Mak Darwin, Terima kasih telah mempostingkannya kembali, dada saya ikut sesak membacanya...jadi rindu dengan Ramadhan.
Wassalam Ronald - depok. On Jun 23, 2012 6:51 PM, "Darwin Bahar" <dba...@indo.net.id> wrote: > Superkoran, November 3rd, 2005 | Category: artikel**** > > http://superkoran.info/?p=169**** > > Sebuah Catatan Kecil di Penghujung Ramadhan**** > > Seperti Ramadhan-Ramadhan dalam beberapa tahun terakhir ini, apapun yang > terjadi di Republik ini, masjid-masjid selalu dipenuhi oleh jemaah Tarawih, > termasuk masjid di kawasan-kawasan elit seperti Pondok Indah. **** > > Dan setelah absen sekitar hampir sepuluh tahun, pada salat tarawih hari > pertama, saya, isteri dan salah seorang cucu kami Upik, melaksanakan salat > Tarawih bergilir dari rumah ke rumah yang diselenggarakan setiap tahun > oleh Ikatan Keluarga Minang (IKM) di lingkungan tempat tinggal kami di > Depok, sejak kompleks perumahan yang dibangun PERUMNAS tersebut selesai > dibangun dan ditempati dalam tahun 1979.**** > > Kami mengambil yang sebelas rakaat seperti umumnya Tarawih yang > dilaksanakan di masjid-masjid di Sumatra Barat dan masjid-masjid di kawasan > perkotaan di Indonesia, tetapi biasanya selesainya lebih belakangan > ketimbang Tarawih yang dilaksanakan di sebagian masjid-masjid di lingkungan > kami yang melaksanakan 23 rakaat, karena kami melakukannya dengan lebih > tartil. Setelah selesai shalat kami teruskan dengan bertadarus secara > bergantian satu juz setiap malam, sehingga khatam pada akhir Ramadhan.**** > > Ramadhan memang bulan yang kondusif untuk beribadah. Selain memenuhi > masjid untuk bertarawih, sekarang ada kecenderungan baru: banyak pula > jemaah, termasuk dari kalangan terdidik berikttikaf semalam penuh di > sejumlah masjid di beberapa hari terakhir, utamanya di malam ke 27.**** > > Tetapi kembali kepada pertanyaan, ibadah itu untuk siapa sih? Untuk Allah > kah? Apakah Allah “kesepian” atau berkurang kemahabesaran-Nya jika makhluk > ciptaan-Nya tidak menyembah-Nya, memuji-Nya atau membesarkan Nama-Nya?**** > > Di sini saya ingin mengutip sebuah hadis Nabi SAW yang penggalannya pernah > saya kutip pada kolom saya di Apakabar.ws menjelang Ramadhan, yaitu hadis > yang mengisahkan nasib dua perempuan, yang satu pelacur yang masuk surga > karena mendahulukan memberi minum seekor anjing yang kehausan di padang > pasir meskipun ia sendiri juga kehausan; yang lain ahli ibadah yang masuk > neraka karena sibuknya beribadah membiarkan seekor kucing mati kelaparan.* > *** > > Saya tidak tahu siapa yang merawikan hadis yang ‘dahsyat’ tersebut. Tetapi > karena saya pernah mendengar hadis ini disitir oleh Ulama sekaliber Dr > Mifthah Faridh, saya tidak sangsi bahwa hadis tersebut adalah sahih.**** > > Lalu, kembali pertanyaan ialah ibadah itu untuk siapa dan untuk apa, > karena seorang yang sangat rajin beribadah bisa saja masuk neraka untuk hal > yang (kelihatannya) sangat “sepele”: karena membiarkan seekor kucing mati > kelaparan yang terkurung di dalam rumahnya.**** > > Para ulama Tasauf umumnya mengatakan bahwa tujuan ibadah adalah untuk > membersihkan hati. Hati itu diibaratkan dengan kaca, yang perlu untuk > digosok setiap hari agar tetap jernih dan berkilat. Hanya hati yang bersih > yang dapat melihat dengan jelas hakekat dari pesan-pesan ilahiah dengan > genah, hati yang selalu mampu untuk memisahkan yang baik dengan yang buruk, > yang benar dengan yang salah, yang patut dengan yang tidak.**** > > Ibadah seperti ini adalah ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan sepenuh > hati, tidak hanya ibadah yang sekedar memenuhi persyaratan syariah. Hanya > ibadah yang didasari rasa cinta kepada Allah kepada Nabi sang pembawa > risalah sahajalah yang memungkinkan ibadah dilakukan dengan ikhlas dan > sepenuh hati. Karena itu kidung-kidung para sufi, adalah kidung-kidung yang > sarat dengan cinta.**** > > Musikus dan Sufi Besar India Hazrat Inayat Khan yang murid-muridnya datang > dari berbagai penganut agama (Islam, Hindu, Budha, Kristen/Katolik, > Zoroaster dan lain-lain ) pernah mengatakan bahwa kesalahan para penganut > agama ialah mereka umumnya berhenti (dari mencari Tuhan) pada tangga > pertama. Ini adalah ungkapan yang penuh makna. Tidak sukar untuk memaklumi > bahwa yang dimaksud dengan “tangga pertama” itu adalah syariat > masing-masing agama yang bersangkutan.**** > > Tidak sukar pula untuk menyaksikan dalam praktik keberagamaan > sehari-sehari apa yang terjadi bila para penganut agama hanya berhenti pada > syariat, atau aspek legal-formal dari sebuah agama. Jangan kata beda agama, > Satu agama seperti beda mahzab dalam Islam (Sunni, Syiah) saja sering > timbul konflik berdarah-darah. Bahkan sesama Sunni (Wahabi dan Non-Wahabi) > tidak jarang terdapat perbedaan sedemikian rupa sehingga satu pihak tidak > jarang menghalalkan darah pihak lain.**** > > Padahal jangankan menghilangkan nyawa manusia, menyebabkan seekor kucing > mati kelaparan di dalam rumahnya saja, seorang ahli ibadah masuk neraka > karena sibuknya beribadah.**** > > Tentu saja perjalanan dalam merambah hakekat, dan kemudian ma’rifat > dilakukan bukan dengan meninggalkan syariat, karena itu bukan teladan dari > para Nabi dan Rasul. Pesan intinya, hendaklah para penganut agama tidak > hanya berhenti pada syariat.**** > > Ketika mengawali shalat berjamaah dengan shalat Isya hari pertama, Pak > Haji Nasran Muluk yang menjadi imam malam itu membaca surrah favorit para > imam shalat, yaitu Surrah Al Insyirah [94] atau yang lebih dikenal dengan > surrah Alam Nasyrah.**** > > Ini adalah sebuah surrah Makiyah (turun di Mekah) yang seperti > surrah-surrah Makiyah umumnya singkat (surrah ini hanya 8 ayat), kuat, > padat dan universal. Ayat ke-5 surrah ini, yang kemudian dipertegas pada > ayat ke enam dengan redaksi yang nyaris sama berbunyi: “Fa inna ma ‘al > ‘usri yusra” (sesungguhnya dalam kesempitan ada kelapangan). Sebuah pesan > yang sarat makna, sebuah seruan melarang seorang hamba untuk tidak pernah > kecil hati dalam menghadapi berbagai kesukaran, kesulitan dan kepahitan > hidup, melarang berputus harapan, harapan yang membuat seseorang berjuang > dan bertahan untuk hidup.**** > > Ada suatu perasaan nikmat yang tidak terkatakan dalam bertadarus sehabis > Tarawih ini, sehingga jemaah tarawih sampai akhir Ramadhan kemarin malam > nyaris tidak berkurang. Selama 29 malam kami telah berlayar dalam semesta > Al Qur’an, yang diturunkan secara bertahap selama 23 tahun kenabian Al > Mustapha Rasulullah dalam bahasa Arab yang indah, jelas namun kaya makna. > Sebahagian bisa ditangkap apa adanya, sebagian memerlukan pemahaman atas > konteks kesejarahan ketika ayat-ayat tersebut diturunkan, sebagian bersifat > simbolik/alegorik, sebagian diyakini hanya Allah yang tahu maknanya > (ayat-ayat mutasyabihat).**** > > Manusia dengan berbagai keterbatasannya pada dasarnya mempunyai iradat > untuk memahami teks-teks suci. Tetapi karena keterbatasannya itu pula, mana > kala seseorang berbicara tentang sebuah teks suci, maka ia berbicara > tentang makna yang ia tangkap berdasarkan kekmampuan fikir, sebuah tafsir. > **** > > Karena itu sebuah tafsir tidak pernah sempurna, final dan tunggal.**** > > Malam itu kami menyelesaikan juz ketigapuluh yang seluruhnya berisi > surrah-surrah Makiyah. Ada sesuatu yang terasa namun tak terkatakan, > mengapa Nabi memerintahkan untuk menempatkan sebagian besar surrah-surrah > Makiyah tersebut pada bagian terakhir dari Al Qur’an.**** > > Dan ketika doa khatam Qur’an dibacakan, suasana hening terasa mencekam dan > mata jemaah ada yang basah. Akankah Ramadhan tahun depan kami masih akan > bertaraweh besama secara lengkap, mengingat kegiatan tersebut sudah > berlangsung tanpa henti selama hampir 25 tahun. Banyak di antara kami yang > sudah berumur, termasuk saya. Apalagi yang namanya umur tidak mengenal usia > tua dan muda.**** > > Pada Acara hari terahir “Learning from Cak Nur” yang ditayangkan MetroTV > setiap jam 4.30 pagi selama Ramadhan, Sufi dan Pemikir Besar Islam yang > wafat tanggal 29 Agustus yang lalu, kebetulan membahas surrah Al Insyirah, > dimulai dengan surrah 5 dan 6 yang saya kutip di atas yang kemudian > dilanjutkannya dengan ayat 7: Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu > urusan) maka kerjakanlah (urusan yang lain) dengan sungguh-sungguh, 8: Dan > hanya kepada Tuhanmu kamu berharap.**** > > Selama saya mengarungi samudara kehidupan selama hidup saya yang menjelang > senja ini terasa benar bagi saya kebenaran dari pesan-pesan suci tersebut. > **** > > Menjelang detik-detik menjelang azan maghrib pada Ramadhan hari terkahir > kemarin petang, berbagai perasaan lega, gembira, sedih, terharu, rasa > kehilangan dan keengganan yang sangat untuk berpisah, menggumpal di dada > saya. Tidak ubahnya seperti perasaan saya ketika hendak meninggalkan Masjid > Nabawi di Medinah untuk terakhir kalinya setelah menyelesaikan shalat wajib > ke 40 (Arbain) di masjid yang sangat bersejarah itu dua hari menjelang > kepulangan ke Tanah Air ketika menunaikan ibadah haji tahun 2003 yang lalu. > **** > > Air mata saya tidak mulai tidak terbendung ketika azan magrib > berkumandang, yang sekaligus menandakan berakhirnya Ramadhan tahun ini.*** > * > > Dan sebagaimana kaum muslimin lainnya yang berpuasa, saya tentu saja > berharap dalam sebuah ucap yang sangat populer: “Minal ‘aidina wal faizin” > (Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dalam keadaan fitri dalam > kemenangan)**** > > Allahhu Akbar, Allahhu Akbar, Allahhu Akbar, Waliilahhil hamd.**** > > Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin atas setiap lembar kilaf > dan kesalahan yang telah terlakukan**** > > Taqabalallahu minna waminkum taqoball ya Karim**** > > Wassalam, Darwin**** > > Depok, 3 November 2005, menjelang pagi**** > > ** ** > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/