Mampu, Jujur dan Miskin Jum'at, 29-Juni-2007, 09:30:21 Telah dibaca sebanyak 30 kali
Oleh : Duski samad, Dosen IAIN IB Padang Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." Surat al-Qashash(28):26) Surat al-Qashash ayat ke 26 tadi berupa cuplikan dari kisah Nabi Musa dalam pelariannya dari kejaran Fir'un. Setelah nabi berhenti di satu daerah padang pengembalaan beliau lalu memberikan pertolongan kepada warga negeri itu dengan memindahkan batu besar yang menghalangi sumber air yang menyebabkan dua putri Nabi Syuib selalu terlambat memberi minum ternaknya, karena tidak mau berdesakkan dengan pengembala laki-laki. Dalam perjalanan pulang ke rumah Nabi Syuib as, kedua putri Syuib yang pada mulanya berjalan dimuka, lalu angin meniup pakaiannya, sehingga betis nya kelihatan. Musa lalu berucap silahkan anda berjalan dibelakang dan kasih tahu saya arah jalan dengan cara isyarat. Kekuatan fisik, keteguhan mental dan keelokan budi pekerti Nabi Musa tersebut membuat dua putri Syuib meminta kepada bapaknya agar orang asing ini diambil saja sebagai pegawai atau pembantu di keluarga ini. Syarat Qawiyyun (punya kemampaun) dan amin (dapat dipercaya) terdapat utuh pada diri Musa. Ajaran perlunya kompetensi pegawai dan moral yang dibawakan al-Qur'an melalui kisah di atas masih tetap perlu diperjuangkan dalam riil kehidupan saat ini. Kemampuan dan akhlakul karimah adalah dua modal dasar yang semestinya menjadi persyaratan utama untuk mengangkat seseorang dalam jabatan tertentu. Kemampuan dan kejujuran hendaknya bagaikan dua garis parallel yang harus seiring sejalan. Banyak contoh orang punya kemampuan tapi tidak jujur menjadi virus mematikan terhadap satu lembaga. Begitu juga orang jujur saja tapi tidak punya kemampuan (kompetensi) maka ia akan memperlambat jalannya organisasi, bukan tidak mungkin sasaran empuk para pencundang. Kemampaun dan kejujuran bila coba dikaitkan dengan keadaan masyarakat Indonesia hari ini pastilah sulit dan tidak mau dikatakan mustahil. Alasan sederhana saja dapat ditunjukkan betapa negeri yang kaya raya ini jatuh kenegeri yang papa, nestapa dan miskin dalam banyak hal. Bila dicoba pula mengunakan logika statistic (angka-angka), yang sering wacanakan dan dibanggakan oleh para birokrat- misalnya tentang angka kemiskinan dengan jumlah dana (budget) yang dialokasikan untuk pengentasan kemiskinan tersebut. Informasi media menyebut alokasi dana pengentasan kemiskinan di Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sekitar Rp639 Miliar. Jika diasumsikan di pemerintah kabupaten kota ada pula dana Rp361 miliar lagi, mungkin saja lebih.Maka dana untuk pengentasan kemiskinan di Sumatera Barat ada 1 triliyun. Bila dipakai angka kemiskinan sekitar 25 persen penduduk Sumatera Barat "meskipun data berbeda antara beberapa instansi' yang dibulatkan saja 6 juta orang.Maka untuk 1,5 juta orang miskin ada dana 1 triliun.Setiap orang miskin akan memperoleh Rp750 ribu rupiah.Angka yang lumayan besar bagi orang miskin.Bagaimana kalau dana pengentasan kemiskinan ada 2 trilyun maka ada uang 1, 5 juta setiap jiwa orang miskin. Bagaimana pula kalau lebih dari itu, itu mungkin dan sangat mungkin sekali. Masalahnya sekarang bukan pada jumlah dana saja, akan tetapi kita dihadapkan kepada kemampuan dan kejujuran tadi. Apakah aparat pengelola dana orang lemah ini berkemampuan cukup, mampu mempertahankan godaan syahwat hedonisnya, punya skill administrasi uang yang baik, mampu pula menahan tekanan terselubung dari atasan, bawahan dan sampingannya.Sebaliknya orang-orang miskin juga, apakah mereka punya kemampuan yang memadai, ketika uang nampak dengan jumlah yang banyak ia lalu malas bekerja, tidak bekerja lagi, memang orang kita produktifitasnya lemah, berbicara banyak bekerja kurang, dan sederatan streotipe yang patut dimampukan. Begitu pula apakah ada kejujuran mereka untuk mengunakan dana kearah yang menyelamatkan hidupnya lebih panjang. Banyak lagi pertanyaan yang bisa diajukan. Satu kesempatan penulis merasa miris mendengar ceramah dari seorang ustad pada kuliah subuh, ia berkata penjajah Belanda " kata gurunya" jauh lebih punya kemampuan dan jujur dalam beradministrasi, terutamanya soal uang. Ustad tadi bilang seorang bendahara zaman Belanda akan mendapat hukuman 1 tahun bila diakhir tahun uang di kas berlebih 10 sen. Bendahara kini kurang Rp1 miliar uang di kasnya masih bisa diamankan atasannya.Merajut kemampuan dan kejujuran dalam hubungannya dengan pengentasan kemiskinan adalah agenda utama yang tak boleh diabaikan semua orang, terutama sekali oleh penegak hukum di negeri ini. *** --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, bulan Juni 2008. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Harap memperhatikan urgensi posting email, yang besar dari >300KB. - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, tidak dianjurkan! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. =============================================================== Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id&cd=US&service=groups2. ========================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
<<inline: image001.gif>>
<<inline: image002.gif>>