MALL, CATATAN PINGGIR
Goenawan Mohammad,
Majalah Tempo Edisi. 10/XXXIIIIIII/ 07 - 13 Mei 2007.

Jika anda berdiri di salah satu sudut Senayan City, anda akan tahu
bagaimana malam berubah sebagaimana juga dunia berubah.
Di ruangan yang luas dan disejukkan pengatur udara, cahaya listrik tak
pernah putus.
Iklan dalam gambar senantiasa bergerak, bunyi musik menyusup lewat
ratusan iPod ke bagian diri yang paling privat, dan lorong-lorong longgar
itu memajang bermeter-meter etalase dengan busana dan boga.

Sepuluh bukan, lima tahun yang lalu, malam tidak seperti
ini.
Juga dunia, juga kenikmatan dan kegawatannya.

Hari itu saya duduk minum kopi di salah satu kafe di salah satu mall di
Jakarta, dan tiba-tiba saya merasa bodoh: saya tak tahu berapa
mega-kilowatt listrik dikerahkan untuk membangun kenikmatan yang
tersaji buat saya hari itu.
Saya merasa bodoh, ketika saya ingat, pada suatu hari di Tokyo, di tepi
jalan yang meriah di Ginza, teman saya, seorang arsitek Jepang,
menunjukkan kepada saya mesin jajanan yang menawarkan Coca-Cola
dan kripik kentang. "Tahukah Tuan," tanyanya, "jumlah tenaga listrik
yang dipakai oleh mesin jenis ini di seluruh Jepang?

Saya menggeleng, dan ia menjawab, Jumlahnya lebih besar ketimbang
jumlah tenaga listrik yang tersedia buat seluruh Bangladesh .

Ia berbicara tentang ketimpangan, tentu.
Ia ingin saya membayangkan rumah-rumah sakit yang harus
menyelamatkan nyawa manusia di sebuah negeri miskin yang ternyata
tak punya daya sebanyak 10 buah
mesin jajanan di negeri kaya mesin
yang menawarkan sesuatu yang sebetulnya tak perlu bagi hidup
manusia.

Saya merasa bodoh, mungkin juga merasa salah.
Seandainya bisa saya hitung berapa kilowatt energi yang ditelan oleh
sebuah mall di Jakarta, di mana saya duduk minum kopi dengan tenang,
mungkin saya akan tahu seberapa timpang jumlah itu dibandingkan
dengan seluruh tenaga listrik buat sebuah kabupaten nun di pedalaman
Flores .

Tapi tak hanya itu sebenarnya.
Kini banyak orang tahu, ketimpangan seperti itu hanya satu fakta yang
gawat dan menyakitkan.
Ada fakta lain: kelak ada sesuatu yang justru tak timpang, sesuatu yang
sama: sakit dan kematian.

Konsumsi energi berbeda jauh antara di kalangan yang kaya dan
kalangan miskin, tapi bumi yang dikuras adalah bumi yang satu,
dan ozon yang rusak karena polusi ada di atas bumi yang satu,
dengan akibat yang juga mengenai tubuh siapa saja termasuk mereka
yang tak pernah
minum kopi dalam mall, di sudut miskin di Flores atau
Bangladesh, orang-orang yang justru tak ikut mengotori cuaca dan
mengubah iklim dunia.

Dengan kata lain, tak ada pemerataan kenikmatan dan keserakahan,
tapi ada pemerataan dalam hal penyakit kanker kulit yang akan
menyerang dan air laut yang menelan pulau ketika bumi memanas dan
kutub mencair.
Orang India, yang rata-rata hanya mengkonsumsi energi 0,5 kW,
akan mengalami bencana yang sama dengan orang Amerika,
yang rata-rata menghabisi 11,4 kW.

"Saya tak lagi berpikir tentang keadilan dunia," kata teman Jepang itu
pula, "terlalu sulit, terlalu sulit."

Beberapa tahun kemudian ia meninggalkan negerinya.
Saya dengar ia hidup di sebuah dusun di negeri di Amerika Latin,
membuat sebuah usaha kecil dengan mengajak penduduk menghasilkan
sabun yang bukan jenis detergen, mencoba menanam sayuran organik
sehingga tak banyak bahan kimia yang ditelan dan dimuntahkan.
tapi
kata-katanya masih terngiang-ngiang, "terlalu sulit, terlalu sulit."

Mungkin memang terlalu sulit untuk menyelamatkan dunia.
Saya baca hitungan itu: dalam catatan tahun 2002, emisi karbon dioksida
dari seluruh Amerika Serikat mencapai 24% lebih dari seluruh emisi di
dunia, sedangkan dari Vanuatu hanya 0,1%, tapi naiknya permukaan laut
di masa depan akibat cairnya es di kutub utara mungkin akan
menenggelamkan negeri di Lautan Teduh itu dan tak menenggelamkan
Amerika.

Ingin benar saya tak memikirkan ketidakadilan dunia, tapi manusia juga
menghadapi ketidakadilan antargenerasi.
Mereka yang kini berumur di atas 50 tahun pasti telah lama menikmati
segala hal yang dibuat lancar oleh bensin, batu bara, dan tenaga nuklir.
Tapi mungkin sekali mereka tak akan mengalami kesengsaraan masa
depan yang akan dialami mereka yang kini berumur 5 tahun.
Dalam 25 tahun mendatang, kata seorang pakar, emisi C02 yang akan
datang dari Cina bakal
dua kali lipat emisi dari seluruh wilayah Amerika,
Kanada, Eropa, Jepang, Australia, Selandia Baru.
Apa yang akan terjadi dengan bumi bagi anak cucu kita?

"Terlalu sulit, terlalu sulit," kata teman Jepang itu.

Ekonomi tumbuh karena dunia didorong keinginan hidup yang lebih layak.
"Lebih layak" adalah sesuatu yang kini dikenyam dan sekaligus
diperlihatkan mereka yang kaya.
Kini satu miliar orang Cina dan satu miliar orang India memandang
mobil, televisi, lemari es, mungkin juga baju Polo Ralph Lauren dan
parfum Givenchy sebagai indikator kelayakan, tapi kelak,
benda-benda seperti itu mungkin berubah artinya.
Jika 30% dari orang Cina dan India berangsur-angsur mencapai tingkat
itu seperempat abad lagi, ada ratusan juta manusia yang selama
perjalanan seperempat abad nanti akan memuntahkan segala hal yang
membuat langit kotor dan bumi retak.
Seperempat abad lagi, suhu bumi akan begitu panas, jalan akan begitu
sesak, dan
mungkin mobil, lemari es, baju bermerek, dan perjalanan
tamasya hanya akan jadi benda yang sia-sia.

Mungkin orang harus hidup seperti di surga.
Konon, di surga segala sesuatu yang kita hasratkan akan langsung
terpenuhi.
Itu berarti, tak akan ada lagi hasrat.
Atau hasrat jadi sesuatu yang tak relevan; ia tak membuat hidup
mengejar sesuatu yang akhirnya sia-sia.

Tapi akankah saya mau, seperti teman Jepang itu, pergi ke sebuah
dusun di mana tak ada mall, tak ada bujukan untuk membeli,
dan hidup hampir seperti seorang rahib?
Di mall itu, saya melihat ke sekitar.
Terlalu sulit, terlalu sulit, pikir saya.

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, bulan Juni 2008.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Harap memperhatikan urgensi posting email, yang besar dari >300KB.
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email attachment, tidak dianjurkan! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim 
melalui jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id&cd=US&service=groups2.
==========================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke