TANGAN TUHAN DI DETIK DETIK MENENTUKAN
  Oleh : Dr.H.K.Suheimi
   
  Telepon berdering di pagi itu mengejutkan. "Pak, ada telepon dari Dr. Asep 
Gunawan dari Bandung, ada berita penting". Gagang telepon itu rasa mau jatuh 
sewaktu saya mendengar Dr. Asep Gunawan memberi tahu bahwa dia dokter yang 
bertugas di IGD (Instalasi Gawat Darurat), berkata begini, "Apakah Dr. Suheimi 
punya anak yang namanya Irdhan?". "Memang kenapa?" kata saya tersentak. "Jangan 
terkejut Pak", katanya dari balik telepon. "Irdhan pagi ini dapat kecelakaan 
dan sedang kami tangani". "Bagaimana keadaan anak saya?". "Sabar Pak, anak 
bapak sudah kami tangani, dia sekarang dalam keadaan koma, dia mengalami 
perdarahan intrakranial". Sebagaimana layaknya seorang dokter memberi 
penjelasan.
  Hati orang tua mana yang tak tersentak dapat berita buruk itu. Irdhan yang 
klatanya hari ini ke Bandung untuk menerima ijazah, dia lulus dan ditempatkan 
di KOSTRAD tiba-tiba mengalami kecelakaan?.
  Dari baik telepon Dr. Asep Gunawan bicara dengan jelas sekali : "Kami mohon 
izin Bapak untuk melakukan operasi, disamping perdarahan otak kakinya cedera, 
fraktur terbuka patah tiga". Dengan jantung rasakan copot tentu saya izinkan 
untuk operasi, saya minta tolong pada Dr.Asep Gunawan. "tolonglah anak saya, 
lakukanlah operasi secepatnya, segala resiko saya tanggung". Dengan tenang Dr. 
Asep Gunawan menanyakan apakah saya punya famili di Bandung yang bisa dihubungi 
segera untuk bisa menandatangani perjanjian operasi. Lalu saya jawab, "suara 
saya lewat telepon inilah jaminannya, pokoknya tolonglah anak saya segera". "Ya 
kami akan tolong anak Bapak secepat mungkin, tapi karena keadaan anak Bapak 
demikian gawat Bapak tentu tahu akibatnya". "Saya ini dokter, mengerti semuanya 
dan segala resikonya, tolonglah segera Pak Asep", pinta saya. "Baiklah Pak 
Suheimi, untuk operasi ini alatnya kebetulan hanya ada di Apotik Kimia Farma 
Jakarta. Team kita sudah memesan alat itu, tapi
 jawaban petugas apotik alat dan obatnya bisa segera dikirim asal 
administrasinya diselesaikan lebih dulu. Untuk itu silakan Bapak telepon apotik 
Kimia Farma dengan nomor telepon dan Hpnya sbb. Tanyakan disana ada Dr. 
Hidayat".
  Langsung saya telepon HP yang diberikannya. Dari balik telepon ada jawaban : 
"Oh ya benar saya Dr. Hidayat, memang tadi ada permintaan ke apotik kami atas 
nama Dr. Asep Gunawan meminta segera alat dan obat yang diperlukan. Semua itu 
telah ada ditangan saya, tapi petugas keuangan meminta diselesaikan urusannya. 
Bagaimana menurut Pak Suheimi? Atau adakah famili Bapak di Jakarta?". "Ada anak 
saya Ihsan dan ini nomor Hpnya..." kata saya sambil memberikan nomor HP Ihsan. 
Ihsan pun saya beri tahu tentang kecelakaan adiknya Irdhan. "Ya Pa" kata Ihsan 
dari balik Hpnya. "Ihsan juga baru dapat berita dari Dr. asep Gunawan di 
Bandung, tapi uang Ihsan ada Rp.7.500.000,-. Segera Ihsan transfer lewat ATM".
  Sementara itu Dr. Hidayat saya telepon lagi. "Tolonglah Dr. Hidayat 
sesegeranya bawa alat dan obat itu , saya segera ke jakarta dan membawa uang 
yang diminta. Tapi jika apotik ini punya rekening bank, saya bisa transfer". 
Lantas Dr. Hidayat bertanya, "lewat bank mana Pak Suheimi bisa mengirim dengan 
cepat?". Saya katakan lewat Bank Danamon. "Baiklah" kata Dr. Hidayat. "Bapak 
bisa kirimkan ke Bank Danamon cabang Prapatan Jakarta atas nama Ari Gunawan 
No..."
  Agak lega perasaan saya karena bisa membeli alat dan obat, tentu anak saya 
bisa segera dioperasi. Kemudian Dr. Hidayat menyebut harga alat dan obat itu 
Rp.21.750.000,-. "Ndak apa-apa" kata saya. "Dalam 10 menit saya akan sampai di 
Bank Danamon". Saya HP lagi Ihsan, rupanya dia sedang di ruang ATM, dia sedang 
mentransfer uang Rp.7.500.000,-, akan menekan OK. Hpnya berdering dapat telepon 
dari saya. "Biarlah papa saja yang mentransfer semuanya Rp.21.750.000,-. Uang 
Ihsan bisa digunakan untuk yang lain. Sekarang secepatnya Ihsan pergi ke 
Bnadung, lihat adikmu". Ihsan ndak jadi menekan OK, tapi ditekannya CANCEL, 
batal uang tak jadi dikirim.
  Bertubi-tubi telepon datang, istri saya stress bukan manusia\in. semua 
baju-baju dikemasi, semua sanak famili di telepon. Tiket segera di beli, kami 
akan berangkat ke Bandung. Telepon datang lagi, "Maaf ini Dr.Suheimi?. "Tidak", 
kata istri saya, "Ini istrinya". "Buk, saya AKBP Sutrisno, saya polisi yang 
menangani kasus kecelakaan anak ibu, Irdhan, tapi saya mau bicara dengan Dr. 
Suheimi". "Katakanlah pada saya, saya ibunya Irdhan, saya juga dokter", kata 
istri saya terisak. "Bisa ibu sabar dan tenang? Agar saya bisa menjelaskan 
peristiwanya". "Katakanlah", kata istri saya, "Apakah anak kami masih hidup?". 
"Anak ibu masih hidup, tapi keadaannya gawat dan sudah saya antar ke RS Hasan 
Sadikin, sedangkan temannya mati di tempat. Yang menabrak anak ibu sudah 
ditangan saya, dia seorang Cina. Jadi ibu tolong hubungi Dr. Asep gunawan di 
Bandung".
  Istri saya menggigil dan bertambah stress atas penjelasan pak polisi dan 
segera menyuruh saya ke Bank.
  Oh betapa ringannya badan ini, betapa hampanya hidup ini, betapa pahitnya 
cobaan ini. Anak yang hari ini menerima ijazah, hari ini akan dilantik lalu 
dapat kecelakaan?. Memang sejak pagi saya sudah HP Irdhan, tapi Hpnya tak 
hidup. Mungkin ketika saya menghubunginya, mungkin ketika itu tabrakan terjadi. 
Terbayang wajahnya, terbayang semua kenangan bersamanya, sekilas etrbayang 
saat-saat dia lahir ke Bumi ini. Terbayang ketika dia ikut Paskibraka, 
terbayang ketika potretnya sedang mengembangkan bendera pusaka diabadikan dalam 
uang Rp.50.000,-. Terbayang ketika dia lulus latihan Candradimuka di lembah 
Tidar. Terbayang ketika dengan gagahnya dia berpakaian komando. Terbayang 
ketika dia ditempa di hutan belantara, menangkap dan memakan ular. Terbayang 
ketika dia dengan senjata lengkap harus menyeberang berenang dari Cilacap ke 
Pulau Nusa Kambangan, sambil menarik temannya yang hampir tenggelam lemas 
kehabisan tenaga. Satu demi satu wajahnya terukir dan melintas lagi. Bayangan
 itu pudar ketika di jalan itu saya di klakson mobil karena saya hampir 
menabrak sebuah kijang yang tiba-tiba berbelok.
  Di belakang stir air mata saya berlinang, menetes membasahi pipi tak 
terasakan. Saya hapus air yang membikin kabur penglihatan itu, saya tabahkan 
hati ini. 
  Kenapa harus dia, kenapa anak yang telah ditempa dan dogodok sedemikian rupa 
harus pergi karena kecelakaan? Kenapa harus dia, kenapa ya Allah?.
  Pahit getir telah ditempuhnya, kenapa harus berakhir seperti ini? Ya Allah, 
izinkan aku bertemu dengan anakku walau hanya sekejap. Jangan ambil nyawanya. 
Anak saya yang terkasih. Ya Allah, tolong selamatkan jiwa anak saya. Saya 
ayahnya, izinkan aku menciumnya dalam keadaan hidup. Saya bayangkan dia yang 
sedang dalam keadaan koma. "Anakku, kenapa ayah tak bisa berbuat apa-apa disaat 
engkau membutuhkan bantuanku. Aku akan datang, aku akan terbang, tunggu ayahmu 
nak" kata saya sambil menghapus air mata yang meleleh.
  Dengan tulus saya berdo'a dan meminta, dan akhirnya semua urusan diserahkan 
pada Illahi.
  Ketika saya sampai di pekarangan Bank Danamon untuk mentransfer uang 23,5 
juta.. Sebelum turun dari mobil, saya ingin tahu bagaimana keadaan Irdhan, 
apakah dia masih bisa ditolong atau kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Saya 
minta informasi ke Bandung menanyakan telepon RS Hasan Sadikin dan IGD.
  Begitu petugas IGD saya tanya, "Saya Dr. Suheimi dari Padang kepingin tahu 
bagaimana keadaaan anak saya Irdhan yang dapat kecelakaan pagi tadi". Lalu 
petugas IGD menjawab, "Apakah bapak disuruh transfer uang?". Rupanya uang ini 
memang diperlukan, kata saya dalam hati. Bergegas saya jawab, "belum Pak, tapi 
saya sekarang di pekarangan Bank Danamon dan segera akan saya transfer". "kalau 
belum jangan kirim dulu pak. Bapak sabar, mungkin ini suatu penipuan, sebentar 
akan saya lihat nama-nama pasien yang ada di IGD". Betapa terperangahnya saya 
ketika dari gagang telepon itu saya dengar dengan jelas petugas itu berkata, 
"Tidak pak, tidak ada yang namanya irdhan, ini hanya suatu tipuan dan telah 
banyak orang yang kena tipu semacam ini".
  Tidak lama kemudian, telepon saya berdering lagi. "Dr. Suheimi, ini dari Dr. 
Hidayat, saya sudah berada di  lapangan udara, obat-obat dan alat-alat sudah 
ditangan saya. Tapi apakah uang sudah bapak transfer?". Saya jawab, "Sudah", 
untuk menggodanya. "Belum ada Pak, belum ada buktinya, apakah anak bapak mau 
segera ditolong?". Lalu saya hardik dia, "bajingan kamu". Mendengar kata 
bajingan itu telepon diputus dan sejak itu dia tidak pernah menelepon lagi.
  Saya langsung sujud syukur, jadi anakku Irdhan tak mengalami apa-apa. Pada 
hari ini sebetulnya dia sedang dilantik, ada wejangan dari Jenderal dan ada 
pembagian ijazah sehingga sejak pagi HPnya dimatikan.
  Ketika siang saya dapat telepon dari Irdhan dengan ceria dia berkata baru 
dapat ijazah dan penempatan di KOSTRAD. Kebetulan hanya dia seorang yang 
berasal dari Sumatera Barat. "Esok Irdhan mau pulang", katanya sambil tertawa 
ceria. Saya senyum, terbesit keinginan di hati saya menceritakan peristiwa yang 
menimpa kami itu. Tapi biarlah, besok dia akan datang. Besok dia kan kucium, 
akan saya pagut dan akan saya curahkan segenap kasih sayang saya padanya. Akan 
saya ceritakan semuanya padanya. Akan saya kadukan padanya bahwa saya hampir 
saja tertipu.
  Saya sadar dan saya bersyukur, di detik-detik penting tangan Tuhan menolong. 
Siapakah yang menggerakkan semua itu. Kenapa pada detik yang menentukan di saat 
Ihsan mau menekan tombol OK, lalu datang telepon saya untuk membatalkan? Kenapa 
disaat saya akan transfer di Bank Danamon, lalu Tuhan itu seakan berbisik. 
tanya dulu ke RS Hasan Sadikin.
  Saya tidak mengerti, saya tidak habis mengerti. Tangan-tangan Tuhan selalu 
diberikannya pada hambanya yang memohon dan berdo'a. Menjadikan saya lebih 
dekat dan lebih dekat lagi dengan Khalik yang mengatur semesta alam ini. Hanya 
karena pertolongan Allahlah drama satu babak ini berakhir dengan Happy Ending.
   
  Untuk semua itu ingin saya petikkan sebuah firman suci -Nya dalam Al-Qur'an :
  Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon 
pertolongan. (QS. 1:5)
   
  Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang 
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka 
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan 
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman 
bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan Allah?". Ingatlah, sesungguhnya 
pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. 2:214)
   
  Katakanlah, "Hai Hamba-hamba-KU yang melanggar batas hingga merugikan diri 
sendiri ! Janganlah berputus adas atas rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni 
segala dosa, karena Ia Maha Pengampun, Maha Penyayang. 
   
  Q.S. 39Surat Az Zumar  (Rombongan) Ayat 53
  Siti Hajar adalah istir Nabi Ibrahim as. Saat itu, ia berjalan bolak-balik 
berkali-kali di tengah gurun yang tandus mencari air bagi anaknya. Shafa, arti 
harfiahnya adalah "kesucian dan ketegaran". Siti Hajar ketika itu berlari 
bolak-ballik dari Shafa ke Marwah untuk mencari air. Ia tidak hanya berlari 
satu kali lalu berhenti  ketika ia tak menemukan air yang diperlukannya. Ia 
kembali lagi, dan berupaya lagi. Ketika ia gagal, maka ia beruaha lagi untuk 
mencari air yang sangat dibutuhkannya itu. Ketika gagal lagi, ia masih terus 
berusaha mencari sambil berlari-lari. Dalam hatinya yang suci dan teguh, ia 
hanya ingin menyelematkan anaknya, karena Alah SWT. Ia terus berupaya tanpa 
kenal putus asa. Meskpun sekiankali berusaha dan belum juga memperoleh air itu, 
ia masih terus berupaya dengan hati yang tegar tanpa kenal lelah. Setelah 
sekian kali berupaya, berulah ia menemukan mata air yang dibutuhkannya itu, 
atas pertolongan Allah Yang Maha Memberi. 
  Ini melambangkan suatu presistensi (ketetapan hati), atau upaya  tiada kenal 
lelah dan tiada kenal henti. Teladan dari sikap Siti Hajar, kemudian diabadikan 
oleh Allah SWT  untuk mengajarkan manusia tentang pentingnya suatu sikap 
"Istiqomah, atau upaya yang tiada kenal henti. Dorongan suara hati dari Al 
Muhaimin atau Yang Maha Memelihara dan melindungi anaknya, serta dorongan dari 
sauara hati al Matiin atau Yang Maha Menggenggam Kekuatan telah meneguhkan 
hatinya untuk kuat menghadapi berbagai rintangan. Inilah teladan yang harus 
diambil dari orang-orang yang melakukan Sa'I, dari Shafa ke Marwah, sebuah 
contoh konsistensi dan persistensi dalam rangka menjalankan misi Tuhan sebagai 
rahmatan lil'alamin. 
  Tak ada orang sukses tanpa mengalami kegagalan dan perjuangan. Ciri orang 
gagal selalu berhenti pada saat ia mengalami hambatan dan kesulitan, sedangkan 
orang sukses tidak berhenti pada saat ia belum berhasil. Bagi orang yang 
sukses, kegagalan adalah sebuah keberhasilan yan gtertunda. Thomas Alpha Edison 
mengalami kegagalan 10.000 kali sebelum ia berhasil membuat bola lampu pijar. 
Dan Rasulullah pun mengalami serta melalui berbagai masalah yang sangat berat 
sebelum Islam mendunia. Kegagalan harus diterima sebgai sebuah upay 
apembelajaran yang membuat anda menemukan sebuah pemikiran, penyempurnaan, 
metode dan tujuan yang lebih jelas. Kegagalan dapat diumpamakan sebagai sebuah 
batu intan yang belum digosok, semakin sering gagal maka makin sering digosok 
dan akan makin bersinar pula batu intan tersebut. Anda tidak perlu kecewa 
karena anda bisa belajar karenya. 
  Kegagalan akan menghapus kebiasaan yang buruk. Kegagalan, akan menghancarukan 
kesombongan, sehingga menciptakan sikap yang rendah hati, dan akan meningkatkan 
kecerdasan emosi anda melalui sikap terbuka dan persistent. Kegagalan, 
ujian/cobaan akan menghasilkan mental yang membaja. Kita butuh kegagalan, untuk 
menyempurnakan sikap dan mental kita. Anda harus membedakan antara kegagalan 
proses, danb kegagalans suara hati. Kegagalan proses hanya dikarenakan ilmu 
pengetahuan kita yang terbatas, akbiat kesalahan-kesalahan teknis yang kita 
buat. Namun kegegalan suara hati, adalah sesuatu hal yang paling membahayakan 
dan sangat mematikan. Karena dorongan suara hati telah tertutup, akibatnya 
tidak ada lagi energi pendorong yang akan membuat diri kita bangkit kembali. 
Orang yang beriman dan memiliki ketangguhan pribadi, tidak akan mengalami hal 
itu. Ia sudah  memiliki kepercayaan diri yang sangat kuat, karena didorong oleh 
kekuatan iman yang tangguh. Ia sangat menyadari akan
 kebesaran Allah SWT, sehingga baginya, kegagalan hanyalah proses yang haru 
diperbaiki saja. Ia memiliki kekuatan dahsyat yang tercipta melalui ucapan 
takbir "Allahu Akbar". Inilah yang disebut "Meta Kecakapan" di dalam haji, 
yaitu suatu kekuatan yang dilandasi prinsip yang tangguh. 
  Nilai ridha Allah dalam kegiatan sa'I, justru ketika sedang berjalan dan 
berlari, atau ketika berusaha. Semua uapaya dicatata oleh Allah SWT sebagai 
ibadah kepda-Nya. Kewajiban manusia adalah berusaha tiada henti, tanpa kenal 
putus asa. Allah yang akan memberikan air zam-zam, sebgai simbol berkah rezeki 
dan keselamatan. 
  AQ, atau Adversity Quotient adalah kecerdasan yang memiliki seseorang dalam 
mengatasi kesulitan dan sanggup bertahan hidup. Dengan AQ, seseorang bagai 
diukur kemampuannya dalam mengatasi setiap persoalan hidup untuk tidak berputus 
asa. Ini adalah penemu karya Pau : G. Stoltz, Ph. D. david Mc Cleland, mengenai 
kebutuhan berprestasi, yakni The Need for achievement atau populer disebut 
dengan N-Ach. Bahkan stoltz llau memproklamasikan bahwa IQ dan EQ tidak lagi 
memadai untuk meraih sukses. Karena itu, passti ada faktor lain berupa 
motivasi, dorongan dari dalam, serta sikap njang menyerah. Faktor itu kemudian 
disebut Adversity Quotient (Paul G. Stoltz, Ph. D., Adversity Quotient, PT. 
Grasindo, Jakarta 2000). 
  Stoltz membagi tiga tipe manusia, pertama, Quitters (mereka yang berhenti). 
Orang-orang jenis ini berhenti di tengah proses pendakian, gampang putus asa, 
menyerah. Kedua, Campers (pekemah). Tidak mencapai puncak, sudah puas dengan 
yang telah dicapai. Ucapan mereka, "segini sajalah, sudah cukup. Ngapain 
capek-capek". Orang-orang ini lebih baik dibanding quitters, sekurang-kurangnya 
bisa melihat dan merasakan tanganga. Banyak orang masuk tipe ini, pendakian 
yang tidak selesai itu sudah mereka anggap sebagai kesusksesan kahir. Namun 
sebenarnya tidak demikian, sebab masih banyak potensi mereka yang belum 
teraktualisasi hingga menjadi sia-sia. Ketiga, Climbers (pendaki). Mereka yang 
selalu optimistik, melihat peluang-peluang, melihat celah, melihat senoktah 
harapan di balik keputusasaan, selalu bergairah untuk maju. Noktah kecil yang 
oleh orang lain dianggap sepele, bagi para Climbers mampu dijadikannya sebagai 
cahaya penceraha kesuksesan. Ketika ilmu psikologi diperunakannya
 sebagai titik pihakan, maka Stoltz menempatkan Climbers pada piramida puncak 
hirarki kebutuhan yang disebut dalam teori Maslow sebagai aktualisasi diri. 
   
  Sebaliknya mengatakan hal-hal yang sama dengan yang diucapkan orang dahulu 
kala. 
   
  Q.S 23 Surat Al-Mu'minuun (orang Beriman) Ayat 81
   
  Teori AQ milik Paul G. Stoltz, Ph.D. secara umum justru semakin membernarkan 
makna sa'I dari sisi ilmiah, A yang sebenarnya diajarkan ribuan tahun yang 
lalu. Siti Hajar adalah tipe climbers sejati, yang mungkin memiliki tingkat AQ 
yang sangat tinggi apabila diukur saat itu. Wanita berkulit hitam yang tidak 
kenal putus asa dan pantang menyerah. Inilah pesan Shafa,, Marwah dan Siti 
Hajar dari Allah SWT. Pesan dari Al Matiin, Tuhan Yang Maha Menggenggam 
Kekuatan. Dari Al Qowiyy, Tuhan Sang Sumber Kekuatan. Sumber kekuatan para 
cilmbers.
  Sekarang marilah ktia berpikir sejenak. Haggar (Siti Hajar dalam bahasa 
Inggris) adalah seorang bekas budak berkulit hitam dari Ethiopia. Ia berjuang 
di padang pasir yang tandus, seorang diri. Untuk menyelamatkan putranya, 
Ismail. Perhatikanlah kata-kata kunci berikuti ini ; bekas budak, berkulit 
hitam, seorang diri ; Padang Pasir tandus ; panas terik; berlari-lari dari 
Shafa ke Marwan ; tujuh kali. 
  Mengapa Allah memilih dia, Siti Hajar ? yang diikuti umat manusia ketika 
bersa'I.ini menjelaskan bahwa ketika kemampuan logika sudah habis (putus asa), 
atau bisa dikatkan sudah kehabisan akal di tengah padang pasir. Kondisi ini 
dilambangkan dengan seorang wnaita bekas budah, bekrulit hitam, di tangah 
padang pasir yagn tandur. Dan seorang diri. Bagiamana mungkin seorang Climbers 
gaya Stoltz (AQ) masih bisa melihat "noktah" sebagai cahaya pencerah kesuksesan 
saat itu.....? Kala otak atau IQ tidak melihat harapan di tengah padang pasir. 
Ketika emosi (EQ-Daniel Goleman dan Robert Cooper) sudah berputus asa di sana. 
Saat AQ (Adversity Quotient-Stoltz) tidak bisa lagi meluihat peluang. Ketika 
proaktifnya Stphen Covey pupus. Kala berpikri besarnya Schwartz menciut. Saat 
pikiran bawah sadarnya Napoleon Hill Hancur. Dan ketika siti Jahar seorang diri 
di tengah padang pasir. Apa yang diyakininya ? Apa cahaya harapan itu ? Itulah 
cahaya Allah. 
  Cahaya pencerah hidayah, dari Al Wahhaab, Sang Pemberi. Dialah kekuatan yang 
abadi, tidak hanya untuk Siti Jahar, tetapi pelajaran bagi seluruh umat 
manusia. Dalam Shafa dan Marwah, air zam-zam dilambangkan sebagai wujud 
kekuatan dan kekuasaan Allah. Kekuatan pantang menyerah dari Al Matiin dan Al 
Qowiyy. Lambang ketidakberputusaan manusia. Dan lambang eksistensi Allah SWT. 
   
  Sungguh, Shafa dan Marwah merupakan sebagian Syi'ar Allah. Maka barangsiapa 
beribadah haji ke Batullah atau ber-Umroh, tidalah salahnya di berthawaf 
mengelilingi kedeanya/ dan berangsiapa atas kemauan sendiri berbuat kebaikan, 
sungguh, Allah Maha Berterima kasih, 
  Maha Tahu. 
   
   
  Padang, Selasa 6 Agustus 2002 
   
    Tulisan ini dapat dilihat di Website WWW.ksuheimi.blogspot.com 


       
---------------------------------
Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out. 
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
Website: http://www.rantaunet.org 
=============================================================== 
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: 
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
=============================================================== 
Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe 
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount 
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke