Assaaalamualaikum w.w. Nanda Bot S Piliang,

Ambo mandukuang panuah gagasan Nanda tantang
Pengelolaan Obyek Wisata berbasis Kerakyatan sarupo
nan di Bali itu, dan anjuran Nanda supayo  " ....,
> perlu sekali-kali kita memfasilitasi kapalo
> korong/wali nagari di lokasi objek wisata di
> Sumatera Barat untuk studi banding ke Bali, ....
> Pengelolaan berbasis pemberdayaan masyarakat ini
> agaknya menyebabkan Bali tetap harum di mata
> internasional."

Idee Nanda ko luar biasa, dan bisa kito kaikkan jo
gagasan 'homestay' nan alah dicubo dek pak Chaidir
Nien Latief.

Memang itu nan ambo caliak wakatu kunjuangan ambo ka
Bali baru-baru ko.

Baa pandapek Bu Nuraini, pak Nof jo sanak-sanak
panguruih MAPPAS lainnyo ? Pak Nof tolong bisiakkan ka
BA 1 gagasan, supayo Pemda mansubsidi saparalunyo
biaya ka sinan tu. Tantu sabalun barangkek paralu
diatur acara talabiah dahulu. Mintak tolong kito ka
bakeh Nanda Bot S. Piliang.

Wah, kalau iko bisa dilaksanakan, ambo raso dampaknyo
akan luar biasa. Urang Bali tantu sanang pulo kito
baraja ka sinan. [Eh, ado ciek lai, langkah kito ko
akan mampakuaik raso kabangsaan !].

Wassalam,
Saafroedin Bahar


--- Bot S Piliang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Sebelumnya, terima kasih banyak atas sambutan hangat
> yang Ibu/Bapak/Mamak2 ambo di milist nan ko. Jujur
> saja, saya tergagap dan agak risih juga karena
> kontribusi saya belum apap-apa dan tidak sebanding
> dengan compliments ataupun komentar yang diberikan.
> Tapi, apapun itu saya anggap sebagai masukan dan
> motivasi untuk diri saya sendiri untuk lebih banyak
> berbuat.
> Untuk MAPPAS sendiri, kalaulah memang saya dipercaya
> tentu sebagai Umbuik Mudo di Rantau, ambo siap
> meneria. Hanya saja, saya tidak terlibat dari awal
> dalam konsep MAPPAS dan tentu saja saja visi MAPPAS
> pun belum sepenuhnya saya cerna. Tapi secara prinsip
> tentu seluas-luasnya untuk kemajuan pariwisata
> Sumatera Barat, Ranah Minangkabau dan Bumi Sikerei.
> Untuk informasi saja, di Bali sebenarnya persatuan
> orang Minang rantau disini cukup kuat. Mereka
> tergabung dalam komunitas IKMS, atau Ikatan Keluarga
> Minang Saiyo. Paguyuban sangat dikenal dan disegani,
> baik dikalangan perantau dari daerah lain maupun
> oleh orang Bali sendiri. IKMS juga memiliki Mesjid
> yang cukup besar di Denpasar, Al Muhajirin yang oleh
> masyarakat Denpasar di sebut Masjid Padang.
> Kebanyakan perantau Minang disini bergerak di bisnis
> Rumah Makan yang tersebar diseantero masyarakat
> Bali. Dan rata-rata cukup sukses dengan bisnisnya
> (Rumah Makan PAdang adalah rumah makan yang paling
> tidak diragukan kehalalannya di Bali, karena di
> Pulau ini kita tidak bisa sembarangan memilih
> makanan). Hanya saja, sampai saat ini saya belum
> bsia bergabung dengan IKMS karena belum ada channel
> ke organisasi tersebut dan juga karena kesibukan di
> tempat saya bekerja juga.
> 
> Mamak-mamak dan Cik Uniang ambo...
> Satu hal tentang pengelolaan objek wisata Bali yang
> mungkin bsia kita terapkan di Ranah Minang, adalah
> pengoptimalan potensi Masyarakat melalui Desa Adat
> Pekraman (caro kitonyo...Nagari, Korong, Kampuang).
> Hampir semua objek wisata di Bali dikelola secara
> profesional oleh masyarakat adatnya dibawah
> pembinaan lembaga desat adat/pekraman. Melalui desa
> adat ini, dibuat awig-awig/peraturan adat yang
> bertujuan melestarikan objek wisata yang ada.
> Peratuan ini dipatuhi oleh seluruh krama (penduduk)
> Desa yang diteruskan pelaksanannya oleh Banjar Adat
> (semacam RW atau kampung di kito).
> Contohnya adalah objek wisata tanah Lot dan Ulun
> Danu Bedugul. Memasuki objek ini, kita tidak akan
> bertemu dengan petugas dinas pariwisata yang
> beseragam. Tapi ktia akan disambu oleh anak-anak
> muda dan gadis berpakaian adat Bali dipetugas jaga
> dan tiket. Didalam objek wisata, kemanan pengunjung
> dijaga oleh Pecalang (semacam polisi adat) yang juga
> berasal dari krama Desa tersebut. Pun masalah parkir
> ditata dan diurus oleh Krama Banjar dengan harga
> parkir standar, tidak asal-asalan. Hasil dari
> retribusiinilahyang kemudian di kelola oleh LPD
> (Lembaga Perbedayaan Desa), disetor kepemerintah,
> untuk membayar gaji krama yang bekerja dan sisanya
> untuk pembangunan desa/banjar bersangkutan.
> Kondisi ini bisa dijadikan contoh. Dan agaknya,
> perlu sekali-kali kita memfasilitasi kapalo
> korong/wali nagari di lokasi objek wisata di
> Sumatera Barat untuk studi banding ke Bali, bukan
> pejabat pemerintah yang pulang-paling paling cuma
> bawa oleh-oleh untuk bos/atasan dan serangkaian
> rekomendasi yang kemudian mengendap entah kemana.
> Pengelolaan berbasis pemberdayaan masyarakat ini
> agaknya menyebabkan Bali tetap harum di mata
> internasional. 
> Sumatera Barat bukan tidak mungkin menyamai Bali,
> bahkan lebih, tentu dengankonsep wisata sendiri. Dan
> yang paling penting adalah pemberdayaan masyarakat
> sekitar sebgai subjek dari pelaku turism eitu
> sendiri, bukan sekedar objek dari Dinas terkait atau
> pihak-pihak tertentu yanghanya inginmendapatkan
> keuntungan belaka. Sehingga tidak ada lagi
> masayrakat sekitar objek yang mengganggu pengunjung
> atau menyerbu hotel/penginapan karena dianggap
> sarang maksiat.
> 
> 
> Salam Hangat dari Bali
> 
> Bot S Piliang
> 
> 
> 
>        
> ---------------------------------
> Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
> Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's
> economy) at Yahoo! Games.



       
____________________________________________________________________________________
Boardwalk for $500? In 2007? Ha! Play Monopoly Here and Now (it's updated for 
today's economy) at Yahoo! Games.
http://get.games.yahoo.com/proddesc?gamekey=monopolyherenow  

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id&cd=US&service=groups2.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke