Assalamualaikum w.w. Nanda Nofrins dan para sanak sa palanta,

Walau agak terlambat merespons, saya sangat setuju dengan konsep 'pariwisata 
yang berkeadilan' ini, yang saya fahami sama dengan konsep 'community-based 
tourism'. Artinya manfaat pariwisata tersebut jangan saja terkonsentrasi di 
hotel-hotel, baik yang berbintang maupun yang bukan, tetapi juga menyebar 
sampai ke rumah-rumah penduduk dalam program 'homestay'.yang merupakan salah 
satu program pokok MAPPAS kita dewasa ini.

Rasanya cukup besar peluang untuk itu, antara lain seperti dapat kita lihat 
dalam beberapa data yang menarik dalam buku "Sumatera Barat dalam Angka, 2005'. 
Pada tahun tersebut baik kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan 
domestik ke Sumatera Barat MENINGKAT,  namun anehnya Tingkat Penghunian Kamar 
Hotel (TPKH) terlihat TURUN pada hotel berbintang sebesar 2.085%, tetapi malah 
NAIK pada hotel tak berbintang sebesar 1.14%. Sama menariknya adalah kenyataan 
bahwa jumlah tamu hotel wisatawan asing MENURUN tetapi tamu hotel wisatawan 
domestik malah NAIK sebesar 9.78% dibandingkan dengan tahun 2004.

Sambil menyerahkan penafsiran yang persis dari data tersebut kepada para ahli 
statistik,   secara pribadi saya sangat terkesan dengan dua kecendenderungan 
peningkatan, yaitu meningkatnya jumlah wisawatawan domestik bersamaan dengan 
meningkatnya jumlah hunian hotel tak berbintang. Mungkin sekali salah satu 
faktornya adalah tarif yang lebih murah dan pelayanan yang semakin baik.

Saya tidak menemukan data bagaimana kecenderungan jumlah hunian pada 
rumah-rumah dalam program 'homestay' atau 'pondok wisata', yang sudah 
memberikan lapangan kerja pada 215 orang, yaitu 178 laki-laki, dan 37 
perempuan.  Jumlah ini jelas masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah 
10.177 orang yang bekerja di sektor pariwisata Sumatera Barat.Data non hotel 
yang ada hanyalah 'Penginapan", sebanyak 204 buah. Saya tidak tahu apakah dalam 
'Penginapan' ini sudah termasuk 'Pondok Wisata;.

Jika kecenderungan tersebut berlanjut, tidak mustahil para wisawatan domestik 
-- khususnya yang dananya pas-pasan-- akan memilih opsi menginap di pondok 
wisata, jika kebersihan, kenyamanan, dan keamanannya tak terlalu jauh berbeda 
dari hotel tak berbintang. Hal itu dengan sendirinya akan berarti bertambahlah 
mata pencaharian dari para sanak kita di Ranah, yang dapat digunakan untuk 
menambah biaya anak sekolah atau untuk membeli obat-obat untuk memperbaiki 
tingkat kesehatan.

Saya percaya bahwa secara menyeluruh tingkat kebersihan, kenyamanan, dan 
keamanan dari rumah-rumah yang akan dijadikan rangkaian pondok wisata ini masih 
perlu ditingkatkan, khususnya toilet, kamar mandi, listrik, dan kalau bisa 
tilpon nirkabel, yang dapat dimanfaat untuk berinternet. 

Dalam kondisi sosial ekonomi sekarang ini agak susah kita mengharapkan para 
tuan rumah untuk membiayai sendiri investasi untuk peningkatan mutu fasilitas 
tersebut. Saya mengharapkan agar Pemerintah Daerah, kalau bisa bersama kalangan 
perbankan, dapat memberikan fasilitas kredit lunak kepada para pemilik pondok 
wisata ini, yang kemudian bisa dicicil dari sewa yang diperolehnya kemudian. 

Ringkasnya, ada peluang yang cukup yahud untuk mewujudkan konsep 'pariwisata 
yan g berkeadilan' ini. Rinciannya nanti kita bahas secara teknis dalam rapat 
Pengurus MAPPAS,dengan Pengampu Pariwisata Gebu Minang,. kalau mungkin bersama 
dengan para pejabat Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, yang menurut kesan 
saya dalam pertemuan yang lalu juga lumayan kenal dengan potensi dan masalah 
pariwisata di Sumatera Barat.

Selamat Hari Raya idul Fitrie dan sekali lagi mohon maaf lahir dan bathin.

Wassalam,
Saafroedin Bahar


Yulnofrins Napilus <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                               
Terima kasih banyak Uda Zul atas info ini. DALAM nih maknanya...

Iko bagian yang paliang ambo sukai krn tantangan buat siapa saj nih:

"Di sisi lain, berbagai transaksi di dunia pariwisata saat ini lebih
banyak yang memanfaatkan dunia maya dengan berbagai turunan
teknologinya. Apa yang disebut e-commerce dan transksi on-line. Baik
seller maupun buyer tak lagi harus selalu bertransaksi secara
konvensional, tatap muka. Berbagai komitmen bisnis ke seantero jagat
bisa dilakukan dari sebuah ruang kecil melalui laptop atau note book...

Untuk bisa masuk ke domain ini diperlukan pengetahuan, keterampilan,
network dan yang paling penting memiliki reputasi. Itulah ciri
perusahaan atau personal yang bisa memasuki pergaulan bisnis global.
Pariwisata dengan basis jasa pelayanan sangat dekat dengan
kecenderungan di atas. Pola-pola penjualan dan pemasaran (sale and
marketing) yang konvensional, kini mulai bergeser..."

Ini tantangan buat kita semua. Mari-mari sama-sama berpikir positif untuk 
kemajuan bersama... Semoga para Saudagar kita juga melihat peluang  ini...

Salam,
Nofrins

zul amry piliang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
 

Yang diuntungkan dengan adanya pariwisata siapa sih ? rakyatkah ?
petanikah ? atau malah sebagian besar keuntungan dinikmati oleh para
kapitalis global ? Artikel yang dimuat koran Balipost dibawah cukup
baik untuk disimak !

zul amry piliang .
 
ARENA PATA Travel Mart 2007 di Nusa Dua mengisyaratkan beberapa hal.
Antara lain munculnya sejumlah kecenderungan dan terjadinya pergeseran
minat (interest) para pelaku perpelancongan dunia. Wisatawan makin
mencari destinasi dan produk wisata yang ''lain''. Bukan berarti
destinasi atau produk wisata yang asal tampil beda, tetapi menjanjikan
suatu pengalaman yang tak terlupakan bagi wisatawan.

Presiden PATA Peter de Jong menyebut antara lain minat wisatawan
terdahap  destinasi yang alamnya eksotik, asli dengan kebudayaan yang
unik. Juga makin tumbuh ceruk pasar (market share) wisatawan minat
khusus yang menyukai adventure, wisata meditasi dan lainnya. Wisatawan
juga makin concern dengan produk-produk wisata yang ramah lingkungan
(eco-friendly), termasuk produk pertanian organik.

Di sisi lain, berbagai transaksi di dunia pariwisata saat ini lebih
banyak yang memanfaatkan dunia maya dengan berbagai turunan
teknologinya. Apa yang disebut e-commerce dan transksi on-line. Baik
seller maupun buyer tak lagi harus selalu bertransaksi secara
konvensional, tatap muka. Berbagai komitmen bisnis ke seantero jagat
bisa dilakukan dari sebuah ruang kecil melalui laptop atau note book.

Untuk bisa masuk ke domain ini diperlukan pengetahuan, keterampilan,
network dan yang paling penting memiliki reputasi. Itulah ciri
perusahaan atau personal yang bisa memasuki pergaulan bisnis global.
Pariwisata dengan  basis jasa pelayanan sangat dekat dengan
kecenderungan di atas. Pola-pola penjualan dan pemasaran (sale and
marketing) yang konvensional, kini mulai bergeser.

Berbagai kecenderungan ini mau tidak mau harus diikuti oleh industri
pariwisata, sekecil apa pun kapasitasnya. Bersaing di era global
berarti harus siap mempersenjatai diri dengan berbagai hal di atas;
pengetahuan, keterampilan, network dan yang paling penting memiliki
reputasi. Memang dirasakan tidak adil, karena teknologi umumnya lahir
di negara-negara maju.

Berbicara tentang pariwisata Bali ke depan, kalau kita tak mau menjadi
kacung di rumah kita sendiri, seluruh komponen pariwisata di sini
harus mawas diri. Artinya, mampu mengamati berbagai kecenderungan yang
ada, menyiapkan langkah antisipatif dan secara bersama mencari solusi.
Keinginan untuk untung sendiri, menang sendiri harus dilupakan, karena
hal itu hanyalah menunda kerugian dan kekalahan.

Kata  kuncinya di sini, adalah kolektivitas dan kebersamaan. Tidak
dalam arti yang lemah dan kecil menjadi beban bagi yang kuat dan
besar, tetapi justru mencari kekuatan dan kebesaran dari yang kecil
dan lemah. Ungkapan ini mungkin terlampau abstrak, namun maknanya
sesungguhnya terang benderang. Bahwa sektor pariwisata harus mampu
menjadi lokomotif bagi sektor lain, terutama pertanian dan pelakunya.

Kita tak bisa pasrah pada hukum pasar yang kerap berlaku tak adil.
Kita di sini harus mampu "mengendalikan" hukum pasar itu agar
berkeadilan. Contoh klasik mengenai hal ini adalah nilai tambah (value
added) pariwisata. Satu kilogram tomat di tangan petani harganya
sekitar Rp 4.000. Namun ketika diolah kemudian disajikan menjadi
tomato juice di hotel atau restoran, harganya bisa 4 - 5 dolar AS per
gelas.

Sektor pariwisata telah memungkinkan sebuah produk yang begitu murah
menjadi mahal hanya dengan mengubah wujud sekaligus memberi  sentuhan
artistik di dalamnya. Dari ilustrasi di atas, satu kilogram tomat
senilai Rp 4.000 dari tangan petani bisa menjadi Rp 200.000 - Rp
300.000 di hotel atau restoran. Suatu jarak yang begitu jauh. Begitu
ajaibnya dunia pariwisata !

Tampaknya distribusi keuntungan pariwisata belum cukup proporsional,
kalau tak boleh disebut tidak adil. Fenomena ini memang menjadi gejala
umum kapitalis, tetapi di balik kapital selalu ada orang yang
menggerakkannya. Dalam konteks inilah dibutuhkan leadership, di mana
pemerintah dan legistatif harus menyiapkan instrumen untuk
melembagakan distribusi keuntungan pariwisata secara berkeadilan.
Tanpa itu, kemajuan pariwisata hanya dinikmati segelintir manusia
global ! 




        

---------------------------------
Need a vacation? Get great deals  to amazing places on Yahoo! Travel. 
     
             __._,_.___                                                 
Messages in this topic           (1)                                          
Reply           (via web post)           |                     Start a new 
topic                   
                                 Messages               |    Files              
 |    Photos               |    Links               |    Database               
|    Polls               |    Members               |    Calendar       
                                                         Kita membangun MAPPAS 
untuk ikut menangani masalah-masalah wisata di ranah, dengan cara meminta 
perhatian fihak yang berwenang mengenai masalah-masalah tersebut di Sumatera 
Barat. 
 
 Menimba teknik DPR RI dalam membahas rancangan undang-undang, saya merasa ada 
baiknya kita himpun sebuah daftar yang memuat secara rinci masalah-masalah 
kepariwisataan ini, yang untuk sementara kita sebut
 sebagai Daftar Inventarisasi Masalah Pariwisata Sumatera Barat, atau DIM-PSB. 
Terhadap setiap masalah yang ditemui pada setiap obyek wisata kita sampaikan 
saran konkrit, dan kita catat respons manajer obyek wisata tersebut.
                            
                                   
       Change settings via the Web (Yahoo! ID required) 
       Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch 
format to Traditional 
                 Visit Your Group         |                Yahoo! Groups Terms 
of Use       |                Unsubscribe            
        
                                                 Recent Activity
                          
           5
       New Members
                                                                                
  
                      Visit Your Group           
                                                                          
Official Samsung
  Yahoo! Group for
  supporting your
  HDTVs and devices.
                  
                                            Featured Y! Groups
  and category pages.
  There is something
  for everyone.
                  
                                            Real Food Group
  on Yahoo! Groups
  What does real food
  mean to you?
                  
           
        
      .
 
    
  __,_._,___                  

       
---------------------------------
Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect.  Join Yahoo!'s user panel 
and lay it on us.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
Website: http://www.rantaunet.org 
=============================================================== 
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: 
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
=============================================================== 
Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe 
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount 
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke