Omar Bakrie Berkubang Sampah
Author : Fathiyah Wardah Alatas

28 tahun menjadi guru honorer. Gaji Rp 500 ribu mana cukup untuk
sekeluarga? Memulung jadi jalan keluar.

Matahari sempurna mengirimkan sinarnya. Panas menyengat. Peluh tiada
henti menitik dari dahi Mahmud. Jarinya yang kasar dengan lincah
memainkan garpu untuk mengais tumpukan sampah di tempat pembuangan
sampah di belakang rumahnya. Satu demi satu botol, plastis bekas,
serta barang bekas lainnya ia masukkan ke keranjang di gendongannya.

Mahmud adalah Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Tsafinatul Husnah di
Jalan Bambu Larangan RT 03 RW 05 Cengkareng Barat, Jakarta Barat.
Memulung barang bekas merupakan usaha sampingan. Gajinya sebagai guru
yang hanya Rp 500 ribu jelas tak mencukupi untuk hidup bersama istri
dan ketiga anaknya. "Semakin meningkatnya kebutuhan rumah tangga, "
kata lelaki 46 tahun ini. "Kalau dari gaji kita, berapalah? Mana
mungkin anak saya bisa sekolah."

Mahmud menjual hasil memulung barang-barang bekas itu pada seorang
penampung. Botol plastik dihargai Rp 3 ribu per kilogram. Mainan
plastik laku Rp 5 ribu per kilogram. Dalam seminggu Mahmud dan
istrinya, Jumiarti, dapat mengantongi Rp 200.000 dari memulung. "Kalau
anak sedang libur, saya bekerja sama anak saya," tambahnya.

Alumnus Jurusan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jakarta ini tak jarang bertemu murid-muridnya dan para guru lain saat
memulung. Namun Mahmud tak pernah malu atas pekerjaan sampingannya
ini. "Selama pekerjaan yang kita lakukan tidak menyimpang dan tidak
mengganggu tugas pokok kita, kenapa harus malu?" tegas pria bertinggi
160 centimeter ini.

Enam tahun sudah Mahmud yang bergelar sarjana pendidikan nyambi
sebagai pemulung. Dulu ia mencari penghasilan tambahan dengan
memberikan les privat. Namun karena jadwal selalu berbenturan dengan
tugas mengajar di sekolah, Mahmud meninggalkan les privat. Ia tidak
mau menelantarkan 140 anak didiknya, sehingga memilih menjadi pemulung
di waktu senggang.

Pilihan sang kepala sekolah untuk nyambi jadi pemulung ternyata
menimbulkan pro dan kontra di antara rekan-rekan kerjanya. Siti
Aisyah, salah seorang guru Madrasah Tsanawiyah Tsafinatul Husnah,
menilai Mahmud melecehkan martabat guru. Menurut dia, guru tak boleh
nyambi sebagai pemulung. "Kayaknya kurang pantas," ujarnya.

Lain guru lain murid. Chaidar Ali, murid kelas III, mengaku tak malu
kepala sekolahnya menjadi pemulung. Walaupun tak pernah melihat Mahmud
memungut barang bekas, Chaidar mengenal Mahmud sebagai guru yang
jujur. "Saya tidak malu. Namun, kasihan saja," katanya.

(Foto: Fathiyah Wardah)
Mahmud menjalani profesi guru selama 28, namun penghasilannya tetap
pas-pasan. Selain menjabat kepala sekolah, dia mengajar matematika
serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Mahmud belum
juga mengantongi status pegawai negeri sipil. Hingga kini statusnya
masih guru honorer. "Setiap kali ada pengumuman untuk jadi PNS, saya
sudah isi semua data-data yang diminta," kata ayah tiga anak ini.
"Namun belum juga dipanggil."

Harapan Mahmud menjadi pegawai negeri sudah luntur. Namun, dia tetap
tekun menjalani profesinya seperti pepatah kalau ikan hidup di air,
hiduplah di air, jangan menjadi burung terbang. "Saya sekarang
fokuskan pada tugas saya, mendidik," katanya. "Mau diangkat jadi
pegawai negeri atau tidak, itu yang di atas yang ngatur. Kalau mau
bicara keadilan, kita tunggu nanti sajalah."

Kini ketiga anak Mahmud dapat menikmati bangku pendidikan yang lebih
baik. Hidayatul Aulia telah lulus sekolah menengah umum. Ridwan
Abimanyu kini kuliah di Jurusan Perbandingan Agama di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sedangkan si bungsu, Ade
Irma Yunita kelas I ibtidaiyah, setara dengan sekolah dasar, di
Pesantren Itikom.

Mahmud memang tidak sendirian. Ratusan ribu guru di Indonesia belum
diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Menurut Departemen Pendidikan
Nasional, sampai tahun 2005 ada 210.600 guru bantuan di seluruh
Indonesia. Tahun lalu 44.900 guru honorer tidak diangkat menjadi
pegawai negeri. Sementara guru yang beruntung menjadi pegawai negeri
39.500 orang.

Departemen Pendidikan Nasional berencana mempermudah penerimaan
pegawai negeri bagi para guru. Manurut Bambang Warsito Adi, Kepala
Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Depdiknas, pemerintah akan
mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang ujian
penerimaan guru PNS. "Di PP itu dikatakan peserta ujian guru bantu
maksimum 46 tahun, lebih ditekankan bagi yang berijazah S1," katanya.
"Perubahan PP untuk membuat persyaratan lebih fleksibel. Memang tetap
harus ada standar usia. Misalnya, tidak boleh lebih dari 50 tahun,
pendidikan minimal diploma III."

Menurut aktivis Koalisi Pendidikan, Ade Irawan, problem utama
perekrutan guru adalah buruknya sistem yang diterapkan. Sampai saat
ini proses perekrutan guru menjadi pegawai negeri sipil sangat
tertutup. Para guru tidak tahu kriteria apa yang membuat orang bisa
diterima menjadi PNS. "Masalah bukan saja kecilnya anggaran untuk
guru, tapi juga politis," katanya. "Pemerintah sengaja membuat
perbedaan, sehingga ada guru PNS, ada guru 'honda' (honor daerah), ada
guru sukwan (sukarelawan), ada guru PTP. Walaupun UU Nomor 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen tidak menyebutkan adanya berbagai macam
status guru, sampai saat ini tetap ada pembedaan."

Padahal, berbilang tahun lalu Iwan Fals sudah menyuarakan nasib buruk
para guru, pahlawan tanpa tanda jasa itu. Jadi guru jujur berbakti
memang makan hati, tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie seperti
dikebiri.

Jadi, bagaimana masa depan beribu-ribu "Oemar Bakri" di negeri ini?




--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
Website: http://www.rantaunet.org 
=============================================================== 
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: 
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
=============================================================== 
Jika anda, kirim email kosong ke >>: 
berhenti >> [EMAIL PROTECTED] 
Cuti: >> [EMAIL PROTECTED] 
digest: >> [EMAIL PROTECTED] 
terima email individu lagi: >> [EMAIL PROTECTED] 

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe 
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke