
dari diri sendiri. memang tak ada pilihan krn tak akan pernah ada org
lain yg akan menyemaikannya utk kita. bahkan menabrak batas negara.
Romantisme nasionalisme terkelahkan oleh romantisme harmonisasi. ini
masuk akal saja. krn setiap kita membangun atribut eksklusif apapun
atas diri atau kelompok maka segera kita membangun batas dengan yg
lain. sementara harmonisasi tak mungkin terjadi jika tak berada dalam
kesetimbangan keseluruhan. lantas jika hal diatas benar maka
system/idiologi negara sudah tdk lagi merupakan isu yg perlu
dipusingkan. mulai saja dari tempurung kepala sendiri2. bahwa kita
perlu bekerja juh lbh keras dari saat ini dg benar dan memperhatikan
lingkungan sekitar kita serta dukung mendukung satu sama lain.

sayang sekali bhw tan malaka, bung hatta, bahkan socrates tak ada di
masa ini. jika ada mungkin kita akan mendengar pendapat mereka yg
berbeda dari apa2 yg pernah mereka sampaikan. maka dari itu. segala
nya ada dipundak dan persepsi kitas sahaja.

tapi kalao indonesia rasanya tak perlu begitu memusingkan hal ini.
kalo dilihat riwayat, memang kita hanyalah humus dari peradaban.
menyuburkan mereka dari pinggiran wilayah peradaban utama. yg jelas
kita ini adalah tak berakar. mulai dari candi barobudur sampai gedung
davinci, semuanya dalah karya org2 pendatang. dulu para leluhur kita
berhasil menepikan para penetap sebelumnya dg membawa peradaban2 yg
telah tak terpakai di daratana utama. dan skrg kita pun mulai
tertepikan oleh pendatang2 baru yg akan jadi leluhur baru buat
generasi berikutnya. lalu dimanakan pijakan kita melihat realita yg
ada ini?


--- In [EMAIL PROTECTED], jabok wrote:
>
> sebenarnya jika bisa dilihat keabsolutan penuh sampai tingkat mikro
itu yang diperlukan... 
> otonomi penuh... sampai kapan pun selama otonomi penuh, yang
menjamin kedaulatan setiap suku bangsa terpenuhi tidak ada yang
bermasalah dengan ini...
> 
> ironisnya, di indonesia ini yang tidak terwujud...
> 
> pilihan indonesia sebenarnya banyak...
> 
> sperti otonomi penuh, federasi, dsb bahkan yang terparah adalah
nation state... indonesia harus bubar dan setelah 1 abad menyatu
kembali dengan nama uni indonesia...
> 
> yang diminta oleh masyarakat adalah kedaulatan atas dirinya,
keluarganya, hak2nya, termasuk hak tanah dsb... sejauh ini hak2
privilage itu yang terabaikan... kalau otonomi penuh terjadi, dan
pengkajian ulang terhadap pajak, dimana harus dicari solusi pemasukan
lain dari negara... baru kedaulatan itu tercapai... sampai lingkaran
setan itu tidak terpecahkan... ya kita 17 agustusan terus aja...
> 
> pemasukan negara itu akan merosot drastis karena otonomi penuh,
sedangkan SBI di BI menumpuk dan pemerintah harus menanggung bunga
setiap tahun... tapi yg terjadi lebih kompleks dari itu... TNI,
departemen, dll, parpol... apakah berani berubah dan menanggung
perubahan...
> 
> wassalam,
> jabok
> 
> 
> Arnoldison wrote: 
> Sekedar membandingkan,
> 
> Seorang warga negara Korea yang notabene perekonomian
> negaranya sudah maju mengatakan penyesalannya kenapa Korea
> Selatan dan Korea Utara tidak bersatu sehingga menjadi sebuah
> negara besar.
> 
> Uni Soviet, yang sekarang terpisah menjadi negara-negara kecil
> mengalamai penurunan kewibawaannya dalam percaturan
> internasional.
> 
> Bagaimanapun hebatnya perekonomian Singapura tapi tidak bisa
> menjadi negara 'besar' karena penduduk yang sedikit dan
> wilayah yang kecil.
> 
> Bersatunya negara-negara eropa dalam uni eropa, bidang
> ekonomi, parlemen, dan akan mengarah dalam kesatuan pandangan
> dan pencapaian politik, membuktikan bawa berhimpun
> mendatangkan kekuatan yang lebih besar.
> 
> Tetap aktif (dirasakan perlunya) kerjasama regional bidang
> ekonomi dan pertahanan.
> 
> Timor timur yang lepas dari NKRI ternyata tidak menjadi lebih
> baik nasibnya sampai sekarang.
> 
> Wassalam
> 
> Arnoldison
> 
> 
> Wednesday, May 30, 2007, 8:07:37 AM, you wrote:
> 
> MS> Jangan ragukan rasa kebangsaan Indonesia saya sampai umur 22
> MS> tahun. Ketika mendengar ada propinsi yang hendak merdeka, hati
> MS> saya sangatlah dongkol bukan kepalang. Bahkan ketika orang tua
> MS> saya dicabut hak-haknya berkarir sebagai pegawai negeri sipil
> MS> gara-gara isu tidak bersih lingkungan, rasa kebangsaan saya pun
> MS> masih tinggi. Paman jauh saya, sejak tahun 70 sudah mengganti
> MS> kewarganegaraan mereka sekeluarga. Ketika mereka pulang mudik di
> MS> tahun 1993, hati saya masih marah betapa mereka dengan mudah
> MS> mengganti kewarganegaraan.
> 
> --- delete --
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ---------------------------------
> Ready for the edge of your seat? Check out tonight's top picks on
Yahoo! TV. 
> >



  
---------------------------------
  Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today!
  

    
---------------------------------
  You snooze, you lose. Get messages ASAP with AutoCheck
in the all-new Yahoo! Mail Beta.




       
---------------------------------
Luggage? GPS? Comic books? 
Check out fitting  gifts for grads at Yahoo! Search.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke