27-01-2008 di Padang Media OnLine

 

Pesta tabuik kembali digelar pemerintah dan masyarakat kota Pariaman dalam
memperingati tahun baru Islam pada 1-10 muharram 1429 Hijriyah. Kota
Pariaman memang panas sekali rasanya dibandingkan Padang. Meskipun matahari
menyengat kulit, suara gendang tasa dan tambur sanggup membius seluruh isi
kota untuk berkumpul melihat tabuik dihoyak. Siang itu, Minggu (20/1) lautan
manusia menyesak di sekeliling Pasar Pariaman, Pantai Gandoriah, dan
lapangan Merdeka.

 

Ini merupakan pesta tabuik teramai, begitu yang disebutkan Armen, salah satu
pengunjung setia seusai tabuik dilarung ke laut. “Benar-benar ramai sekali,
berbeda dengan tahun lalu,” katanya bersemangat. Saking ramainya, tak jarang
pengunjung menjadi malas, apalagi untuk menembus lautan manusia yang makin
mengganas. Akbar, pengunjung dari Padang mengaku bahwa ia memilih pulang
sebelum melihat tabuik diusung ke laut. “Saya hanya dapat melihat puncak
tabuik. Terlalu banyak lapisan orang-orang yang harus saya tembus, lagipula
cuaca panas sekali, akhirnya saya pulang ke Padang,”  katanya. Menurutnya,
menembus lapangan merdeka pun rasanya tak mungkin, apalagi pergi ke pantai
untuk menyaksikan detik-detik terakhir tabuik yang menghabiskan biaya
puluhan juta itu. Namun ia menyatakan kesalutannya kepada kota Pariaman.
“Dari dulu nggak ada yang kayak gini di Padang,” tutupnya.

Pentingnya acara tidak hanya pas tabuik dihoyak, proses ritual pelaksanaan
pesta tabuik tersebut belum lengkap bila tidak dilaksanakan selama 10 hari,
mulai dari pembuatan tabuik, sampai acara puncak pada tanggal 10 muharram.
Pada hari pertama pembuatan tabuik tersebut, sorenya dilaksanakan ritual
maambiak tanah. Masing-masing kelompok mengambil tanah pada tempat berbeda
dan berlawanan arah. Kelompok tabuik pasar mengambil tanah di desa Pauh,
sedangkan kelompok tabuik seberang di desa Gelombang. Tanah itu lalu diarak
ke rumah tabuik pasar dan tabuik sebarang, diiringi ketipak gendang tasa.
title="" border=0 v:shapes="_x0000_s1026">

Di luar negeri, tabuik telah ditampilkan di Washington DC dalam acara The
National Cherry Blossom Festival pada tanggal 8 April 2006. Kendati sempat
diguyur hujan, acara itu berlangsung sukses dan mendapat sambutan hangat
dari warga AS. Selain itu, tabuik juga tampil di Batam, Kepulauan Riau pada
tanggal 7 Mei 2006, di Medan, Jakarta, Pekanbaru dan Padang pasa penghujung
2007 lalu. Dewasa ini, pesta tabuik sudah menjadi agenda pemerintah kota
Pariaman dalam rangka membangun keunggulan daerah, seperti yang diungkapkan
Walikota Pariaman, H.Mahyuddin, tabuik sebagai salah satu seni tradisional
sudah merupakan core ivent nasional yang dilaksanakan setiap tahun. Banyak
wisatawan yang datang menyaksikan acara ritual ini, bahkan dari negara
tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Saat pesta tabuik minggu
lalu, beberapa wisatawan Eropa tampak antusias melihat tabuik sambil merekam
dengan handycam.

Sangat disayangkan, beberapa oknum dan masyarakat tidak menyadari betapa
pentingnya kebudayaan yang mereka miliki. Seperti contoh pada pesta tabuik
Minggu kemarin, seorang ‘bule’ yang hendak merekam pelaksanaan tari indang
tiba-tiba diusir oleh seorang oknum dari  Korem karena dianggap menghalangi
panggung kehormatan, padahal turis tersebut jongkok di bawah panggung yang
tingginya hampir 2 meter. Wartawan yang memiliki hak untuk meliput pun tak
luput dari perlakukan aneh anggota Korem ini. “Masak wisatawan yang akan
mempromosikan kebudayaan kita dibegitukan,” kata salah seorang warga.
Pedagang juga tak mau kalah, mentang-mentang didatangi banyak orang,
harga-harga pun melambung. Slamet, pengunjung dari Padang ini terkejut
ketika membeli dua buah permen di pantai Gandoriah seharga Rp.500. “Jauh
banget bedanya. Di dekat tugu tabuik 500 bisa dapat empat,” katanya. Di luar
hal tersebut, masyarakat tetap antusias menonton tabuik dihoyak sampai
matahari tenggelam. 

Sejarah dan Ritual

Berdasarkan sejarah Pariaman, pertama kali tabuik diperkenalkan oleh anggota
pasukan islam “Thamil” yang menjadi pasukan Inggris di bawah pimpinan
Jendral Thomas Stamfort ketika menjajah Bengkulu pada tahun 1826. Semula
tabuik di Bengkulu bernama “tabot”. Pasca Perjanjian London 17 Maret 1829,
Inggris harus meninggalkan Bengkulu dan menerima daerah jajahan Belanda di
Singapura. Sebaliknya, Belanda berhak atas daerah-daerah jajahan Inggris di
Indonesia termasuk Bengkulu dan wilayah Sumatera lainnya. Kala serdadu
Inggris minggat dari Bengkulu, pasukan “Thamil” memilih bertahan dan
melarikan diri ke Pariaman, yang ketika itu dikenal dengan daerah pelabuhan.
Pasukan “Thamil” tersebut mayoritas islam, maka mereka dapat diterima
masyarakat Pariaman yang saat itu juga tengah dijajaki ajaran islam.
Begitulah, percampuran dari segi sosial-budaya pun terjadi. Seperti
diadakannya pesta tabuik yang sampai kini menjadi tradisi yang tak
terpisahkan dari masyarakat Pariaman. 

Demikian sejarahnya, akan tetapi ada pula nilai-nilai ritual yang berkaitan
dengan religi. Makna tabuik dimaksudkan untuk memperingati kematian dua cucu
Nabi Muhammad SAW, yakni Hasan dan Husein, yang ketika itu memimpin pasukan
kaum muslim dalam pertempuran melawan kaum Bani Umayah. Pada perang yang
disebut Perang Karbala itu Husein tewas secara tidak wajar, yakni dengan
jari yang putus dan kepala terpenggal. Sebagian umat muslim percaya jenazah
Husein dibawa ke langit mengunakan “Buroq” dengan peti jenazah yang disebut
‘tabot’. Berkaitan dengan makna tersebut, maka pelaksanaan proses ritual
tabuik pun digambarkan seperti perang Karbala. Seperti ritual maambiak
tanah, yakni dengan mengambil tanah yang dilakukan pada sore hari 1
Muharram. Ritual tersebut dilakukan oleh seorang laki-laki berjubah putih
yang melambangkan sifat kepemimpinan dan kejujuran Husein. Tanah yang sudah
diambil diletakan di daraga, semacam rumah yang terbuat dari bambu yang
melambangkan kuburan Husein. Wati, salah seorang warga Pariaman mengaku
bahwa ritual mengambil tanah itu adalah yang paling penting daripada
menghoyak tabuik. “Orang-orang datang untuk melihat tabuik dihoyak, padahal
acara maambiak tanah tak kalah pentingnya,” ujarnya saat menyaksikan tabuik
pasar mulai naiak pangkek. 

 Setelah mengambil tanah, ritual dilanjutkan dengan menebang batang pisang
(manabang batang pisang), yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan
memakai pakaian silat. Ia memotong batang pisang menggunakan sebuah pedang
tajam yang menandakan ketajaman pedang Husein. Kemudian ritual dilanjutkan
dengan maatam, yakni membawa peralatan ritual tabuik berjalan mengelilingi
daraga sehabis sholat dzhuhur. Lalu ritual mengarak panja, yakni tiruan jari
Husein yang terpotong ketika perang, dan sebelum tabuik naik pangkek
dilakukanlah mengarak saroban, dengan maksud menginformasikan kepada seluruh
masyarakat bahwa Husein telah dibunuh secara tidak wajar. Seluruh ritual
tersebut dilakukan selama 10 hari. Betapa aroma magis sangat kental
dipadukan dengan nilai-nilai religi. Itulah pesta rakyat yang sangat
ditunggu-tungu rakyat Pariaman setiap tahun. Serupa penggalan lirik gamad
minang: “Pariaman... tadanga langang, batabuik mangkonyo rami...” (Iggoy el
Fitra)

http://www.padangmedia.com/news/120/ARTICLE/2462/2008-01-27.html


No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition. 
Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.19.13/1246 - Release Date: 27/01/2008
18:39
 
  

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Peraturan yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

<<inline: image001.jpg>>

Kirim email ke